Anisa sudah jauh lebih berpengalaman dalam hidup daripada mereka, jadi penilaiannya terhadap orang lain tidak mungkin salah .......Layla berjalan cepat ke arah tasnya.Asistennya tidak berada di tempat, sehingga dia agak kesulitan untuk mencari bungkusan tisu yang kecil di dalam tas yang besar.Melihat Layla mencari-cari barang di dalam tasnya, Jason juga ikut menghampirinya. Layla mengira bahwa pria ini mengkhawatirkannya, jadi dia langsung tersenyum sambil menenangkan pria ini."Jason, tunggu sebentar, ya. Biasanya, asistenku membantuku beres-beres, jadi aku nggak tahu di mana dia meletakkan tisunya, mau cari tisu pun agak susah. Tapi, tenang saja, pasti ada tisu dalam tasku, aku akan langsung menemukannya," kata Layla.Melihat gerakan Layla, saat Layla sedang menunduk, Jason terdiam sebentar di belakangnya.Layla tidak bisa memegang tas yang berat ini dengan baik, sehingga dia langsung menjatuhkan tasnya ke lantai."Ahhh!"Barangnya berserak di lantai, membuat Layla terkejut!Saat
Alasan Layla pada saat ini jelas-jelas sangat tidak masuk akal.Siapa yang akan menjatuhkan setelan baju seperti ini ke dalam tasnya secara tidak sengaja?Selain itu, sebelumnya, ritsleting tasnya jelas-jelas tertutup.Terlebih lagi, tasnya selalu dijaga oleh asistennya, jadi tidak mungkin ada orang yang menjatuhkan barang di dalam tasnya!Pada saat ini, Layla juga langsung melampiaskan amarahnya pada asistennya yang baru keluar dari kamar mandi. "Kamu pergi ke mana? Bagaimana kamu menjaga tasku? Kenapa kamu bahkan nggak sadar kalau ada yang memasukkan sesuatu ke dalam tasku? Kamu ceroboh sekali, kamu nggak punya mata, ya?!"Asisten ini tampak sedih, dia juga merasa terfitnah. Apa kesalahan yang telah dia perbuat? Jelas-jelas tidak ada yang menyentuh tas ini!"Kak Layla, aku terus menjaga di sini, aku juga hanya pergi ke kamar mandi selama dua menit. Nggak ada yang menyentuh tasmu, apalagi menaruh setelan pakaian ini ke dalam tasmu!""Jangan-jangan kamu sendiri yang nggak sengaja memas
"Aku bahkan membawanya ke sini, memangnya aku nggak takut ketahuan oleh kalian?"Ucapan Layla masuk akal, sehingga orang-orang ini mulai merasakan dilema, apakah mereka harus membela Aylin atau Layla?Wanita berkacamata itu sudah menyinggung Aylin, jadi dia tidak bisa menyinggung Layla lagi. Dia pun menggertakkan giginya. Dia sama sekali tidak boleh memihak pada Aylin."Pasti begitu. Kak Layla juga nggak bodoh, mana mungkin dia menaruh barang buktinya di tasnya sendiri?""Ada beberapa penjahat yang menyusun rencana dengan baik. Saat semua orang sedang memfitnah dirinya, dia memasukkan barang buktinya ke dalam tasnya Kak Layla.""Saat semua orang melihat baju ini, Kak Layla pun menjadi kambing hitam untuk menggantikan orang itu, 'kan?"Layla membuang napas panjang. Untung saja wanita ini sudah memikirkan alasan untuknya."Benar, benar, pasti begitu," kata Layla. Kemudian, dia menoleh dan menatap Jason dengan tatapan penuh ketulusan dan matanya yang berkaca-kaca. "Jason, kamu harus perca
Aylin menyebut setelan pakaian yang terletak di atas tasnya Layla.Seseorang pun membungkus tangannya dengan tisu, lalu pergi melihat ukuran pakaian itu."Memang benar! Biasanya, Kak Aylin nggak pakai ukuran ini!"Aylin memakai pakaian yang setidaknya satu ukuran lebih kecil daripada Layla. Dia sangat kurus, tidak seperti Layla yang berisi. Keduanya benar-benar memakai ukuran yang berbeda.Layla sudah benar-benar panik.Sebelumnya, dia masih mencurigai apakah ada yang sengaja menaruh barang bukti palsu di dalam tasnya atau tidak, untuk mempermalukannya.Namun, jika pakaian ini memiliki ukuran yang sama dengan pakaiannya, dia pun mencurigai bahwa pakaian ini adalah pakaian yang dia sembunyikan di rumah!Siapa sebenarnya yang melakukan hal ini?Hanya saja, sekarang masih belum waktunya untuk memikirkan masalah ini. Sekarang, semua orang juga perlahan-lahan mulai memercayai Aylin, hingga bahkan Jason juga terlihat memihak pada Aylin. Masalahnya tidak boleh dibiarkan begitu saja!Rencana y
"Menurut kalian, siapa pelakunya?" Banyak pekerja langsung mulai berdiskusi."Sejujurnya, aku masih merasa bahwa Aylin adalah pelakunya. Seperti yang Kak Layla katakan, dia nggak mungkin sebodoh itu, membawa barang bukti itu di dalam tasnya, 'kan? Kalau dia pelakunya, dia pasti akan langsung menghancurkan barang buktinya, mana mungkin malah dibawa ke lokasi perfilman?""Menurutku bukan begitu. Sepertinya terjadi kesalahan atau dia merasa nggak mungkin ada yang mencurigainya, jadi dia ceroboh dan nggak sengaja membawa barang buktinya ke sini.""Menurutku, Aylin sama sekali bukan orang jahat. Setiap hari, begitu dia tiba di lokasi perfilman, dia selalu membaca naskahnya, dia juga nggak banyak berinteraksi dengan kita.""Gadis yang pendiam itu selalu menunjukkan sikap yang sama terhadap orang lain.""Selain menunjukkan gejolak emosi saat dia sedang akting, aku benar-benar nggak pernah melihat dia lepas kendali atas emosinya.""Memangnya orang dengan emosi sestabil ini bisa melakukan hal j
"Apakah aku yang sudah menebak-nebak dalam hatiku atau memang kamu yang sama sekali nggak bicara dengan jujur padaku?" kata Jason dengan cuek. Masalahnya sudah sejauh ini, dia pun tidak perlu terus berbicara dengan Layla lagi.Jika Layla tidak bersedia untuk mengakui perbuatannya, tidak ada gunanya dia banyak bicara lagi."Nggak! Aku nggak melakukannya! Kamu nggak percaya padaku, kamu sudah terbutakan karena Aylin! Aku nggak bersalah!"Mendengar Layla yang masih mengelak, Aylin mengernyit dengan kesal."Layla, kalau kamu masih terus memfitnah aku, aku akan menuntutmu atas pencemaran nama baik! Orang yang harus mengakui kesalahannya adalah kamu!" seru Aylin.Sikap Aylin yang dingin ini membuat Layla makin murka. Dia memelototi Aylin dengan penuh kebencian dan berkata, "Memangnya kamu siapa? Atas dasar apa kamu perintah-perintah?! Kesalahan apa yang harus kuakui? Sudah kubilang, bukan aku yang memasukkan baju itu ke dalam tasku! Aylin, jangan pura-pura lagi. Aku tahu, saat semua orang la
"Nona Layla, Anda dicurigai terlibat dalam mencelakai orang lain secara disengaja, silakan ikuti kami ke kantor polisi."Layla benar-benar kebingungan. Dia tidak menyangka bahwa Jason akan sekejam ini dan langsung memanggil polisi. Sepertinya, tanpa dia ketahui, orang-orang ini sudah terus menunggu untuk beraksi."Lepaskan aku! Siapa kalian? Berani sekali kalian memborgol aku?! Aku nggak bersalah, kenapa kalian mau menangkapku? Dia baru pelaku yang sesungguhnya! Pelakunya itu Aylin!" seru Layla.Jason hanya menyaksikan para petugas kepolisian membawa Layla menjauh dengan acuh tak acuh. Bagaimana pun Layla meronta, kekuatannya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan polisi yang sudah terlatih.Semua orang pun tercengang. Mereka tidak menyangka bahwa Jason akan langsung memanggil polisi dengan begitu agresif. Awalnya, mereka masih mengira bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam kru perfilman.Bagaimanapun, Jason juga merupakan investor dalam film ini. Hal ini tidak mungkin sama seka
"Tenang saja, kejadian ini akan menjadi pelajaran bagiku, hal ini nggak akan terjadi lagi," kata Teguh.Suasana di kru perfilman ini sangat kacau. Ada juga banyak orang yang terus mengikuti Teguh untuk menanyakan perkembangan masalah ini dan apakah benar-benar Layla yang melakukan hal ini atau bukan."Minggir sana. Tadi, kalian nggak lihat kedatangan pihak kepolisian? Otak kalian bermasalah, ya?"Orang yang menanyakan hal itu tersenyum sambil menjawab, "Aku hanya mau konfirmasi! Supaya aku nggak salah pengertian."Teguh melambaikan tangannya sambil berkata, "Sudahlah, jangan tanya lagi. Hal ini dilakukan oleh Layla. Kamu hanya perlu tahu hal ini, nggak usah pedulikan hal-hal lainnya."Suasananya sangat kacau karena semua orang masih terkejut karena perputaran kejadian ini.Untuk sekian lama, tidak ada yang bisa tenang. Jason mengernyit, dia sudah tidak tahan lagi.Jason berjalan menghampiri Aylin. Baru saja Aylin hendak menanyakan sesuatu padanya, dia langsung bertanya, "Lapar, nggak?"
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen