Saat perawat pergi menggendong kedua anak itu, Justin yang diam-diam berdiri di samping juga menjulurkan kepalanya dan melihat lebih dekat ke dua keponakan kecilnya. Kedua anak itu sangat lucu ....Setelah Pamela melihat kedua perawat pergi, dia memperhatikan Justin dan bertanya kepadanya, "Kenapa kamu sendirian? Di mana kakakmu?"Justin menjawab, "Setelah aku sampai di rumah, aku dengar kamu dibawa ke rumah sakit, jadi aku bergegas datang sendirian. Aku nggak melihat kakakku!"Pamela tidak punya banyak tenaga untuk bertanya lebih banyak. "... Oh!"Justin mendekati Pamela dengan ekspresi datar, lalu berkata dengan nada serius dan agak mengagumi, "Pamela, kamu sangat hebat. Kamu melahirkan dua bayi sekaligus!"Pamela menggerakkan bibirnya dan tersenyum datar. "Terima kasih!"Justin tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia melihat ke sekeliling bangsal dan bertanya dengan sedikit bingung, "Di mana Kak Agam? Apakah dia nggak ada di sini?"Saat dia mendengar nama Agam, wajah Pamela yang puc
"Jangan khawatir, aku nggak akan mengganggumu lagi!"Justin mengatakan ini dengan wajah cemberut dan mengepalkan tinjunya erat-erat, seolah dia telah membuat tekad yang besar.Setelah mendengar ini, Ariel tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia sedikit mengerutkan bibirnya untuk waktu yang lama dan berkata, "Baguslah."Kemudian, dia tidak berkata apa-apa. Ariel bangkit dan kembali ke bangsal Pamela.Tangan Justin yang terkepal pun mengendur. Kepalanya terkulai seperti bola kempes. Justin tidak menunjukkan sifat sombong seperti sebelumnya ...."Kenapa kamu datang ke sini?"Saat mendengar suara kakaknya, Justin mengangkat kepalanya.Saat Jason kembali, dia melihat adiknya duduk di depan pintu. Jason menghampiri dan bertanya dengan serius.Justin menjawab dengan letih, "Saat aku sampai di rumah, aku mendengar kakakku akan melahirkan, jadi aku bergegas datang melihatnya."Jason mengerutkan keningnya. Dia takut anak ini akan menimbulkan masalah di sini, lalu dia berkata, "Pulanglah setelah
Setelah makan siang, Ariel pergi untuk menjawab telepon lagi. Hanya tersisa Pamela di bangsal ....Tok, tok!Terdengar suara ketukan di pintu bangsal.Pamela tahu bahwa Ariel tidak akan mengetuk pintu ketika dia masuk, jadi matanya tanpa sadar terlihat sedikit berharap, lalu dia berkata, "Silakan masuk!"Kemudian, Andra datang membawa beberapa suplemen sambil tersenyum anggun seperti biasanya. "Lala, lama nggak bertemu! Selamat telah melahirkan dua bayi yang sehat."Melihat orang yang masuk adalah Andra, cahaya di mata Pamela meredup. Kemudian, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Terima kasih."Andra menyimpan suplemennya. Dia berjalan ke tempat tidur dan menjelaskan kepadanya."Aku sedang sibuk beberapa waktu yang lalu, jadi aku nggak mengganggumu karena tanggal kelahiranmu masih lama. Saat aku punya waktu luang, aku menelepon Jason. Aku dengar kamu sudah melahirkan, jadi aku segera datang menjengukmu!"Terlepas dari hal lain, Andra selalu merawat Pamela dengan baik. Pamela mengangguk
Ariel menambahkan, "Tapi, kedua anak tersebut belum bisa meninggalkan inkubator. Mereka harus tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu."Begitu dia mendengar bahwa anaknya tidak bisa keluar dari rumah sakit bersama-sama, Pamela segera mengerutkan keningnya. "Anakku belum bisa keluar dari rumah sakit? Kalau begitu, aku akan tinggal bersama mereka. Aku nggak keluar rumah sakit dulu."Ariel menasihati, "Bos, bahkan di rumah sakit, anakmu harus tinggal di inkubator untuk dirawat. Kamu nggak dapat tinggal bersama anakmu. Kenapa kamu nggak pulang dan menjalani masa pemulihan dengan baik dulu? Aku, Marlon dan orang-orang Pak Jason akan bekerja sama untuk merawat anakmu. Nggak akan ada masalah."Meskipun dia tidak bisa menemani anaknya sepanjang waktu, Pamela tidak bersedia meninggalkan anaknya dan keluar rumah sakit terlebih dahulu."Saat anakku keluar dari rumah sakit, aku juga akan keluar dari rumah sakit."Melihat kegigihannya, Ariel tetap ingin membujuk, "Bagi perempuan, masa pemuliha
Olivia jarang bereaksi dengan cerdik. Kemudian, dia membantu neneknya menjawab, "Kak Pamela! Kakakku nggak memberi tahu nenek tentang hal ini. Kakek mengetahuinya dari pemegang saham lama di perusahaan!""Ponsel kakakku dan Ervin dicuri di Negara Muriana. Mereka berada di luar negeri dan nggak dapat memperbarui kartunya. Jadi, sekarang mereka nggak dapat menghubungi kita. Mereka juga sibuk menangani situasi perusahaan dan nggak bisa pergi."Pamela memandang Olivia dengan tenang. "Benarkah?"Mata Olivia tidak mengelak. Dia berkata sambil mengangguk dengan penuh semangat, "Benar! Kak Pamela, istirahatlah dengan tenang! Saat kakakku kembali, dia sendiri yang akan menjelaskannya padamu!"Frida juga mengangguk. "Ya, Pamela, sekarang hal terpenting bagimu adalah istirahat dengan baik! Hari ini, Nenek datang ke sini untuk membawamu kembali. Nenek sudah mencari pelayan terbaik di rumah. Maukah kamu kembali dengan Nenek?"Pamela menolak, "Nggak perlu, aku nggak manja seperti itu. Aku nggak apa-
Mendengar perkataan Pamela, Olivia sedikit menahan emosinya. "Tapi Kak Pamela ...."Pamela tidak ingin mendengarkan nasihat siapa pun, jadi dia memperjelas rencananya. "Aku nggak akan kembali bersama kalian, aku juga nggak akan pergi ke Kediaman Keluarga Yanuar. Aku akan tinggal di rumah sakit. Kalau kalian mau menemui aku atau anakku, kalian bisa datang kapan saja."Ekspresi Frida terlihat sangat khawatir, tapi dia masih ingin membawa Pamela pergi. "Pamela ...."Nada bicara Pamela terhadap Frida sedikit lebih sopan. "Nenek, kamu nggak perlu mengatakannya lagi, aku nggak akan pergi ke kediaman Keluarga Dirgantara sampai Pak Agam kembali. Sekarang aku sedikit lelah dan ingin istirahat, jadi kalian pergilah. Ariel, antar Nenek dan Olivia ke kamar bayi untuk melihat anak-anak, lalu antar mereka pulang."Ariel menjawab, "Baiklah! Nyonya Frida, Nona Olivia, silakan ikut denganku!"Frida mengerutkan keningnya. Dia mengetahui bahwa Pamela masih kesal terhadap Agam. Dia pasti tidak akan kembal
Andra memandang Pamela yang sedang bersandar di samping tempat tidur dengan ekspresi bingung. "Aku pikir daripada beristirahat, Pamela membutuhkan seseorang untuk berbicara dengannya sekarang."Jason mengerutkan kening dan berkata, "Dia mungkin nggak ingin berbicara denganmu sekarang."Andra tidak setuju. "Belum tentu! Kalau kamu nggak percaya, kamu keluarlah. Biarkan Pamela dan aku berbicara berdua sebentar! Aku pasti akan membuat Pamela bahagia!"Jason menariknya dengan tidak sabar. "Berhenti bicara omong kosong! Keluarlah bersamaku!"Saat berkata, Jason menyeret Andra keluar ....Andra tidak punya pilihan selain berteriak kepada Pamela, "Lala, kalau begitu aku akan datang menemuimu besok!"Pamela hanya menatap dengan ekspresi datar. Lalu, dia menoleh dan melihat ke luar jendela dengan linglung .......Setelah diseret keluar dari bangsal oleh Jason, Andra meluruskan pakaiannya yang kusut sambil mengeluh."Jason! Kamu ini terlalu membosankan! Aku nggak mudah mendapat kesempatan berbi
Ruang NICUOlivia menempel pada dinding kaca ruang NICU, memandangi dua bayi dalam inkubator, matanya penuh kegembiraan."Nek, lihat! Mereka berdua kecil dan imut! Yang perempuan mirip Kak Agam, yang laki-laki mirip Kak Pamela!" kata Olivia.Frida meneteskan air mata haru ketika melihat kedua cicitnya, tetapi tersembunyi sesuatu yang serius dan rumit di antara alisnya.Frida punya banyak kekhawatiran dan tidak berpikiran sesederhana Olivia.Setelah melihat cicitnya beberapa saat, Frida menoleh, menatap Ariel yang mengantar mereka dan berkata dengan suara dalam, "Nona, aku tahu kamu sudah lama berteman dengan Pamela, lebih kurang aku juga sudah tahu situasi yang terjadi, tapi aku hanya ingin memastikan, apa kalian yakin Agam yang masuk dan membawa pergi satu bayi dari ruang bersalin?"Ariel mengangguk dengan serius, "Benar, kami semua melihat dengan mata kepala sendiri."Alis Frida berkerut, "Tapi aku sudah meminta orang menyelidikinya, Agam memang memesan tiket pulang di hari Pamela me