Entah kenapa Ariel merasa ada yang salah di dalam hatinya ....Jadi dia segera menelepon Pamela!Hanya saja panggilannya tidak dijawab setelah tersambung untuk waktu yang lama!Ariel segera menelepon Kediaman Dirgantara setelah panggilannya tidak dijawab, kemudian bertanya apakah Pamela ada di rumah tidak dan mendapatkan jawaban kalau Pamela tidak berada di rumah.Firasat buruk di dalam hati Ariel semakin kuat, dia menyimpan ponselnya dan segera bertanya pada Justin, "Kapan Bos pergi dari rumah sakit?"Justin berpikir sejenak, "Sepertinya satu jam sebelum kamu datang! Kakakku yang mengantarnya pulang! Kenapa?"Ariel mengerutkan keningnya, "Kamu telepon kakakmu sekarang dan tanya apakah Bos lagi sama dia nggak, cepat!"Justin sedikit tidak bisa memahami sikap Ariel, tapi dia menurut dengan patuh saat melihat kecemasannya dan segera menelepon Jason ....Sebenarnya dia tidak berani menelepon kakaknya saat ini, karena takut diomeli.Hanya saja, panggilannya juga tidak dijawab!Ariel menata
Tiba-tiba Ariel melihat sebuah genangan air di lantai, entah siapa yang tidak sengaja menumpahkan air atau minuman di sini!Hal pentingnya adalah genangan air bekas diinjak oleh seseorang, akan ada jejak kaki yang tertinggal di lantai setelah menginjaknya.Ariel melihat banyak jejak kaki yang masih basah di depan genangan air, terlihat jelas bahwa itu adalah jejak dari sepatu hak tinggi!Ariel melihat Sophia mengenakan sepatu hak tinggi dengan bentuk hak yang tipis saat bertemu dengannya di lift.Ariel dan Justin menemukan sebuah ruang konsultasi setelah mengikuti jejak kaki itu!Pintu ruang konsultasi sedikit terbuka dan mereka berdua diam-diam melihat bagian dalam ....Benar saja, mereka melihat Sophia sedang duduk di dalam ruang konsultasi sambil berbicara dengan seorang dokter yang mengenakan jas putih.Sophia menaikkan salah satu kakinya ke kaki lain dan melihat waktu dengan tidak sabar, "Dokter Joko, masih belum selesai? Memangnya sesulit itu?"Dokter itu berkata, "Nona Sophia, j
Dokter Joko melihat waktu dan melihat ekspresi cemburu di wajah Sophia, kemudian mengangguk, "Baik! Aku akan telepon dia! Tolong tunggu sebentar!"Sophia berjalan bolak-balik di dalam ruang konsultasi dan terkadang melirik Dokter Joko yang sedang menelepon ....Dokter Joko mengerutkan keningnya setelah satu menit berlalu.Dia sudah menelepon dua kali, tapi perawat itu tidak menjawab panggilannya, sepertinya ada yang salah!Sophia juga melihat ada yang salah dan mendekat untuk bertanya, "Dokter Joko, bagaimana?"Dokter Joko berkata dengan canggung, "Maaf, Nona Sophia. Perawatku nggak jawab teleponku dan sepertinya ada masalah, jadi aku mau pergi ke sana!"Ada masalah? Alis Sophia mengerut dengan dalam!Perawat itu tidak menjawab panggilan, mungkin saja dia terlalu menikmati hal ini dan melupakan janjinya dengan Dokter Joko ....Sophia tidak bisa menahan dirinya saat memikirkan hal ini!"Apa yang sebenarnya telah terjadi! Dokter Joko, aku pergi bersamamu!"Dokter Joko tidak menolak Sophi
"Dikunci?" Dokter Joko mendekat dengan bingung, mencoba memutar kenop pintu dan ternyata memang benar pintunya telah dikunci!"Aneh sekali, biasanya gudang ini nggak dikunci, bahkan barang-barang yang nggak dipakai akan dimasukkan ke dalam! Siapa yang akan mengunci pintu ini!"Dokter Joko bergumam dengan bingung.Sophia semakin merasa bahwa dia tidak salah lihat tadi, pasti ada orang yang menguping pembicaraannya dengan Dokter Joko di luar dan segera bersembunyi di dalam gudang saat melihat mereka keluar!"Dokter Joko, aku akan menunggu di sini dan kamu cari kunci gudang ini! Aku baru tenang kalau memastikan nggak ada orang di dalam!"Dokter Joko tidak berpikir terlalu jauh meski merasa aneh saat pintunya dikunci, dia tidak merasa ada orang yang bersembunyi di dalam, mungkin saja perawat yang meletakkan barang tidak berguna di sini tidak sengaja menguncinya!Hanya saja dia tidak bisa mengatakan apa pun saat menghadapi permintaan Sophia, dia mengangguk dan kembali ke ruang konsultasi un
Dokter Joko berkata dengan sedikit sedih, "Mohon maaf, Nona Sophia. Ini adalah area terbengkalai rumah sakit dan kamera pengawas di sini juga sudah dicabut."Sophia merasa sedikit tidak puas, matanya masih mengawasi gudang dengan waspada.Dokter Joko merasa Sophia terlalu curigaan dan mengingatkannya, "Nona Sophia, bukannya kamu sangat ingin melihat kondisi suamimu sekarang?"Sophia tiba-tiba bereaksi kembali, benar, hal yang lebih penting baginya adalah melihat kondisi Agam sekarang!Sophia baru berbalik setelah kembali memastikan tidak ada yang aneh di dalam gudang. "Hm, ayo kita pergi!"Sophia mengikuti Dokter Joko keluar dari gudang dan pergi ke ruang pemeriksaan khusus di samping ....Suasana di dalam gudang menjadi hening setelah pintunya ditutup. Pintu lemari di balkon yang merupakan tempat untuk menyimpan alat pemadam kebakaran terbuka dari dalam, kemudian tiga orang keluar satu demi satu.Justin terus batuk setelah menarik Ariel keluar, karena di dalam penuh dengan debu.Merek
Justin dengan bingung mengerutkan keningnya, "Tadi kami dengar Sophia dan seorang dokter membicarakan tentang pengambilan benih, tapi Kak Pamela lagi bersama dengan Kak Agam, jangan-jangan ...."Ariel sudah memahami semuanya saat mendengar percakapan Sophia dengan dokter itu, dia sudah tidak memiliki rasa penasaran dan hanya mengkhawatirkan keselamatan Pamela, "Pak Jason, menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?"...Dokter Joko membuka pintu ruang pemeriksaan khusus dengan kunci, tapi ruangan di dalam gelap gulita karena tirainya ditutup.Sebuah film tidak senonoh sedang diputar di layar, di mana tokoh utama pria dan wanita sedang mengeluarkan suara yang tidak enak didengar ....Sophia langsung menunjukkan ekspresi tidak nyaman begitu berjalan masuk dan melihat film ini, Sophia mengerutkan keningnya sambil menatap sekeliling untuk mencari Alex, tapi dia tidak menemukan Alex!"Dokter Joko, apa yang terjadi? Di mana suamiku? Bukannya kamu bilang ada perawat yang akan menemani sua
Pakaian Alex rapi dan juga terlihat tenang, membuat orang tidak bisa menebaknya.Sophia berkata dengan canggung, "Alex, a ... apakah pemeriksaannya lancar?"Alex mendengus, "Semuanya sangat lancar, berkatmu."Entah kenapa dada Sophia seperti tersumbat oleh sesuatu dan terasa sangat tidak nyaman saat mendengar kata 'sangat lancar'.Apakah kata lancar yang dimaksud Alex adalah tadi dia melakukannya dengan perawat itu dengan sangat 'kompak' ....Amarah Sophia seperti akan meledak saat memikirkan hal ini!Dokter Joko berjalan mendekat dan bertanya dengan sopan, "Tuan Alex, di mana perawat wanita tadi? Kenapa dia nggak ada di sini?"Alex menatap Dokter Joko dengan dingin dan berkata, "Dia sudah dapat apa yang dia inginkan dan keluar sambil bawa benda itu."Dokter Joko tetap merasa bingung, "Kenapa ponselnya dimatikan?"Alex berkata, "Bagaimana mungkin aku bisa tahu? Aku dan dia cuma punya hubungan perawat dan pasien, masalah ponselnya yang dimatikan sama sekali nggak ada hubungannya dengank
Justin yang pertama kali bicara, "Kak, kamu ngapain sama Kak Agam di sana? Apa yang terjadi sama perawat wanita ini?"Wajah Pamela memerah dan tidak menjawab.Ariel menyikut Justin untuk berhenti bicara, lalu melangkah maju dan bertanya dengan perhatian, "Bos, kamu nggak apa-apa?"Pamela menggelengkan kepalanya, "Nggak apa-apa. Ariel, kenapa kamu bisa datang ke rumah sakit?"Ariel dengan kesal melirik Justin, "Dia menipuku datang ke sini. Aku kebetulan bertemu dengan Sophia saat datang ke sini dan merasa ada yang salah dengannya, jadi aku datang ke sini."Pamela menatap mereka berdua dan sedikit menyipitkan matanya, "Jadi, kamu sudah bertemu dengan orang tua pacarmu?"Ekspresi Ariel menegang sejenak, terdapat beberapa rona merah di wajah orang yang biasanya bersikap dengan tenang, "Bos, bukan seperti yang kamu pikirkan."Justin mendekat dan berkata, "Apa yang kamu pikirkan benar! Kak, aku sudah bawa Ariel bertemu dengan Ayah dan Ayah sangat puas dengannya, seharusnya Ayah akan menyetuj
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen