Suara Aylin menjadi makin pelan. Di tempat yang tidak bisa Jason lihat, kedua tangan Aylin yang berada di bawah meja terjerat dengan erat."Kamu kira aku kencan dengan Layla?" tanya Jason, lalu menyesap seteguk teh barli yang disediakan tempat makan ini.Ternyata ini rasa yang Aylin suka. Ke depannya, Jason bisa mempersiapkan teh ini di rumah.Aylin menggigit bibirnya dengan malu-malu. Jason tidak peduli, sedangkan Aylin-lah yang tampak sangat peduli.Aylin tidak ingin terkesan seperti ini dalam hatinya Jason."Ya, aku memang salah paham. Tapi, kamu memang sudah kenal lebih lama dengan Layla daripada denganku, jadi aku yakin kamu tetap bisa menoleransi Layla .... Aku hanya ... agak sensitif. Kita sudah kenal selama ini, jadi aku harap kamu memercayaiku, tapi saat aku mengira bahwa kamu memilih untuk memercayai kekasih masa kecilmu daripada aku, aku tetap merasa kecewa."Jason mengangkat alisnya. Bisakah dia memahami ucapan ini sebagai arti bahwa Aylin mengakui bahwa dia merasa posesif
Aylin yang tampak malu-malu terlihat sangat imut di matanya Jason."Aku nggak akan bercanda dengan hal seperti ini. Aylin, sekarang, aku sedang menanyakan pendapatmu dengan serius. Apakah kamu bersedia untuk mengembangkan hubungan kita?" tanya Jason.Wajah Aylin benar-benar memerah. Dia tidak pernah menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi.Apakah ini hadiah dari takdir, sehingga Jason bisa menyatakan perasaannya terlebih dahulu pada Aylin?Pria yang dia sukai ternyata memiliki perasaan yang serupa dengannya."Kamu ... kamu yakin?" tanya Aylin. "Baik latar belakang keluarga maupun kondisi pribadiku, aku bukan pilihan terbaik untukmu."Jason seketika mengernyit."Kenapa kamu menginginkan agar aku memedulikan hal-hal itu? Kalau aku hanya memedulikan hal itu, aku pasti sudah lama menikah dengan wanita yang katanya serasi denganku sesuai dengan pengaturan keluargaku," jawab Jason.Jason merasa tidak senang dengan kekhawatiran Aylin.Menurut Jason, asalkan mereka berdua memiliki perasaa
Aylin kembali mengangkat kepalanya dan bertemu tatap dengan Jason."Jason, apakah kamu mengucapkan kata-kata itu karena kamu sedikit menyukaiku atau karena kamu merasa aku lebih mudah dikendalikan dan cocok untuk menjadi istrimu? Apakah kamu hanya memerlukan seorang wanita yang bisa menjadi ibu rumah tangga di rumah dan melayanimu sepanjang hari?" tanya Aylin.Dia merasa kebingungan, tetapi Jason malah tertawa."Kamu sudah berpikir terlalu jauh. Aku nggak punya kesukaan khusus, aku juga nggak menganggap bahwa pria lebih unggul daripada wanita. Aku hanya berharap agar kamu bisa hidup lebih santai. Segala jenis orang ada di kalangan seperti itu. Sejak kamu bergabung dengan kru perfilman ini, kamu sudah diserang berapa kali? Meskipun kamu nggak menyayangi dirimu sendiri, ehem, ada yang menyayangimu!" kata Jason.Ucapan Jason menggetarkan hatinya Aylin. Maksud Jason, dia akan menyayangi Aylin?Ucapan Jason memang ada benarnya. Sejak Aylin memutuskan untuk berakting, masalah seperti ini sud
Kalau begitu, penderitaan yang dialaminya dulu juga bukan tidak bisa dia terima.Seulas senyuman mengembang di wajah Aylin. Dia menunggu Jason keluar dari kamar kecil untuk memberi tahu pria itu keputusannya.Dia bersedia memulai semuanya dari awal lagi bersama pria itu."Tring ... tring ...."Tiba-tiba, ponsel Jason yang ketinggalan di atas meja berdering.Aylin melirik ke arah kamar kecil, masih belum ada tanda-tanda Jason kembali, tetapi ponselnya terus berdering tanpa henti. Karena dering ponsel itu sudah menarik perhatian orang-orang di sekitar, dia terpaksa mengambil ponsel tersebut."Veren?"Aylin merasa familier dengan nama yang tertera di layar ponsel Jason itu.Dia melirik ke arah kamar kecil dengan ragu. Masih belum ada tanda-tanda kemunculan Jason, tetapi sepertinya orang di ujung telepon ada urusan mendesak. Jadi, dia hanya bisa menjawab panggilan telepon itu terlebih dahulu."Halo? Siapa ini?""Kak Jason, kenapa kamu baru angkat telepon sekarang? Aku sudah meneleponmu ber
Begitu mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Aylin, wanita di ujung telepon hanya terkekeh pelan."Mengenai siapa aku, nanti kamu tanyakan saja sendiri pada Kak Jason. Apa sekarang kalian sedang makan bersama di luar? Apa masalah di kru filmmu sudah terselesaikan?"Aylin sedikit mengerutkan keningnya. 'Wanita ini bukan hanya nggak membocorkan informasinya padaku, melainkan bahkan mencoba untuk mencari informasi dariku ....''Hal yang paling penting adalah, bagaimana wanita ini bisa tahu telah terjadi sesuatu pada kru filmku? Jelas-jelas dia berada di luar negeri, tapi dia bisa mengetahui kejadian yang belakangan ini terjadi. Bukankah ini sudah jelas bahwa seharusnya dia cukup sering menghubungi Jason?'"Maaf, Nona. Aku masih belum tahu siapa kamu, jadi aku nggak bisa memberitahumu informasi tentang kami. Kalau kamu benar-benar ingin tahu, silakan beri tahu aku namamu. Kalau kamu benar-benar adalah teman Jason, aku pasti akan memberitahumu dengan jujur."Sangat jelas bahwa wanita di u
Jason mengerutkan keningnya. Sebelum Aylin sempat menyelesaikan kalimatnya, dia langsung menyela, "Veren meneleponku?"Volume suaranya sedikit lebih tinggi, dia sama sekali tidak terlihat tenang seperti biasanya.Aylin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kulihat itulah nama yang tertera di layar ponsel. Hanya saja, saat aku menanyakan identitasnya, dia nggak bersedia memberitahuku."Jason berkata, "Kamu nggak perlu menganggap serius hal itu. Karakter Veren memang seperti itu. Dia sedang bercanda denganmu."Aylin menyunggingkan seulas senyum yang boleh dibilang cukup kaku dan berkata, "Benarkah? Tapi, mengapa dia bisa tahu semua hal tentangku dengan sangat jelas ...."Aylin menatap mata Jason dengan sungguh-sungguh.Walaupun perubahan ekspresi Jason sangat cepat, tetapi dia berhasil menangkap pria itu sempat menghindari tatapannya."Oh, itu, biasanya dia suka membicarakan tentang gosip. Mungkin dia bertanya pada Calvin."Tangan Aylin yang tertutupi di bawah meja terkepal dengan erat.
"Nggak apa-apa. Hotpotnya sudah hampir dingin, cepat makanlah."Dia memakan hidangan lezat di hadapannya tanpa selera makan sama sekali.Seperti biasa, Jason menjepit sayur ke dalam mangkuknya, bahkan membantunya memilih tauge yang tidak disukainya.Sambil menatap sepasang lengan panjang Jason, Aylin hanyut dalam pemikirannya sendiri. 'Sebenarnya ada apa ini? Kenapa bisa menjadi seperti ini? Benar-benar aneh.'"Ada apa? Kenapa kamu kelihatan seperti nggak berselera, bukankah restoran ini kamu yang pilih sendiri?"Pergerakan tangan Jason terhenti sejenak. Kemudian, dia menjepit sayuran yang tadinya dijepitnya untuk Aylin ke dalam mangkuknya sendiri.Aylin hanya mengaduk-aduk makanan dalam mangkuknya dan berkata, "Oh, mungkin aku merasa muak karena masalah Layla tadi pagi. Sebenarnya hingga sekarang aku memang belum terlalu lapar. Seingatku, makanan di restoran ini jelas-jelas sangat enak. Tapi, saat aku memakannya, aku baru mendapati rasanya hambar."Jason terkekeh pelan, dia tidak meng
Kemudian, dia melangkahkan kakinya menuju ke ruang baca di lantai dua.Dia merasa sangat tenang karena ada Aylin yang menemani kakek dan neneknya."Aylin, akhirnya kamu pulang juga. Kalau bukan karena Jason mengirimkan pesan padaku, mengatakan bahwa kamu bersamanya, aku dan kakekmu sangat mengkhawatirkanmu di rumah!"Sejak kejadian penculikan Aylin di dekat toko buku, dua lansia ini selalu mengkhawatirkan keselamatan Aylin.Tidak hanya mengatur antar jemput Aylin, mereka juga meminta Jason untuk memberi mereka laporan setiap saat. Kalau Jason sedang tidak sibuk, maka Jason sendiri yang harus pergi menjemput Aylin.Aylin bukan hanya sekali dua kali dibuat terharu oleh perhatian dari dua lansia itu.Dalam keluarga biasa saja, sangat jarang ada lansia yang begitu perhatian dan melakukan sebanyak itu untuk istri cucu mereka."Kakek, Nenek, kalian nggak perlu khawatir. Bukankah aku sudah kembali dan berdiri di hadapan kalian dalam kondisi baik-baik saja?"Anisa menggandeng tangan Aylin deng
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen