Aylin menatap Jason dengan ekspresi curiga ....Jason yang duduk tidak jauh dari situ melihat tatapan Aylin, kemudian dia mengangguk dengan ekspresi acuh tak acuh.Tidak disangka, hal ini ternyata benar.Jason benar-benar ingin mengajaknya ke bioskop."Oke, ayo cepat makan. Filmnya akan segera dimulai." Anisa berdiri dan mengajak Aylin ke meja makan.Di meja makan, para pelayan sudah menyiapkan makan malam hari ini. Anisa menarik Aylin untuk duduk dan mengambilkan makanan.Aylin makan malam dengan ekspresi ragu. Setelah selesai makan malam, Jason mengambil kunci mobil dan memberi isyarat agar Aylin keluar.Meskipun Aylin masih merasa sangat aneh, dia tetap mengikuti Jason ke dalam mobil di bawah tatapan Jogan dan Anisa yang sangat bahagia."Jason, apakah kamu benar-benar akan mengajakku menonton film?" tanya Aylin dengan penasaran setelah masuk ke dalam mobil.Jason mengemudikan mobil dan menjawab tanpa menoleh, "Kenapa? Kamu nggak mau pergi?""Bukan," gumam Aylin sambil menunduk. Ayli
"Ayo, kita sudah boleh masuk." Jason melihat waktu dan berdiri.Keduanya memeriksa tiket, lalu menemukan kursi yang sesuai untuk diduduki.Agar Jason dan Aylin bisa merasakan kehidupan pasangan biasa, Anisa sengaja memilih tempat biasa. Saat ini, bioskop telah dipenuhi penonton.Jason mengenakan setelan hitam. Di antara sekelompok orang yang mengenakan pakaian kasual, penampilan Jason terlihat agak aneh.Melihat ekspresinya yang agak tidak wajar, Aylin tidak bisa menahan senyum dan mendekatinya. "Apakah kamu menyesal nggak mengganti pakaianmu sebelum keluar? Orang biasa jarang keluar memakai jas.""Tonton filmnya," kata Jason dengan ekspresi datar sambil mengulurkan tangan untuk mendorong kepala Aylin.Aylin menyentuh kepalanya, lalu duduk diam dan menonton film.Film itu adalah film cinta yang romantis.Tampaknya Anisa telah lama memilih film untuk mendekatkan hubungan antara Jason dan Aylin."Halo." Tidak lama setelah film dimulai, telepon Jason berdering. Dia merendahkan suaranya da
"Aku nggak akan pergi." Mata Aylin sedikit menyipit dengan ekspresi sedikit malu. "Aku nggak nyaman untuk masuk. Bagaimana kalau kamu masuk sendiri, aku akan menunggumu di sini."Ekspresi Jason menjadi masam. Dia tetap bersikeras meminta Aylin keluar dari mobil dan masuk bersamanya.Barusan, Layla menelepon dan mengatakan bahwa ada masalah dengan perlengkapan kru. Selama syuting, perlengkapan itu melukainya. Dia berharap Jason bisa datang dan menjenguknya.Memikirkan persahabatan mereka, Jason menyetujui untuk datang menjenguknya.Jika Aylin tidak masuk saat ini, Jason khawatir dia akan berpikir macam-macam. Akan lebih baik jika Aylin langsung masuk bersama. Jika Aylin melihatnya sendiri, Jason tidak perlu untuk menjelaskan apa pun lagi."Jason ...." Aylin terpaksa mengikutinya. Hatinya perlahan-lahan merasa gugup.Membayangkan adegan intim antara Layla dan Jason, hati Aylin merasa sangat tidak nyaman.Pada akhirnya, Jason menyeretnya ke lokasi syuting ....Saat Jason memasuki lokasi s
Melihat tangannya yang kosong, wajah Layla menunjukkan rasa malu. Namun, dia segera berkata sambil tersenyum, "Begitu, ya. Sepertinya aku nggak berpikir dengan teliti. Maaf Jason, di hari ulang tahunmu yang berikutnya, aku pasti akan memikirkan cara untuk merayakannya."Layla mengulurkan tangannya lagi dan meraih lengan Jason. "Jangan marah padaku lagi, ya? Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Kamu harus menjalaninya dengan bahagia!"Melihatnya seperti ini, Jason menghela napas dengan tak daya. "Aku nggak marah.""Baguslah." Layla menyeringai dan menunjukkan senyum cerah. "Aku sudah memesan kamar VIP di klub sebelah, ayo kita pergi dan minum bersama untuk merayakan ulang tahunmu. Kue ini, aku tahu kamu nggak suka manis, tapi aku sudah menyiapkannya dengan saksama. Kamu harus mencobanya, 'kan?"Layla tidak membiarkan Jason menolaknya. Jason memandang Aylin yang berdiri di sampingnya, lalu dia mengangguk dengan pelan."Aku tahu kamu pasti akan setuju." Melihat dia setuju, Layla sangat sen
Semua orang sangat senang, ada yang minum dan ada yang bernyanyi. Sementara Layla duduk di sebelah Jason sambil mengobrol dengan orang-orang di sekitarnya.Aylin memandangnya dengan ekspresi iri.Dia tidak bisa menjadi Layla yang bisa mengobrol bersama semua orang dengan gembira dan murah hati ....Aylin secara tidak sadar akan merasa malu di depan orang asing.Jason yang dikelilingi oleh kerumunan, tanpa sadar memperhatikan Aylin duduk di sudut. Dia duduk di sana sendirian dengan kepala menunduk dan ekspresi masam.Jason menatap Aylin sambil menyipitkan matanya ....Awalnya, ketika Anisa memberitahunya tentang tiket bioskop, Jason tidak ingin menontonnya bersama Aylin.Mereka berdua bukanlah sepasang kekasih, jadi mereka tidak perlu melakukan hal-hal tersebut.Namun, Anisa telah membeli tiketnya, jadi Jason tidak ingin mengecewakan neneknya. Karena dia menyetujuinya, itu artinya Jason benar-benar ingin menonton film bersama Aylin. Namun, Jason tidak menyangka Layla akan menyiapkan kej
Kata-kata Jason membuat Aylin merasa sedikit bingung, tapi dia tidak marah."Tunggu. Menurutmu, apakah aku marah?"Jason memiringkan kepalanya dan menunjukkan ekspresi yang mengatakan sebaliknya."Aku benar-benar nggak marah." Aylin menunjukkan senyum tak daya. "Aku hanya nggak kenal dengan temanmu, jadi aku nggak tahu bagaimana bergaul dengan mereka. Aku benar-benar nggak marah."Tidak peduli apa yang Aylin katakan, Jason telah menariknya keluar dari klub. Mereka tidak mungkin kembali lagi."Masuklah ke mobil." Jason membuka pintu kursi belakang, mendorong Aylin ke dalam dan duduk di sisi lain. Sopir sudah menunggu di dalam mobil. Setelah mereka duduk, sopir segera berkendara.Meskipun Aylin ingin menjelaskan, dia merasa itu tidak ada gunanya. Jadi, Aylin hanya diam dan tidak menjelaskan.Jason langsung meminta sopir untuk kembali ke bioskop, lalu menarik Aylin ke atas."Aku mau beli tiket terbaru film ini." Jason langsung membeli tiket terbaru film tersebut, lalu menyerahkan tiketnya
Di dalam ruangan yang gelap itu, mata Jason berbinar sehingga Aylin tidak bisa mengucapkan kata-kata penolakan sama sekali.Jika tidak, Aylin akan merasa telah melakukan kesalahan besar dan menghancurkan ekspektasi Jason."Bagaimana kalau begini? Aku nggak memberi hadiah hari ini. Aku akan menyiapkan hadiah untukmu besok, oke?"Jason menundukkan kepalanya sedikit dan menatap Aylin dengan tatapan bergairah. "Nggak bisa, setelah hari ini bukan hari ulang tahunku lagi. Karena kamu belum siap, bagaimana kalau kamu memanfaatkan kesempatan saja?""Memanfaatkan kesempatan?" Aylin berkedip. Dia tidak mengerti maksud Jason. "Bagaimana aku bisa memanfaatkan kesempatan? Nggak ada apa pun di bioskop ...."Sebelum Aylin selesai berbicara, Jason tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menekan bagian belakang kepala Aylin. Kemudian, Jason menundukkan kepalanya dan mencium bibir Aylin.Rasa hangat di bibirnya membuat mata Aylin membelalak dan seluruh tubuhnya menegang.Aylin tidak tahu mengapa Jason tiba-
Sayangnya Aylin bahkan tidak ingat apa telah ditontonnya."Sopirnya belum datang, tunggulah sebentar."Tentu saja Jason tidak bisa mengemudi setelah minum, jadi mereka hanya bisa berdiri di dekat mobil dan menunggu sopir datang."Oke." Aylin berdiri agak jauh dari Jason. Jarak antara keduanya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, sehingga membuat suasana terlihat ambigu.Untungnya, saat Aylin tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sopir telah tiba.Aylin langsung berlari ke kursi penumpang, membuka pintu dan masuk.Melihat tindakannya, Jason tidak punya pilihan selain duduk di kursi belakang.Sepanjang jalan, Jason memandang wajah Aylin melalui pantulan di jendela mobil. Dia sedikit mengernyit dan tenggelam dalam pikirannya.Aylin merasakan garis pandang jatuh di pipinya. Tanpa disadari pipinya mulai memanas, seolah-olah sedang dipanggang di atas kompor.Ada keheningan sepanjang jalan. Saat mereka sampai di rumah, mereka berdua memasuki rumah satu demi satu."Aku tidur di kamar ta
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen