Ariel menambahkan, "Tapi, kedua anak tersebut belum bisa meninggalkan inkubator. Mereka harus tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu."Begitu dia mendengar bahwa anaknya tidak bisa keluar dari rumah sakit bersama-sama, Pamela segera mengerutkan keningnya. "Anakku belum bisa keluar dari rumah sakit? Kalau begitu, aku akan tinggal bersama mereka. Aku nggak keluar rumah sakit dulu."Ariel menasihati, "Bos, bahkan di rumah sakit, anakmu harus tinggal di inkubator untuk dirawat. Kamu nggak dapat tinggal bersama anakmu. Kenapa kamu nggak pulang dan menjalani masa pemulihan dengan baik dulu? Aku, Marlon dan orang-orang Pak Jason akan bekerja sama untuk merawat anakmu. Nggak akan ada masalah."Meskipun dia tidak bisa menemani anaknya sepanjang waktu, Pamela tidak bersedia meninggalkan anaknya dan keluar rumah sakit terlebih dahulu."Saat anakku keluar dari rumah sakit, aku juga akan keluar dari rumah sakit."Melihat kegigihannya, Ariel tetap ingin membujuk, "Bagi perempuan, masa pemuliha
Olivia jarang bereaksi dengan cerdik. Kemudian, dia membantu neneknya menjawab, "Kak Pamela! Kakakku nggak memberi tahu nenek tentang hal ini. Kakek mengetahuinya dari pemegang saham lama di perusahaan!""Ponsel kakakku dan Ervin dicuri di Negara Muriana. Mereka berada di luar negeri dan nggak dapat memperbarui kartunya. Jadi, sekarang mereka nggak dapat menghubungi kita. Mereka juga sibuk menangani situasi perusahaan dan nggak bisa pergi."Pamela memandang Olivia dengan tenang. "Benarkah?"Mata Olivia tidak mengelak. Dia berkata sambil mengangguk dengan penuh semangat, "Benar! Kak Pamela, istirahatlah dengan tenang! Saat kakakku kembali, dia sendiri yang akan menjelaskannya padamu!"Frida juga mengangguk. "Ya, Pamela, sekarang hal terpenting bagimu adalah istirahat dengan baik! Hari ini, Nenek datang ke sini untuk membawamu kembali. Nenek sudah mencari pelayan terbaik di rumah. Maukah kamu kembali dengan Nenek?"Pamela menolak, "Nggak perlu, aku nggak manja seperti itu. Aku nggak apa-
Mendengar perkataan Pamela, Olivia sedikit menahan emosinya. "Tapi Kak Pamela ...."Pamela tidak ingin mendengarkan nasihat siapa pun, jadi dia memperjelas rencananya. "Aku nggak akan kembali bersama kalian, aku juga nggak akan pergi ke Kediaman Keluarga Yanuar. Aku akan tinggal di rumah sakit. Kalau kalian mau menemui aku atau anakku, kalian bisa datang kapan saja."Ekspresi Frida terlihat sangat khawatir, tapi dia masih ingin membawa Pamela pergi. "Pamela ...."Nada bicara Pamela terhadap Frida sedikit lebih sopan. "Nenek, kamu nggak perlu mengatakannya lagi, aku nggak akan pergi ke kediaman Keluarga Dirgantara sampai Pak Agam kembali. Sekarang aku sedikit lelah dan ingin istirahat, jadi kalian pergilah. Ariel, antar Nenek dan Olivia ke kamar bayi untuk melihat anak-anak, lalu antar mereka pulang."Ariel menjawab, "Baiklah! Nyonya Frida, Nona Olivia, silakan ikut denganku!"Frida mengerutkan keningnya. Dia mengetahui bahwa Pamela masih kesal terhadap Agam. Dia pasti tidak akan kembal
Andra memandang Pamela yang sedang bersandar di samping tempat tidur dengan ekspresi bingung. "Aku pikir daripada beristirahat, Pamela membutuhkan seseorang untuk berbicara dengannya sekarang."Jason mengerutkan kening dan berkata, "Dia mungkin nggak ingin berbicara denganmu sekarang."Andra tidak setuju. "Belum tentu! Kalau kamu nggak percaya, kamu keluarlah. Biarkan Pamela dan aku berbicara berdua sebentar! Aku pasti akan membuat Pamela bahagia!"Jason menariknya dengan tidak sabar. "Berhenti bicara omong kosong! Keluarlah bersamaku!"Saat berkata, Jason menyeret Andra keluar ....Andra tidak punya pilihan selain berteriak kepada Pamela, "Lala, kalau begitu aku akan datang menemuimu besok!"Pamela hanya menatap dengan ekspresi datar. Lalu, dia menoleh dan melihat ke luar jendela dengan linglung .......Setelah diseret keluar dari bangsal oleh Jason, Andra meluruskan pakaiannya yang kusut sambil mengeluh."Jason! Kamu ini terlalu membosankan! Aku nggak mudah mendapat kesempatan berbi
Ruang NICUOlivia menempel pada dinding kaca ruang NICU, memandangi dua bayi dalam inkubator, matanya penuh kegembiraan."Nek, lihat! Mereka berdua kecil dan imut! Yang perempuan mirip Kak Agam, yang laki-laki mirip Kak Pamela!" kata Olivia.Frida meneteskan air mata haru ketika melihat kedua cicitnya, tetapi tersembunyi sesuatu yang serius dan rumit di antara alisnya.Frida punya banyak kekhawatiran dan tidak berpikiran sesederhana Olivia.Setelah melihat cicitnya beberapa saat, Frida menoleh, menatap Ariel yang mengantar mereka dan berkata dengan suara dalam, "Nona, aku tahu kamu sudah lama berteman dengan Pamela, lebih kurang aku juga sudah tahu situasi yang terjadi, tapi aku hanya ingin memastikan, apa kalian yakin Agam yang masuk dan membawa pergi satu bayi dari ruang bersalin?"Ariel mengangguk dengan serius, "Benar, kami semua melihat dengan mata kepala sendiri."Alis Frida berkerut, "Tapi aku sudah meminta orang menyelidikinya, Agam memang memesan tiket pulang di hari Pamela me
Kecurigaan Ariel beralasan.Olivia juga yakin seperti itu. "Menurutku juga begitu, ini pasti ulah Sophia! Wanita itu terobsesi dengan Kak Agam, dia psikopat! Kita harus segera mencari ke rumah mereka!"Tentu Ariel dan Marlon juga pernah mencurigai Sophia, mereka sudah mengutus orang di Negara Muriana untuk mengintai Perusahaan Tessa dan rumah Sophia, hanya saja belum ditemukan kejanggalan.Setiap hari Sophia keluar rumah, tapi sosok Agam tak pernah terlihat di sisinya.Frida orang yang berhati-hati, dia memberi isyarat pada Olivia untuk diam dengan tatapan matanya, "Theo sangat memanjakan putrinya, kalau benar mereka yang menahan Agam, mereka pasti sudah melakukan persiapan yang matang. Kalaupun kita langsung ke rumah mereka, kemungkinan besar hasilnya akan sia-sia.""Baiklah, semuanya bersabar dulu, aku akan pulang dan berdiskusi dengan kakeknya tentang tindakan selanjutnya," sambungnya."Untuk saat ini, tolong kalian jaga Pamela, bantu aku menenangkannya. Aku pasti akan memberikan ke
Untuk sementara dia hanya bisa merespons seperti ini, karena Pamela masih terlihat tenang dan bisa menstabilkan emosinya.Kalau dia menceritakan faktanya dan Pamela sampai tahu anaknya kurang satu, Pamela pasti tidak akan setenang ini.Pamela mengangguk, "Ya, dia diberkati.""Sebelumnya dia dikabarkan tewas dalam ledakan, tapi bukankah akhirnya dia kembali dengan selamat?" lanjutnya."Aku tahu, dia nggak akan membohongiku lagi, dia sudah berjanji akan pulang, dia pasti akan menepatinya," sambungnya."Koridor memang agak dingin, aku akan menjalani masa nifas dengan baik dan menunggunya pulang," tambahnya lagi.Begitulah, dia bergumam sendiri, lalu berbalik dengan lesu dan berjalan kembali ke kamarnya selangkah demi selangkah ....Ariel sangat sedih melihat Pamela memaksakan diri untuk tenang.Pamela tidak tahu, entah bagaimana caranya pria itu kembali dan membawa pergi satu anaknya, bahkan sekarang menghilang.Pamela masih begitu percaya padanya ....Kalau Agam dan anak pertamanya tidak
"Aku sudah dengar kabar kalian ingin memanfaatkan ketidakberadaan suamiku untuk menduduki posisinya, tapi, aku sarankan kalian untuk mengurungkan niat itu! Selama ada aku, Perusahaan Dirgantara nggak akan ganti nama!" kata Pamela.Ucapan Pamela membuat semua orang tidak bisa berkata-kata. Bahkan mereka yang masih tidak puas tidak lagi berbicara untuk mempersulit keadaan.Karena mereka juga merasa logis.Ucapan Pamela benar, Agam sudah tiada, tentu pewaris utama yang akan menggantikannya, tidak mungkin pemegang saham seperti mereka yang mengambil alih.Pertemuan tersebut berlangsung selama satu setengah jam, Pamela tampil dengan normal.Sekalipun sekelompok pemegang saham yang licik itu tidak mau menerima kepemimpinan dari seorang wanita muda, mereka harus mengakui bahwa wanita ini memiliki kekuatan, berbicara dengan fasih dan sangat pandai mengelola perusahaan ...."Rapat dibubarkan."Setelah rapat, Pamela bangkit dan keluar dari ruangan, lalu pergi ke kantor Direktur untuk mengatur la
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen