Jason segera berdiri. Bayangan tubuhnya menyelimuti tubuh Aylin."Lepaskan mantelmu. Biarkan aku melihat apakah kamu terluka."Jason berbicara dengan serius dan menatapnya dengan serius.Wajah Aylin tiba-tiba memerah. "Hah? Nggak perlu, aku benar-benar nggak terluka ...."Jason tahu bahwa wanita ini hanya berlagak kuat, jadi dia tidak memercayainya. Dia memandang Aylin dengan tidak setuju.Dia baru saja melihat orang seperti apa orang tua Aylin.Tumbuh dalam keluarga seperti itu, bahkan luka Aylin dianggap sebagai hal yang merepotkan di mata mereka. Wanita ini telah lama belajar menyembunyikan semua rasa sakit di hatinya.Justru karena inilah Jason semakin merasa khawatir."Patuhlah ...." Jason meletakkan tangannya di bahu Aylin. Nada suaranya lebih lembut, tapi juga lebih tegas dari biasanya. Gerakan Jason juga tidak perlu dipertanyakan lagi.Aylin masih menolaknya. Dia terlihat sangat cemas hingga lehernya memerah. "Nggak perlu, aku benar-benar nggak terluka. Bukankah aku sudah menje
Aylin menggumamkan keluhannya. Kemudian, Jason berkata sambil mengangguk, "Kalau begitu, jangan gunakan parfum, wangimu ini sudah pas."Aylin memutar bola matanya dan menarik pakaiannya. Tidak tahu apa yang sedang Jason perhatikan, dia bahkan terhuyung dengan panik. Kemudian, keduanya terjatuh ke sofa."Aduh ...."Tangan Jason segera melindungi kepala Aylin, sehingga telapak tangannya terbentur sandaran sofa."Aylin sudah kembali, apa yang terjadi? Kalian nggak memberi tahu kami ...."Suara Anisa tiba-tiba terdengar dari pintu. Sebelum mereka berdua sempat bereaksi, Anisa telah membuka pintu dengan cemas ...."Nenek!" Aylin ditekan oleh Jason. Dia mencoba berdiri dengan panik, tapi Jason tidak bergerak.Gerakan mereka sangat ambigu, terutama pakaian Aylin telah robek.Aylin mendorong dada Jason sambil berkata, "Cepat bangun, Nenek masih mengawasi di pintu!"Jason memanggil neneknya dengan santai, lalu Anisa memandang mereka sambil tersenyum ambigu. Anisa memandang mereka dengan puas."
Jason berpikir Aylin lelah secara fisik dan mental setelah ketakutan hari ini dan diintimidasi oleh orang tuanya seperti itu. Jason tidak terlalu memikirkannya. Kemudian, dia membiarkan Aylin pergi.Melihat punggungnya terlihat sangat kurus, Jason tanpa sadar mengerutkan keningnya.Setelah berendam di air, Aylin baru merasa aman dan santai ....Setelah melalui hari ini, Aylin juga merasa sangat lelah. Jarak antara dia dan Jason bukan hanya masalah kontrak, tapi juga keluarganya.Siapa yang tidak ingin istrinya memiliki keluarga yang normal?Namun, Aylin bahkan tidak bisa melakukan hal paling mendasar ini.Johan dan Anisa begitu baik padanya. Meskipun terkadang mereka menceramahi Jason dengan nada kesal, setiap kata dipenuhi dengan perhatian dan cinta yang tulus.Aylin belum pernah merasakan perlakuan seperti ini di depan keluarganya.Pertama kali Anisa menyajikan makanan untuknya dan mencicipi hidangan barunya dengan tatapan penuh harap, Aylin merasa sangat tersanjung.Dia tidak tahu a
Karena orang itu adalah Jason.Aylin menutupi dadanya. Dia menyadari bahwa pikirannya menjadi semakin berbahaya."Bagaimana mungkin aku yang tumbuh dalam keluarga yang berantakan layak bersamamu? Terlebih lagi, kamu hanya menganggapku sebagai aktris dari awal sampai akhir ...."Aylin berkata sambil tersenyum getir, "Setelah bertemu orang sepertimu, bagaimana aku bisa jatuh cinta dengan orang lain lagi? Kamu jahat sekali!"Kemudian, Aylin seakan sudah mengambil keputusan. Aylin menjulurkan lidahnya sambil bercanda, "Maaf, sebenarnya kamu nggak melakukan kesalahan apa pun. Aku nggak boleh terlalu banyak berpikir. Mulai sekarang, aku akan menyadari kenyataan ini. Aku akan bekerja keras untuk menjaga jarak yang jelas di antara kita. Aku nggak akan mempermalukanmu."Aylin tahu betul bahwa satu-satunya jalan keluar antara dia dan Jason adalah Aylin melupakan perasaan yang tidak seharusnya dia miliki.Jika Aylin terus memiliki perasaan seperti itu, pasti tidak akan ada akhir yang bahagia di a
Johan mendengus, "Makanan seenak apa pun nggak boleh dimakan setiap hari. Selain itu, kepiting bersifat dingin, makan terlalu banyak akan melukai perutmu! Aylin, jangan dengarkan Nenek, cakwe dan susu kedelai sarapan terbaik. Kalau kamu suka sarapan ala barat, bilang saja ke Bibi, biar dia yang menyiapkannya."Aylin mengangguk berulang kali, "Jangan khawatir, Kek. Kakek dan Nenek sangat baik padaku. Aku tahu itu."Ada masalah yang dipikirkan Anisa, dia tidak tersinggung meski Johan mengkritiknya.Setelah Aylin menghabiskan sarapannya, Anisa berkata dengan cemas, "Apa yang terjadi kemarin? Kalau aku tanya pada Jason, dia pasti nggak akan memberitahuku. Aku tahu, karena kami sudah berumur, kalian takut kami khawatir. Tapi kalian menyembunyikannya seperti ini, aku dan Kakek justru semakin khawatir, kami nggak bisa makan dan tidur dengan tenang di rumah, kami terus memikirkan kalian."Nada suara Anisa terdengar prihatin tetapi tidak mencela, kehangatan mengalir di hati Aylin.Ini adalah ke
Aylin menurunkan pandangannya. Justru karena dia bukan orang yang disukai Jason, sehingga Jason tidak menemaninya hari ini.Namun, dia masih membela Jason, "Banyak yang harus dia urus, dia sangat sibuk. Mana ada orang yang nggak bekerja? Aku juga nanti mau ke rumah produksi."Aylin tersenyum, tetapi sorot air mata dalam tatapannya membuat Anisa merasa sedih."Lalu, bagaimana Jason bisa tahu kamu diculik?"Aylin menggigit bibir bawahnya, "Aku meminta penculik menggesek dua miliar pada kartu tambahan yang diberikan Jason padaku. Begitu menyadari ada nggak beres, Jason segera membawa orang untuk menemukanku. Kalau Jason nggak berpikir cepat, mungkin aku ...."Tatapan Anisa mulai tenang, kemudian bertanya, "Anak baik, kamu sudah menderita. Apakah pelakunya sudah ketahuan?"Aylin kesulitan menjawabnya, bagaimana bisa dia mengatakan kalau orang yang mencelakakan dia itu sebenarnya kakak kandungnya?"Itu .... Levina Respati," jawabnya.Johan berpikir sejenak, kemudian berkata, "Dia punya nama
Dia menyiapkan begitu banyak makanan karena khawatir Aylin akan lapar di tengah hari akibat beban kerja yang berat."Makanlah saat lapar, jangan kerja dengan perut kosong, oke?" pesan Anisa."Nenek tahu, kalian para aktris sangat memperhatikan penampilan di kamera dan harus menjaga postur, tetapi sekarang kamu sudah cukup kurus, jadi jangan menyiksa diri, hm?" sambungnya."Terima kasih, Nek .... Aku mengerti," jawab Aylin.Anisa meraih tangan Aylin, berbicara lama sekali di depan pintu.Intinya adalah meminta Aylin jangan terlalu lelah bekerja, kesehatan adalah yang terpenting."Sudahlah, lihat, semakin bertambah usiamu, kamu jadi sering mengomel. Mendengarnya saja membuat telinga Aylin mati rasa, " kata Johan.Johan memegang tangan Anisa dan melambai pada Aylin, "Aylin, jangan dengarkan omelan nenekmu. Pergilah, jangan lupa pulang dengan mobil kita."Aylin tidak merasa terganggu. Dia tidak pernah merasakan kehangatan dari perhatian seperti ini.Jadi, dia selalu bersabar mendengarkan o
Membayangkan Aylin tidak akan pernah berdiri di antara dia dan Jason lagi, tiba-tiba Layla merasa segar.Bahkan espresso di mulutnya tidak terasa begitu pahit lagi.Hanya saja syuting akan segera dimulai, bahkan Pak Teguh sudah bergegas ke lokasi, tapi Aylin belum terlihat.Layla bertanya dengan santai, "Di mana pemeran utama kita? Kenapa sampai sekarang belum kelihatan?"Beberapa anggota kru di dekatnya juga menaikkan leher mereka untuk mencari.Biasanya di waktu seperti ini Aylin sudah duduk di bangku kecil dan membaca naskahnya.Hari ini memang agak aneh."Nggak tahu, tapi nggak ada kabar cuti juga, mungkin terjebak macet?"Layla segera mengambil kopi untuk menyembunyikan tawanya yang tak terkendali."Mungkin juga."Lebih bagus lagi kalau dia tidak datang!Sebaiknya jangan datang lagi selamanya, dengan begitu dia bisa mengambil alih pemeran utama film itu.Tidak ada orang yang lebih cocok untuk peran ini selain dia!Namun, Aylin hanya terjebak kemacetan, sehingga menghabiskan lebih
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen