"Siapa yang bilang begitu, bukankah aku menyukaimu?" kata Ricky dengan marah.Olivia berkata dengan malu-malu, "Oke, berhenti menggodaku! Aku harus melihat apa yang sedang dilakukan Kalana. Aku selalu merasa dia akan menimbulkan masalah!"Ricky berdeham, lalu dia tidak berkata apa-apa lagi. Dia diam-diam menemani Olivia mengamati Kalana.Mereka melihat Kalana menunjukkan ekspresi wajah serius ketika berbicara dengan pria di seberangnya. Dia akan menggertakkan gigi dari waktu ke waktu, seolah-olah dia sedang membicarakan sesuatu yang penting ....Pria di seberangnya tampak berusia empat puluhan. Dia mendengarkan perkataan Kalana dengan kepala mengangguk. Kelihatannya, keduanya memiliki hubungan yang tidak setara.Sekitar lima belas menit kemudian, pria di seberang Kalana bangkit dan pergi.Kalana duduk sendirian dan menyesap kopi. Dia termenung sejenak, tidak tahu apa yang dia pikirkan. Lalu, Kalana berjalan pergi.Olivia melihat Kalana keluar dari kedai kopi. Dia ingin mengikuti Kalana
Ariel baru saja kembali dari rumah sakit. Dia datang ke perusahaan untuk bersembunyi. Mengapa bocah ini kembali lagi?Ariel belum pernah bertemu pria yang begitu manja!"Apa yang kamu lakukan di sini lagi? Kenapa kamu nggak tinggal bersama ayahmu di rumah sakit!"Justin mengangkat bahunya. "Ayahku sudah baik-baik saja. Kamu nggak tahu betapa baiknya dia sekarang! Sejak kakakku mengunjunginya di pagi hari, dia telah berubah total. Dia nggak hanya bekerja sama dalam minum obat, tapi juga mengambil inisiatif untuk makan. Dia bilang ingin keluar dari rumah sakit lebih awal untuk menebus dosanya pada putrinya! Melihatnya seperti itu, tentu saja aku nggak perlu khawatir lagi!"Ariel mengerutkan keningnya. Saat dia mendengar Justin menyebut kakak, Ariel tahu dia sedang berbicara tentang Pamela.Namun, Ariel tidak tahu apakah anak ini masih ingat bahwa dia memiliki kakak yang lain."Kak Ariel, kenapa kamu menatapku seperti itu? Apakah kamu nggak menyambutku lagi?" kata Justin dengan cemberut.
Ariel berkata, "Lebih baik kamu perhatikan kakakmu itu, jangan biarkan dia membuat masalah, Pamela sudah cukup banyak masalah akhir-akhir ini."Tatapan Justin berubah tenang, "Aku juga tahu, Kak Pamela sudah cukup memusingkan masalah Kak Agam, aku nggak akan membiarkan orang lain mengganggunya lagi," katanya.Ariel duduk, kemudian menaikkan kacamata berbingkai emasnya sambil berkata, "Aku harap kamu bisa membedakan yang benar dan salah, bukan membela kakak kandungmu secara membabi buta."Dulu Justin benar-benar menganggap kakaknya, Kalana Yanuar, sebagai wanita yang paling baik dan paling lemah di dunia ini, kemudian dia baru menyadari Kalana sudah dididik oleh ibunya menjadi sangat egois, yang bisa memanfaatkan siapa pun untuk menggapai tujuannya.Justin meyakinkan, "Tenang saja, aku nggak akan seperti itu. Meski keduanya kakakku, aku tahu siapa yang benar dan siapa yang salah."Ariel menatapnya, matanya terpaku sejenak, lalu menjadi tenang dan tidak berkata apa-apa lagi....Malam ha
Sambil merenung, dia berjalan ke kamar Revan.Pamela tidak mengetuk pintu, dia mencoba memutar pegangan pintu, ternyata pintu itu terkunci ....Dikunci?Pamela tertegun, tak menyangka anak sekecil Revan tidur dengan mengunci pintu?Tak mungkin Pamela tidak kecewa, seringkali bukan hanya anak yang bergantung pada ibunya, ibu juga secara tidak sadar mulai bergantung pada anaknya.Anak yang biasanya menempel padanya tiba-tiba berubah tidak menginginkan ibunya lagi ....Bagi seorang ibu, ini adalah luka yang sangat dalam.Pamela sudah lama berada di depan pintu. Setelah lama berpikir, dia masih merasa khawatir, akhirnya dia memanjat melalui balkon ruang belajar di sebelah.Di dalam kamar, Revan berbaring miring, meringkuk di tempat tidur, dengan boneka beruang di pelukannya, dia tidur dengan kening berkerut.Dari posisi tidurnya terlihat perasaan tidak aman, meski begitu, dia tetap mengunci pintu dan memaksa dirinya untuk mandiri.Tanpa sadar Pamela teringat pada masa kecilnya, perasaan me
Buru-buru menjual aset di saat seperti ini, pasti ada yang tidak beres!Saat serius meninjau surel dari Ariel, ponsel Pamela tiba-tiba berdering.Saat mendengar deringan ponsel, matanya masih tertuju pada layar komputer, sementara tangannya sudah meraih ponsel untuk menjawab panggilan tersebut."Lala, kamu sedang apa?"Terdengar suara Andra, beberapa waktu tidak bertemu, Pamela hampir melupakan orang ini."Ada apa?"Nada suaranya dingin, dengan sikap sedang bekerja.Andra berpura-pura menghela napas kecewa, "Lala, apa kamu nggak bisa ramah sedikit padaku? Bagaimanapun sekarang kita berdua bisa dikatakan mitra kerja. Bukankah nggak baik memperlakukan mitra kerja seperti ini?"Pamela mengerutkan kening sambil berkata, "Kalau begitu aku harus memperlakukanmu seperti apa? Memanggilmu Andra dengan suara manja?"Andra tertawa, "Menurutku itu bagus! Aku senang kalau kamu memanggilku seperti itu!"Pamela tidak punya waktu membicarakan hal ini dengannya, dia menyela, "Sebenarnya ada perlu apa?
Andra mengangkat bahu dengan acuh tak acuh dan tersenyum, lalu mengikutinya ke kantor, "Ini namanya sedang dinas, bukankah aku datang untuk membahas pekerjaan denganmu? Bos serajin aku apa masih nggak cukup memberi contoh?"Saat berjalan menuju mejanya, Pamela merasakan Andra semakin dekat di belakangnya ....Ini adalah kebiasaan buruk Andra, dia suka melakukan kontak fisik ketika berbicara.Pamela berbalik, lalu menarik kursi untuknya dengan sangat alami, "Tuan Muda Andra, silakan duduk. Karena kita akan membicarakan pekerjaan, maka duduklah di kursi tempat kita membicarakan pekerjaan. Jangan terlalu dekat, agar nggak menimbulkan salah paham!Andra mengatupkan bibirnya, tersenyum, lalu duduk di kursi yang ditarik Pamela untuknya, "Terima kasih, Lala."Setelah Andra duduk, Pamela berjalan perlahan ke mejanya dan duduk. Dia menaikkan matanya, menatap Andra dengan tenang, "Ada urusan pekerjaan apa yang ingin kamu sampaikan padaku?!"Seketika Andra berubah serius, "Bukankah kita berdua ak
Andra mengerutkan kening, mengangkat bahu dan tersenyum, "Oke! Nggak usah hidupkan pendingin ruangan. Lala, jangan lupa mencariku setelah selesai rapat!"Pamela mengangguk, "Itu pun kalau Tuan Muda Andra masih di sini," katanya.Andra mengerucutkan bibirnya, kemudian menjawab, "Jangan khawatir, aku pasti ada."Kemudian, Andra pergi ke ruang tunggu diantar oleh sekretaris Pamela.Setelah kantor sepi, Pamela tidak membuang waktu, dia menyalakan komputer untuk mengurus beberapa pekerjaan dan bersiap untuk rapat.Kerja sama dengan Perusahaan Bratajaya telah disetujui dalam rapat pemegang saham, bukan sesuatu yang diputuskan sendiri oleh Pamela.Meski tidak menyukai Andra, Pamela berterima kasih atas semua bantuan yang diberikan olehnya, hanya saja dia tidak bisa membalas perasaannya.Jadi, saat Andra mengajukan bekerja sama dengan Perusahaan Dirgantara untuk mengembangkan kawasan komersial Maritim Biru, Pamela berjanji akan mengajukannya pada pemegang saham, tapi lolos atau tidaknya tidak
Sosok itu bukan orang lain, melainkan Andra.Yang berbeda adalah Andra di pagi hari tadi berpenampilan rapi dengan jas dan sepatu kulit.Sementara Andra yang sekarang telah melepas jas dan kemejanya, bahkan bagian atas tubuhnya telanjang!Pamela mengerutkan alis, kemudian berkata, "Tuan Muda Andra, apa Keluarga Bratajaya mendidikmu untuk melepaskan baju secara sembarangan di perusahaan orang lain?"Ada butiran keringat di bahu Andra, yang menambah sedikit pesona pada badan bugarnya."Lala, bukankah ini hasil yang kamu inginkan?"Pamela menatapnya keberatan, "Apanya ini hasil yang kuinginkan? Yang kuinginkan adalah kamu pergi dari sini, jangan menungguku!"Andra menaikkan sudut bibirnya, "Oh, ya? Kenapa aku merasa kamu sengaja membuatku kepanasan untuk memaksaku melepaskan pakaian dan memperlihatkannya padamu?"Pamela pernah bertemu orang yang tak tahu malu, tapi baru kali ini bertemu orang yang begitu percaya diri, "Itu .... Tuan Muda Andra, apa kamu selalu begitu percaya diri?"Andra
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen