Dengan begitu, sebelum filmnya dirilis, Aylin sudah menjadi terkenal terlebih dahulu!Hal ini sangat tidak terduga, tetapi sangat wajar.Teguh tidak terkejut dengan hal ini. Awalnya, saat dia pertama kalinya melihat Aylin di audisi, dia sudah tahu bahwa Aylin adalah seseorang yang sangat berbakat dan pasti akan menjadi terkenal.Cepat atau lambat, hal ini akan terjadi.Hal ini juga menguntungkan mereka. Sebelum diliris, film ini sudah terkenal terlebih dahulu. Kalau begitu, mereka bisa menghemat banyak uang dalam promosi film ini.Namun, reaksi yang didapatkan tentu saja berbeda. Layla sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan menjadi orang yang membantu Aylin mencapai kesuksesan."Brak!" Dia duduk di depan cermin. Dengan ekspresi datar, dia menyapu semua barang di atas meja ke lantai.Asistennya yang berada di samping menundukkan kepalanya tanpa bersuara."Sudah nomor berapa sekarang?" tanya Layla dengan nada bicara yang jelas-jelas terdengar kesal."Ma ... masih berada di peringkat
Tentu saja, ada juga beberapa komentar pedas yang menyakitkan hati, sebagian besar berasal dari penggemarnya Layla.Ketenaran Teguh, ditambah dengan kemampuan aktingnya Aylin, membuat akun pribadinya Aylin sangat terkenal. Bukan hanya itu, tetapi hal ini juga tersebar di seluruh platform....Di Perusahaan Yanuar.Jason juga melihat bahwa kemampuan akting Aylin mendapat sambutan baik.Saat dia pertama kalinya melihat cuplikan rekaman Aylin, dia merasa bahwa hal ini berbeda dari yang dia lihat secara langsung.Dia seperti menjadi seorang penonton. Setiap ekspresi Aylin sangat menggerakkan hati orang, dia benar-benar menjadi orang lain.Setelah tercengang sangat lama, Jason mengirimkan pesan pada Aylin: "Selamat, kemampuan akting Nona Aylin diakui publik. Semangat, ya."Saat notifikasi pesan dari Jason muncul, Aylin kebetulan sedang melihat ponselnya. Membaca pesan ini, senyumannya seketika menjadi kaku.Bukankah pria ini mau mengirimkan makanan untuk Layla? Mengapa dia masih sempat meme
"Kepala Departemen Keuangan sudah membuat penilaian mengenai kerja sama mereka dengan Muriana. Semuanya sudah tertulis dengan detail di dokumen yang terletak di sebelah kiri Bapak ....""Oke, kalian istirahat dulu sejenak. Aku akan memeriksa dokumen ini sekali lagi."Jason menganggukkan kepalanya pada mereka. Saat inilah, orang-orang itu baru bisa agak rileks."Sebenarnya Pak Jason sangat baik, hanya saja dia terlalu gila kerja.""Ya, manusia bukan robot. Kalau nggak, bagaimana mungkin seseorang bisa nggak fokus karena bergadang? Tapi, kali ini bahkan Pak Jason sendiri juga nggak fokus. Dia nggak pernah seperti ini."Dulu, saat Jason baru mengambil alih perusahaan, walaupun sudah bergadang tiga malam, saat rapat keesokan paginya, dia masih tampak paling bugar, sampai-sampai semua karyawan lama perusahaan salut padanya."Semuanya faktor usia ...."Bahkan Jason yang masih sangat muda saja sudah tidak sanggup bergadang, apalagi mereka?Setelah rapat berakhir, Jason menghela napas lega. Se
'Oh, aku lupa pria ini datang mengantar makanan untuk Layla. Kalau begitu, nggak ada hubungannya denganku.'Melihat tanggapan Aylin begitu dingin, Jason mengerutkan keningnya. 'Eh? Ada apa dengan gadis ini? Jelas-jelas aku secara khusus datang melihatnya, tapi kenapa dia malah mengabaikanku?'"Ada apa dengan penampilanmu saat ini? Kamu adalah pemeran utama wanita dalam film, bagaimana kamu bisa berjongkok dengan begitu nggak elegan di sini? Apa kamu nggak merasa jelek?"Aylin sangat heran, dia berkata, "Sebelum kamu datang, nggak ada yang mengataiku berjongkok di sini nggak elegan dan jelek. Bukankah kamu datang untuk mencari orang? Cepat pergi sana!"'Eh, jelas-jelas wanita ini tahu aku datang mencarinya, tapi dia malah bersikap dingin padaku seperti ini. Apa dia benar-benar sudah menganggap dirinya sebagai seorang aktris terkenal?'Dengan seulas senyum mengejek mengembang di wajahnya, Jason berkata, "Nona Aylin, apa kamu pikir kamu sudah terkenal? Kamu masih jauh dari kata terkenal."
"Aylin, dengarkan aku, sekarang kamu hanya perlu kariermu. Adapun mengenai hal-hal lainnya, kamu nggak perlu memikirkannya terlebih dahulu. Setelah kariermu sukses, kamu baru punya keberanian dalam aspek lainnya."Mendengar ucapan Teguh, produser tidak tahan melontarkan pernyataan yang berkebalikan dengan pernyataan Teguh. "Nggak masalah, mengalami hal-hal yang nggak sesuai keinginanmu bisa membantu lebih rileks dalam membentuk karaktermu.""Teknik berakting sangat penting, tapi yang lebih penting adalah penghayatan. Kamu harus menghayati segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu dan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup orang lain.""Setelah mendalami sebuah peran, ke depannya kamu akan lebih mudah memerankan karakter-karakter lainnya."Aylin memaksakan seulas senyum, seulas senyum yang membuat orang lain merasa tidak enak hati. "Aku mengerti. Terima kasih Pak Teguh, terima kasih Tuan Produser."...Saat ini, di dalam mobil di belakang sebuah pohon."Jason bukankah kamu sedang sibuk
Aylin mendongak, mengucapkan terima kasih dengan tulus pada Phillip. "Hari ini suasana hatiku memang buruk. Tapi, setelah menerima teh susu pemberian Kak Phillip, aku sudah merasa jauh lebih baik. Kak Phillip, terima kasih atas teh susunya."Seulas senyum mengembang di wajah Aylin. Ditambah lagi, dia masih mengenakan kostum seragam sekolah pemeran utama dalam film yang dibintanginya. Dia terlihat muda dan memesona."Ah, aku sampai lupa memujimu. Aku sudah melihat potongan video yang diunggah di internet. Kemampuan aktingmu benar-benar sangat bagus! Kamu memerankan karakter itu dengan sangat hidup, seakan-akan kamu memang pemeran utama wanita itu sendiri! Aku sangat menantikan filmmu tayang."Aylin menggaruk-garuk kepalanya dengan sedikit malu. Dia berkata, "Benarkah? Aku sangat senang kamu bisa menyukai karakter yang kuperankan ini. Tapi, masih ada banyak rahasia dari karakter ini yang belum terungkap. Aku belum bisa menyampaikannya padamu sekarang."Selesai berbicara, Aylin langsung m
Aylin mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apa maksudmu? Apa yang kamu tertawakan?""Oh, kamu terlalu sensitif," jawab Jason.Dia menundukkan kepalanya dan menggertakkan giginya dengan kesal. Dia tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun lagi!"Ayolah, Phillip, kita belum pernah makan bersama. Daripada pilih lain hari lagi, lebih baik hari ini. Ayo kita makan bersama!"Phillip juga belum makan. Kebetulan sekali dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat sendiri apakah Aylin benar-benar adalah kakak iparnya atau bukan.Pada akhirnya, Phillip dan yang lainnya tidak bisa menolak ajakan Layla. Mereka berkumpul bersama di sebuah restoran makanan Niara yang tidak jauh dari lokasi syuting.Saat duduk, Layla segera duduk di samping Jason.Pergerakan Jason untuk duduk terhenti sejenak. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Aylin yang berada di seberangnya. Siapa sangka, wanita itu malah duduk dengan nyaman di samping Phillip tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.Melihat pemandangan itu, eks
Dia tahu mungkin Jason sedang berakting lagi di hadapan kerabatnya.Hanya saja, tutur kata dan perilaku Jason membuatnya sangat kesal. Dia bahkan tidak bisa menyesap tehnya dengan tenang lagi.Phillip terpaksa memberi tanggapan dengan sedikit canggung. "Terima kasih atas perhatian Kak Jason. Aku juga nggak terburu-buru untuk mencari pasangan ....""Aku hanya ingin mengingatkanmu saja. Selain pekerjaan, kamu juga harus mencurahkan perhatianmu pada orang yang memang membutuhkan perhatianmu. Jangan membuat orang tuamu mengkhawatirkanmu."Selesai berbicara, Jason mengalihkan pandangannya ke arah cangkir kecil dalam genggamannya. Dari samping, wajahnya tampak seperti dipahat dengan saksama, memberi kesan berbahaya sekaligus misterius.Mendengar beberapa patah kata yang dilontarkan oleh kakak sepupunya itu, Phillip menyadari Jason sedang memberinya peringatan. Sontak saja hal itu langsung membuat ekspresinya membeku ....Sementara itu, emosi Layla sudah hampir meledak. 'Cih! Bagaimana mungki
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen