Marlon membaca petunjuk dari mata Pamela, dia tersenyum, "Nona Pamela, maksudmu tanpa kepentingan, kami nggak boleh datang menjengukmu?" jawabnya.Ariel juga ikut menjawab, "Sudah lama nggak bertemu, bosan, ingin mengobrol denganmu."Mereka secara kompak tidak memanggil Pamela dengan sebutan Bos.Pamela juga setuju, "Hm, aku juga bosan, baguslah kalian datang, kita bisa main mahyong bersama untuk menghabiskan waktu."Marlon tersenyum sambil berkata, "Oke!"Adsila juga menjawab, "Oke, oke, Pak Marlon mengizinkanku cuti setengah hari, kebetulan aku ingin belajar bermain mahyong!"Saat ini, Frida keluar dari dapur bersama dua pembantu."Pamela, katanya temanmu datang, Nenek sengaja buatkan cemilan. Ayo, ajak temanmu mencicipinya," kata Frida.Pamela yang selama ini sangat menghormati Frida, kali ini tidak menghiraukan niat baiknya.Adsila bangkit, lalu berkata, "Nyonya Frida, Anda terlalu sungkan."Frida menatap senyuman manis Adsila, "Adsila, ya? Sudah lama kamu nggak datang, aku hampir
Namun, karena kedua tamu yang datang tidak pernah dia temui sebelumnya, Frida tidak tenang meninggalkan cucu menantunya sendirian di sini.Tentu saja, Frida tahu suasana menjadi dingin karena keberadaannya, tapi dia tidak berencana meninggalkan mereka, dia mengambil teh di atas meja dan menyesapnya, lalu berkata, "Tadi aku dengar kalian mau main mahyong? Aku suka sekali bermain mahyong, apa kalian keberatan kalau aku ikut bermain?"Marlon terdiam.Demikian juga Ariel.Pamela tidak berekspresi, juga tidak mengatakan apa pun.Hanya Adsila yang tersenyum sambil berkata, "Oke! Nyonya Frida bisa satu kelompok denganku, kebetulan aku nggak pandai bermain, aku bisa belajar darimu!"Frida tertawa senang, "Nggak masalah, aku jamin kamu akan menguasainya hari ini! Kalau begitu, kapan kita mulai?"Mereka saling memandang.Akhirnya Pamela buka suara, "Kita mulai setelah makan siang saja. Jarang sekali temanku datang, kita nggak boleh membiarkan mereka bermain mahyong dengan perut kosong."Frida me
Pak Dimas membungkuk sembari berkata, "Baik, Nyonya jangan marah. Aku akan membawa Tuan Revan kembali."Setelah itu, Pak Dimas segera menyusul Revan ....Pamela mengalihkan pandangannya ke Adsila, lalu berkata, "Adsila, kamu juga bantu jaga Revan, dia agak nakal."Adsila yang polos mengangguk setuju tanpa banyak berpikir, "Baik, Bibi!"Adsila juga meninggalkan mereka, di ruang tamu hanya menyisakan Pamela, Marlon dan Ariel.Ini kesempatan emas, mereka harus segera bicara.Ariel bertanya dengan suara rendah, "Bos, apa yang terjadi? Kenapa kamu nggak jawab telepon, juga nggak balas pesan?"Pamela menjawab, "Ponselku dibobol, hanya bisa menerima panggilan dari Agam, aku nggak bisa menghubungi kalian, pesan juga gagal terkirim."Marlon berkata dengan tidak senang, "Apa yang dia lakukan? Agam berencana menahanmu di rumah selama kamu hamil?"Secerca sindiran melintas di mata Pamela, kemudian berkata, "Tebakanku pasti karena aku tahu dia sudah menikah dengan wanita lain, takut aku kabur, dia
Frida tampak terkejut melihat kedatangan Pamela, "Pamela, kenapa datang ke dapur? Mengobrollah dengan temanmu, nanti Nenek panggilkan kalau hidangannya sudah siap," katanya.Pamela tersenyum sambil berkata, "Nggak apa-apa, mereka sedang makan cemilan, aku datang untuk membantu."Frida melambaikan tangan sembari berkata, "Nggak, nggak! Sudah banyak yang membantu! Dapur ini penuh asap, kamu sedang hamil, sebaiknya jangan di sini, kamu bisa sesak napas!"Pamela menunduk menatap perut bulatnya, lalu mengelusnya sembari bertanya, "Nenek begitu menyayangi anak dalam kandunganku?"Ekspresi Frida terlihat tulus ketika berkata, "Tentu saja, anak dalam kandunganmu itu cicitku, mana mungkin aku nggak menyayanginya?"Pamela menggerakkan sudut bibirnya, lalu bertanya, "Kalau begitu, setelah aku melahirkan anak ini, apa kamu akan menganggapku nggak berguna lagi?"Frida tertegun, lalu meraih salah satu tangan kecil Pamela sembari berkata, "Pamela, apa yang kamu pikirkan?"Pamela tersenyum pahit semba
Ketika Pamela kembali ke ruang tamu, hanya tersisa Ariel di sana.Dia duduk di samping Ariel, kemudian bertanya, "Mana bocah itu?"Ariel mengangkat dagunya, menunjuk ke luar jendela di ruang tamu Keluarga Dirgantara ....Pamela mengikuti arah yang ditunjukkan, terlihat Marlon menggendong Revan, berlari di taman bersama Adsila.Pamela menyipitkan mata sambil berkata, "Sejak kapan bocah itu jadi suka pada anak kecil?"Ariel menaikkan kacamata berbingkai emasnya, lalu menjawab, "Bos, menurutmu dia suka pada anak kecil?"Pamela membalas, "Lalu apa?"Di saat bersamaan, Pamela melihat Marlon mengulurkan tangan mengambil daun yang jatuh ke kepala Adsila dengan penuh perhatian.Adsila mundur selangkah tanpa sadar, mengucapkan terima kasih, lalu hanya menatap Revan, menjaga jarak dengan pria dewasa itu.Melihat adegan itu, Pamela mengerutkan kening, bertanya, "Dia ... masih belum melepaskan Adsila?"Ariel yang bisa menebak semuanya berkata, "Tebakanku dia sudah terpesona, nggak bisa dilepaskan
Adsila mengangguk, lalu berkata, "Kalau nggak suka anak kecil, kenapa kamu sesabar itu bermain dengan Revan?"Marlon menjawab, "Aku hanya melihatmu kelelahan menggendongnya, jadi datang untuk membantu."Adsila tercengang, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, Marlon datang karena melihatnya kelelahan ....Tunggu! Jangan salah paham, Marlon akan seperti itu kepada semua orang, tidak ada maksud apa pun!Adsila menyingkirkan pikiran-pikiran yang tak diinginkan dari kepalanya, lalu berkata, "Terima kasih. Tapi aku tetap merasa Pak Marlon suka anak kecil, kalau nggak suka pasti menggendongnya pun merasa terganggu. Mantan pacarku begitu, dia nggak suka anak kecil, dia galak sekali pada anak kecil yang mendekatinya."Mendengar Adsila menyebut mantan pacarnya, Marlon menyipitkan mata, bertanya dengan sedikit senyuman, "Lalu, kenapa kamu mau bersamanya?"Adsila menghela napas, lalu berkata, "Dia baik padaku. Dia pandai sekali menghiburku, jadi aku pikir nanti setelah kami punya anak sendiri, p
Marlon tidak sependapat, tapi juga tidak menanggapi. Dia mendecakkan lidah, berkata, "Albert ini, bermalas-malasan di jam kerja, aku akan menyuruh manajer menegurnya."Mendengar hal itu, Adsila takut mencelakakan rekannya, dia buru-buru membela Albert, "Dia menelepon di jam makan siang, bukan bermalas-malasan!"Marlon berpura-pura serius. "Sebelum istirahat tadi, bukankah dia mengirim pesan padamu?"Adsila berkata, "Itu ... dia menanyakan soal pekerjaan, bukan sengaja mengobrol."Marlon menyipitkan mata, merasa tak terduga, kemudian bertanya, "Kamu begitu melindunginya? Jadi, nanti malam kamu mau menonton dengannya?"Tatapan Adsila tidak yakin, dia menjawab tanpa antusias, "Biar kupertimbangkan dulu. Aku kurang tertarik dengan film horor, bagaimana kalau aku ketakutan hingga berteriak, nggak bagus memperlihatkan emosiku di depan rekan kerja."Marlon tersenyum sambil berkata, "Kalau begitu pergi saja denganku, aku sangat tertarik dengan teriakan ketakutanmu!"Adsila tertegun, curiga dir
Melihat Kediaman Dirgantara kedatangan banyak tamu, Olivia merasa tidak biasa, dia menatap Pamela yang sedang menyuapi Revan, Adsila yang duduk di samping Pamela, lalu Marlon yang duduk di samping Adsila, dia mengerutkan kening dan berkata tanpa malu-malu, "Adsila, kenapa kamu masih berhubungan dengan bajingan ini? Kenapa belum menjauh darinya?"Adsila yang lapar sedang melahap makanannya, seketika dia menjadi canggung mendengar ucapan Olivia, tidak tahu harus berkata apa ....Marlon bukannya marah, dia malah tersenyum sambil bertanya, "Kenapa? Nona Olivia sepertinya nggak menyukaiku?"Sifat Olivia pada dasarnya mendominasi, apalagi di wilayah sendiri, "Benar! Aku memang nggak suka kamu! Untuk apa orang sepertimu datang ke rumah kami? Kami nggak menyambutmu!" teriaknya.Olivia yang terlalu blak-blakan seketika membuat semua orang canggung.Frida mengerutkan kening, berkata, "Olivia, jaga sikapmu! Tuan Marlon itu temannya Pamela! Bicara yang sopan!"Olivia tidak senang ditegur Frida, di