Pamela makan dengan linglung sambil menurunkan pandangannya. Dia tidak mengambil makanan yang jauh. Dia hanya mengambil dua piring makanan di depannya.Adsila yang memesan dua hidangan itu. Kedua hidangan itu bukan favoritnya, tapi dia tidak mempermasalahkannya.Adsila juga terlihat linglung. Dia terus melihat jam di ponselnya dan bertanya-tanya mengapa Olivia belum membawa Nenek Frida kemari?Albert mengambilkan sayap ayam untuk Adsila dan menaruhnya di piring. "Apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu nggak makan dengan baik?"Adsila tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum pada Albert dengan enggan, "Uh ... nggak, nggak apa-apa!"Jika Olivia masih tidak membawa Nyonya Frida kemari, Pamela sudah hampir menghabiskan semangkuk nasinya. Setelah makan, dia pasti tidak akan tinggal lama. Pamela pasti akan mencari alasan untuk pergi!Semangkuk nasi Pamela memang hampir habis. Karena dia terlalu malas untuk meraih makanan yang jauh, dia hanya terus memakan nasinya. Pamela merasa jamuan ini sangat
Agam berkata dengan wajah cemberut dan tatapan sinis, "Nona Pamela, kamu boleh nggak peduli dengan nyawamu, tapi jangan jadikan anak dalam kandunganmu sebagai lelucon!"Pamela menepis tangannya dengan jijik, lalu berkata, "Tuan Agam, bukankah kamu terlalu berlebihan? Nggak pernah ada kabar anak dalam kandungan meninggal karena makan wortel!"Agam menarik kembali tangannya, tatapan dinginnya seolah menembus kulit Pamela ....Pamela tak menyukai tatapan pria itu, dia bangkit dari duduknya, "Maaf, aku agak mual, aku ke toilet dulu!"Dia langsung meninggalkan meja tanpa menunggu respons dari yang lain.Adsila menatap punggung Pamela yang pergi meninggalkan meja, kemudian menoleh kembali menatap Agam."Paman, tadi itu apa yang kamu lakukan? Bibi jadi marah tuh," kata Adsila.Agam menyipitkan mata menatap punggung Pamela dengan wajah cemberut, tidak mengatakan apa pun....Karena sedang hamil, langkah Pamela agak lambat, sebelum sampai di toilet, dia bertemu Olivia yang datang bersama Frida.
Setelah itu, Pamela melewati mereka, berjalan cepat menuju toilet.Frida merasa khawatir, dia menepuk Olivia, "Olivia, sana, ikuti Pamela. Perutnya sudah besar, kalau gerakannya nggak leluasa, kamu papah dia," pintanya.Olivia mengangguk, lalu mengikuti langkah Pamela.Ketika keluar dari toilet, Pamela melihat Olivia melipat tangan, menatapnya dengan rasa bersalah.Namun, Pamela mengabaikannya, dia berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya.Menyadari dirinya diabaikan, Olivia tidak terima, dia berkacak pinggang sambil berkata, "Hei, enam bulan ini sebenarnya kamu ke mana?"Pamela memompa sedikit sabun ke telapak tangannya, menggosokkannya secara perlahan hingga berbusa, kemudian menjawab dengan nada datar, "Aku ke mana, apa hubungannya denganmu?"Olivia mengerutkan alis sambil berkata, "Tentu saja, kamu 'kan menantu Keluarga Dirgantara, mana boleh kamu minggat begitu saja?"Pamela tersenyum tipis, lalu balik bertanya, "Apa kamu nggak salah? Aku bukan menantu Keluarga Dirgantara, b
Sophia memasukkan kembali lipstiknya ke dalam tas, lalu mendongak menatap Pamela dengan wajah kebingungan, kemudian tersenyum lagi dan bertanya, "Kenapa? Nona Pamela nggak percaya dengan ucapanku?"Pamela meremas tisu yang dia gunakan untuk mengeringkan tangan, kemudian membuangnya ke tong sampah, "Apa menurutmu aku akan percaya? Nggak ada istri sah yang senang melihat suaminya kembali dengan wanita lain, bukan begitu?" jawabnya.Sophia mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, lalu mengangguk setuju sambil berkata, "Sejujurnya, sedikit keberatan sih.""Tapi, aku orangnya berpandangan jauh," tambahnya."Nona Pamela, kalau kamu selamanya nggak muncul, di hati Agam akan selalu ada tempat untukmu, selamanya dia akan memikirkan keberadaanmu, aku nggak bisa membuatnya melupakanmu," lanjutnya."Tapi, kalau kalian bertemu, palingan nanti kalian akan bosan, lalu saling menyakiti, masing-masing dari kalian akan merasa lelah. Saat itu aku nggak perlu melakukan apa-apa, Agam nggak akan menyukaimu lag
Melihat Pamela menepis tangannya dengan jijik, Agam menyipitkan mata, kemudian berkata, "Pamela, kamu tahu nggak, aku ....""Agam, kamu juga mau cuci tangan?" tanya Sophia yang baru keluar dari toilet dengan riang.Ucapan Agam yang belum selesai terpotong olehnya.Sophia berjalan ke samping Pamela, lalu tiba-tiba meraih lengan Pamela sembari berkata, "Agam, barusan aku dan Nona Pamela sudah berkenalan di toilet. Jangan khawatir, aku akan memapahnya menemui Nenek, kamu cuci tangan saja dulu."Agam menatap sekilas wajah Sophia, lalu berbalik ke toilet tanpa mengatakan apa-apa.Setelah Agam memasuki toilet, Pamela langsung menarik kembali lengannya dari Sophia, menepuk lengan bajunya, kemudian berjalan ke depan.Sophia mengikutinya sambil berkata, "Pamela, sepertinya Agam masih peduli padamu?"Pamela menjawab dengan nada dingin, "Oh, ya?"Sophia menjawab, "Tentu saja! Aku sudah mengenalnya lebih dari dua puluh tahun, aku bisa melihat wanita mana yang dia sukai dalam sekejap mata. Jadi kam
Hormon dalam tubuh Pamela yang sedang hamil besar pada dasarnya sedang tidak stabil, ditambah lagi bertemu dengan Agam, dia jadi mudah tersinggung, sekarang Sophia malah terus berbicara konyol di hadapannya dan menghalanginya pergi ....Dia tidak bisa bersabar lagi, dengan sekali hempasan tangan, dia bermaksud membuat Sophia menyingkir. Siapa sangka, tangan Pamela baru menyentuh tepi bajunya, Sophia justru terbang keluar seolah-olah mengenai pukulan keras dan langsung menghantam meja kasir, darah mengalir dari keningnya, disertai teriakan.Pamela mengerutkan kening melihat akting jelek Sophia. Beberapa menit lalu dia masih diam-diam salut pada Sophia yang sikapnya lebih terang-terangan dibandingkan Kalana, tapi sekarang, sepertinya mereka sama saja.Pamela sama sekali tidak mengerahkan tenaga, Sophia malah terjatuh sendiri, tentu saja Pamela tidak merasa bersalah, kebetulan tidak ada lagi yang menghalangi jalannya, sekarang dia bisa pergi ....Namun, baru berjalan dua langkah, suara ya
Dia tidak menyangka, setelah sekian lama, ketidakpercayaan pria ini padanya masih sangat menyakitinya."Nggak."Dia tidak akan minta maaf atas perbuatan yang tidak dia lakukan.Minta maaf artinya mengaku bersalah.Menyaksikan konflik di antara tamu terhormat yang terjadi di dekat pintu restoran, para pelayan tidak berani melerainya, mereka pun memanggil manajer restoran ....Kehadiran manajer restoran menarik perhatian tamu lainnya, banyak di antara mereka ikut menyaksikan keributan yang terjadi!Frida dan lainnya juga mendengar keributan tersebut, mendengar kabar adanya perselisihan antara Agam dan dua wanita, Frida tidak bisa tinggal diam, dia segera meminta Olivia memapahnya ke sana!Frida berjalan melewati kerumunan dan melihat Agam sedang memegang kerah Pamela, memintanya untuk minta maaf kepada Sophia yang kepalanya berdarah.Sedangkan Pamela dengan mata memerah dan ekspresi keras kepala menolak untuk meminta maaf.Sementara Sophia mencoba membujuk, mengatakan dirinya baik-baik s
Pamela tersenyum sambil berkata, "Oke, aku akan minta maaf pada Sophia!"Frida menunjukkan senyum bahagia, "Baguslah Pamela, Nenek tahu kamu orang yang bijaksana," katanya.Pamela menghampiri Sophia.Tatapan Sophia jelas dipenuhi rasa bangga, tapi dia berpura-pura murah hati dan melambaikan tangan sambil berkata, "Nggak perlu, Pamela, aku tahu kamu pasti nggak .... Ah!"Sebelum selesai bicara, Pamela menjambak rambut Sophia, menarik dan membenturkan kepalanya ke meja kasir!Semuanya terjadi begitu cepat, Sophia secara tiba-tiba merasakan sakit dan menjerit sebelum sempat bereaksi.Semua orang terkejut, tak ada yang menyangka situasi akan menjadi seperti ini.Saat Agam hendak menghentikannya, Pamela sudah selesai membenturkan kepala Sophia.Agam melihat luka baru di kening Sophia, dengan tatapan marah dia bertanya dengan suara dingin, "Sebenarnya apa maumu?"Pamela mendorong Sophia ke pelukan Agam, lalu mengambil tisu di meja kasir dan menyeka tangannya. "Aku ini orangnya paling benci d