Saat Pamela bangun, dia melihat sekelompok orang mengelilingi sambil memandangnya seakan dia adalah binatang langka.Namun, dia merasa lemas dan bagian bawah tubuhnya masih sakit. Saat ini, Pamela tidak bisa duduk...Adsila bersembunyi di samping ranjang rumah sakit sambil menatap Pamela dengan air mata berlinang. "Bibi, kamu luar biasa, kamu melahirkan sepasang anak kembar!"Sepasang anak kembar? Bukannya dia melahirkan kembar tiga?Pamela mengetahui bahwa dia hamil kembar. Saat dia melarikan diri dari Keluarga Dirgantara, dia tidak melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu karena kondisi yang terbatas. Jadi, awalnya Pamela tidak mengetahuinya.Kemudian, saat Pamela kembali ke Kota Marila, dokter memberi tahu dia bahwa memiliki lebih dari satu anak di dalam perutnya. Dia ingat bahwa dokter mengatakan itu adalah kembar tiga ....Jason mengusap kening adiknya dengan pelan. "Terima kasih atas kerja kerasmu. Kamu hebat. Kedua bayinya juga sehat."Pamela masih sedikit linglung. Dia ragu
Pamela ingin mengatakan sesuatu, tapi Jason menekan bibir Pamela dengan jarinya. "Dengarkan kata-kata Kakak, hal terpenting bagimu sekarang adalah istirahat dengan baik. Jangan memikirkan hal-hal lain. Kalau nggak, kamu nggak akan mempunyai kekuatan untuk melihat anakmu."Pamela terdiam seribu bahasa.Jason tidak memberikan kesempatan bagi adiknya untuk berbicara. Kemudian, Jason berkata lagi, "Ariel, tinggallah bersamanya di sini dan biarkan dia tidur nyenyak sebentar! Marlon, Nona Adsila, tolong pergi bersamaku! Pamela baru saja melahirkan. Lebih baik nggak ada terlalu banyak orang di bangsal."Beberapa orang tidak keberatan dengan hal ini. Ariel tetap tinggal di sini, sementara yang lain keluar mengikuti Jason.Setelah bangsal tenang, Ariel membungkuk dan menyelimuti Pamela. "Bos, tidurlah sebentar lagi. Setelah kamu bangun, kamu sudah bisa melihat bayimu."Pamela sangat lemah sehingga kelopak matanya terasa berat. "Kalau Agam datang, ingatlah untuk membangunkanku."Ekspresi rumit m
Olivia mengangguk dengan yakin, "Aku yakin! Kakakku belum kembali! Bahkan kalau dia kembali, dia pasti akan pergi ke tempat Pamela dulu! Kalau kamu ingin mencari kakakku, kamu mungkin bisa pergi ke tempat kakak iparku!"Adsila berkata sambil menghela napas dengan cemas, "Aku datang dari tempat bibiku!"Olivia menyadari ada yang tidak beres. "Apa yang terjadi? Apakah kakak iparku mencari kakakku?"Adsila melihat ke sisi Frida dengan hati-hati. Dia melihat Frida masih berkonsentrasi menyiram bunga dan tidak memperhatikan keduanya. Jadi, dia berbisik dengan percaya diri, "Masalahnya begini, Bibi melahirkan hari ini, lalu ....""Apa? Melahirkan?"Olivia berteriak dengan penuh semangat hingga menarik perhatian Frida ....Frida memandang ke arah mereka sambil mengerutkan keningnya. "Apa yang kalian berdua bicarakan? Apa yang lahir?"Adsila diam-diam mencubit Olivia untuk menghentikannya berbicara omong kosong, lalu menjawab Frida sambil tersenyum, "Nggak ada apa-apa! Kami berdua sedang membi
Saat Ariel melihatnya, tidak ada ekspresi khusus di wajahnya. Dia hanya menyesuaikan kacamata berbingkai emas di wajahnya dan berkata, "Dia sedang tidur sekarang. Kamu bisa masuk lagi nanti."Justin tidak ingin menerobos masuk. Dia hanya bertanya dengan tenang, "Apakah anaknya sudah lahir? Apakah dia baik-baik saja?"Ariel memikirkan situasi rumit ini dan menghela napas pelan. "Dia baik-baik saja."Justin mengeluarkan suara pelan, lalu berbalik dan duduk di kursi tunggu.Ariel agak terkejut dengan hal ini.Kenapa hari ini Justin bekerja sama dengan patuh? Sikapnya ini tidak seperti sifat sombongnya yang biasanya!Ariel menyipitkan matanya dan menatap Justin sebentar. Kemudian, Ariel menutup pintu dan kembali melihat Pamela.Saat dia kembali, Pamela sudah bangun. Kemungkinan Pamela baru saja mendengar ketukan di pintu.Dia membuka matanya dengan lelah dan bertanya dengan suara serak, "Siapa yang datang?"Ariel mengerutkan keningnya. "Bukan Pak Agam, Justin yang datang kemari."Cahaya di
Saat perawat pergi menggendong kedua anak itu, Justin yang diam-diam berdiri di samping juga menjulurkan kepalanya dan melihat lebih dekat ke dua keponakan kecilnya. Kedua anak itu sangat lucu ....Setelah Pamela melihat kedua perawat pergi, dia memperhatikan Justin dan bertanya kepadanya, "Kenapa kamu sendirian? Di mana kakakmu?"Justin menjawab, "Setelah aku sampai di rumah, aku dengar kamu dibawa ke rumah sakit, jadi aku bergegas datang sendirian. Aku nggak melihat kakakku!"Pamela tidak punya banyak tenaga untuk bertanya lebih banyak. "... Oh!"Justin mendekati Pamela dengan ekspresi datar, lalu berkata dengan nada serius dan agak mengagumi, "Pamela, kamu sangat hebat. Kamu melahirkan dua bayi sekaligus!"Pamela menggerakkan bibirnya dan tersenyum datar. "Terima kasih!"Justin tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia melihat ke sekeliling bangsal dan bertanya dengan sedikit bingung, "Di mana Kak Agam? Apakah dia nggak ada di sini?"Saat dia mendengar nama Agam, wajah Pamela yang puc
"Jangan khawatir, aku nggak akan mengganggumu lagi!"Justin mengatakan ini dengan wajah cemberut dan mengepalkan tinjunya erat-erat, seolah dia telah membuat tekad yang besar.Setelah mendengar ini, Ariel tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia sedikit mengerutkan bibirnya untuk waktu yang lama dan berkata, "Baguslah."Kemudian, dia tidak berkata apa-apa. Ariel bangkit dan kembali ke bangsal Pamela.Tangan Justin yang terkepal pun mengendur. Kepalanya terkulai seperti bola kempes. Justin tidak menunjukkan sifat sombong seperti sebelumnya ...."Kenapa kamu datang ke sini?"Saat mendengar suara kakaknya, Justin mengangkat kepalanya.Saat Jason kembali, dia melihat adiknya duduk di depan pintu. Jason menghampiri dan bertanya dengan serius.Justin menjawab dengan letih, "Saat aku sampai di rumah, aku mendengar kakakku akan melahirkan, jadi aku bergegas datang melihatnya."Jason mengerutkan keningnya. Dia takut anak ini akan menimbulkan masalah di sini, lalu dia berkata, "Pulanglah setelah
Setelah makan siang, Ariel pergi untuk menjawab telepon lagi. Hanya tersisa Pamela di bangsal ....Tok, tok!Terdengar suara ketukan di pintu bangsal.Pamela tahu bahwa Ariel tidak akan mengetuk pintu ketika dia masuk, jadi matanya tanpa sadar terlihat sedikit berharap, lalu dia berkata, "Silakan masuk!"Kemudian, Andra datang membawa beberapa suplemen sambil tersenyum anggun seperti biasanya. "Lala, lama nggak bertemu! Selamat telah melahirkan dua bayi yang sehat."Melihat orang yang masuk adalah Andra, cahaya di mata Pamela meredup. Kemudian, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Terima kasih."Andra menyimpan suplemennya. Dia berjalan ke tempat tidur dan menjelaskan kepadanya."Aku sedang sibuk beberapa waktu yang lalu, jadi aku nggak mengganggumu karena tanggal kelahiranmu masih lama. Saat aku punya waktu luang, aku menelepon Jason. Aku dengar kamu sudah melahirkan, jadi aku segera datang menjengukmu!"Terlepas dari hal lain, Andra selalu merawat Pamela dengan baik. Pamela mengangguk
Ariel menambahkan, "Tapi, kedua anak tersebut belum bisa meninggalkan inkubator. Mereka harus tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu."Begitu dia mendengar bahwa anaknya tidak bisa keluar dari rumah sakit bersama-sama, Pamela segera mengerutkan keningnya. "Anakku belum bisa keluar dari rumah sakit? Kalau begitu, aku akan tinggal bersama mereka. Aku nggak keluar rumah sakit dulu."Ariel menasihati, "Bos, bahkan di rumah sakit, anakmu harus tinggal di inkubator untuk dirawat. Kamu nggak dapat tinggal bersama anakmu. Kenapa kamu nggak pulang dan menjalani masa pemulihan dengan baik dulu? Aku, Marlon dan orang-orang Pak Jason akan bekerja sama untuk merawat anakmu. Nggak akan ada masalah."Meskipun dia tidak bisa menemani anaknya sepanjang waktu, Pamela tidak bersedia meninggalkan anaknya dan keluar rumah sakit terlebih dahulu."Saat anakku keluar dari rumah sakit, aku juga akan keluar dari rumah sakit."Melihat kegigihannya, Ariel tetap ingin membujuk, "Bagi perempuan, masa pemuliha
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen