Jenna memalingkan wajah dan berjalan, menjauhi Leo.
Leo, menurunkan tangan dan memasukkan kedua tangan di saku celana, menunggu bagaimana reaksi Jenna.
"Apakah kamu keberatan, jika aku tidur di kamar ini?" tanya Leo.
Jenna yang berusaha menenangkan perasaannya, memasang raut wajah tenang dan berbalik menatap Leonel seraya berkata, "Tidak! Silakan."
Ada atau tidak, keberadaan Leo tidak akan memperngaruhinya. Ya, begitulah yang terjadi selama ini.
Leo mengangguk puas dan berjalan ke arah kamar mandi.
Jenna berjalan ke arah ruang pakaian yang lain dan melihat ke dalam, ternyata semua pakaian suaminya sudah memenuhi ruangan itu. Jenna sadar ini akan sulit, tetapi ia akan bertahan.
Naik ke atas ranjang dan menarik selimut, untuk menutup tubuhnya. Jenna berusaha memejamkan mata. Leo setelah selesai mandi, meninggalkan kamar.
Seperti biasa, Jenna akan memeluk botol kaca itu dan berusaha tidur.
Punggung Jenna, menegang. Kedekatan ini amat mengganggu, tetapi Jenna tidak ingin menunjukkan bahwa ia terpengaruh."Tentu," jawab Jenna."Bisakah, lepaskan aku sekarang?" tanya Jenna langsung, dengan punggung yang masih menempel pada dada bidang Leonel Kim."Tentu," jawab Leo, sambil melepaskan lengan Jenna. Namun, sebelum istrinya melangkah pergi, Leo menyusupkan lengannya di pinggang ramping itu."Ayo," ajak Leo yang menuntun Jenna agar berjalan bersama dengannya.Menekan amarah yang mulai menjalari punggung, Jenna akhirnya melangkah dengan lengan Leo yang memeluk pinggangnya.Di depan kediaman, supir sudah menunggu dan membukakan pintu mobil untuk mereka.Leo mempersilakan Jenna masuk terlebih dahulu dan ia yang menutup pintu mobil, sebelum melangkah ke sisi pintu yang lain, duduk di samping Jenna.Siku tangan Leo disandarkan pada sisi pintu mobil dan menopang wajahnya yang menatap
"Selamat siang," sapa Jenna, saat melangkah ke dalam ruang rapat.Meja panjang dengan deretan kursi di kedua sisi meja yang sebagian sudah ditempati, oleh para dewan direksi. Jenna mengenal mereka semua, sebelumnya ia sering mendampingi Leonel Kim saat rapat penting seperti ini, diadakan.Dengan penuh percaya diri, Jenna melangkah ke arah di mana kursi utama berada. Kursi yang dulu ditempati oleh mendiang Tuan Besar Kim. Saat ini, Jenna berhak. Sebab, ia memiliki porsi saham terbesar.Yura menarik kursi dan mempersilakan Jenna, untuk duduk.Jenna duduk dengan Leonel sudah duduk di sebelah kanannya."Selamat siang dan terima kasih, atas kehadirannya. Tidak banyak yang perlu disampaikan, aku yakin kalian semua sudah mendapatkan pemberitahuan terkait warisan yang aku terima."Jenna langsung ke inti permasalahan. Ia tidak ingin berlama-lama, sebab tatapan semua orang terlihat jelas sedang menilai dirinya. Jika itu s
Tepat saat bibir Leo hendak mendarat di bibirnya, Jenna langsung memalingkan wajah. Ya, bibir Leo mendarat di pipi Jenna. Untuk sesaat mereka berdua membeku, seperti itu. Sama-sama hanya mampu mendengar detak jantung masing-masing, yang menggila. Hanya saja, apa yang dirasakan mereka berdua, berbeda. Leo, terbakar gairah. Sedangkan, Jenna terbakar amarah. DRITTT! DRITTT! DRITTT! Ponsel Leo yang diletakkan di meja, di hadapan sofa bergetar, ada panggilan masuk. Perhatian Leo teralihkan dan kesempatan itu diambil Jenna untuk menyelinap keluar dari kurungan lengan kokoh, suaminya itu. Leo menegakkan tubuh dan dengan kedua tangan, menyisir rambutnya ke belakang, sebelum melangkah ke arah meja di dekat sofa. Anya. Panggilan dari Anya. Ya, Leo beberapa hari ini sama sekali tidak teringat akan wanita itu. Sedikit kesal, karena panggilan ini masuk dan mengganggu kedekatan tadi. "Halo." [Kamu
Hari pertama di perusahaan sebagai petinggi, membuat Jenna amat sibuk. Satu persatu kepala departemen, datang menemuinya. Ada yang langsung melemparkan dokumen yang ditolak, tepat di hadapan Jenna, ada yang langsung memaki dengan kata-kata kasar.Apa yang dapat diharapkan? Tidak ada yang menghormati dirinya, walaupun berada di kedudukan ini. Apakah Jenna, takut? Tidak. Ia segera menghubungi pengacara, agar mewakili dirinya untuk membuat laporan di kepolisian. Kata kasar, cacian dan hinaan, semua direkam dalam ponselnya. Jenna yakin, mereka tidak akan berkelakuan seperti itu dengan kamera pengawas yang menyala di ruangan ini. Ia yakin, para petinggi itu sudah memikirkan konsekuensi itu. Hanya saja, Jenna tidaklah bodoh.Direktur Pemasaran, pria paruh baya dengan perut buncit, akhirnya datang ke hadapannya. Jenna yakin, ini adalah yang terburuk, jadi ia sudah mempersiapkan diri.Bersandar di kursi kerja dan menatap tajam, ke arah pria itu.
"Yura, kamu pulang duluan. Masih ada beberapa dokumen yang hendak dikoreksi," ujar Jenna sedikit terkejut, saat melihat waktu sudah menunjuk hampir pukul 7 malam."Tidak apa-apa, aku akan menemani Nyonya.""Pulanglah, aku hampir selesai. Jangan biarkan putrimu menunggu sendirian di rumah," balas Jenna. Ya, Yura adalah seorang ibu tunggal, sang suami meninggal karena sakit dan saat ini ia hidup berdua dengan putrinya yang sudah berusia 12 tahun."Terima kasih, Nyonya. Jika begitu, aku permisi."Jenna mengangguk.Setelah Yura meninggalkan ruang kerja, Jenna kembali berkutat dengan tumpukan dokumen. Ini bagus, setidaknya Jenna memiliki kesibukan dan pikirannya tidak melayang jauh. Pekerjaan ini, membantu pikirannya teralihkan.Tiga puluh menit kembali berlalu dan Jenna, berhasil menyelesaikan dokumen terakhir. Menutup map dan meregangkan tubuh. Jenna mengangkat kedua tangannya tinggi, untuk melemaskan otot-ototnya. Ada s
Jenna tidak menjawab dan menarik tangannya, agar terlepas dari genggaman Leo. Apa yang dapat diharapkan dari janji itu? Tidak ada. Ia tidak berharap apa pun. Saat ini, hanya Jenna yang dapat melindungi dirinya sendiri."Di sana. Aku ingin makan di sana," seru Jenna, sambil menunjuk ke sisi kanan badan jalan."Kamu yakin? Padahal aku ingin mengajakmu makan malam di restoran Perancis," tanya Leo."Aku yakin."Lalu, Leo membelokkan mobilnya dan berhenti di bahu jalan.Jenna menatap ke arah restoran cepat saji yang menyediakan ayam goreng. Saat hamil, ia sempat ngidam makanan ini. Namun, semua penderitaan membuatnya tidak lagi memiliki selera makan. Saat ini, setidaknya ia ingin merasakan makanan itu, walaupun sudah tidak hamil.Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran yang cukup ramai. Jenna memesan paket makanan komplit, yang bahkan ia tidak yakin apakah dapat menghabiskannya atau tidak.Du
Di klub malam ternama, tepatnya di ruang VVIP, Leo mengajaknya bertemu. Awalnya, Anya mengira pria itu akan berbaikan dengannya. Namun, apa yang terjadi membuat Anya berang."Seperti yang kau tahu, aku sudah menikah dan aku hanya ingin menjalankan tanggung jawabku dengan benar!""T-Tapi, tapi mengapa kita harus putus? Jangan bilang kamu berusaha menjadi suami yang baik," seru Anya dengan nada penuh ejekan."Aku hanya ingin menjadi suami yang bertanggung jawab dan selingkuh, tidak pantas dilakukan," tegas Leo.Ha ha ha!Anya tertawa penuh ejekan dan berkata, "Bukankah ini sudah amat terlambat? Harusnya kamu lakukan itu saat baru menikah! Apakah kamu kira istrimu akan memberikan penghargaan untukmu, karena bertingkah setia?""CUKUP! Aku memutuskan hubungan kita dan tidak butuh komentar apa pun darimu!" tegur Leo yang mulai emosi."Aku tidak pernah diputuskan! Dan saat ini, aku semakin tidak ingin putus deng
Hari-hari berikutnya, Jenna selalu menghabiskan waktu makan siang untuk berbincang dengan pria bernama Victor itu. Di saat-saat itulah, Jenna merasa lebih hidup. Mereka memiliki obrolan yang menarik dan membuat Jenna nyaman, belum lagi Victor adalah pria yang sopan.Seperti siang ini, mereka duduk berhadapan dan membahas hal-hal menarik lainnya."Ini," ujar George sembari berdiri dari duduknya dan berpindah tempat. Menarik kursi dan duduk, tepat di samping Jenna.Pembawaan diri George yang santai, membuat Jenna tidak merasa risih, apalagi curiga. Saat ini, George menunjukkan sesuatu dari layar ponselnya. Sesekali, mereka berdua akan tertawa karena membahas sesuatu yang lucu.Posisi itu, membuat seseorang yang berada di gedung seberang, menjepret begitu banyak foto.***Malam hari, Jenna akan makan malam di rumah bersama Leo, tanpa mengatakan apa pun.Leo, bersedia bersabar. Walaupun, perlakuan Jenna
Minggu demi minggu, berlalu. Lima bulan kembali dilewati, setelah mereka berpisah.Jenna, membuka toko bunga kecil di daerah puncak, di mana ia memilih untuk memulai kehidupan barunya. Hidup sederhana, dengan para tetangga yang penuh perhatian, membuatnya mulai dapat tersenyum. Walaupun, dalam hatinya seakan ada lubang yang tidak mampu ditutup sampai sekarang ini.Pagi ini, banyak jenis bunga yang masuk ke toko. Daerah puncak, juga merupakan tempat wisata. Bunga-bunga indah ini, selalu menarik minat wisatawan yang datang dan penginapan, serta restoran di daerah ini. Awalnya, Jenna tidak yakin apakah dapat hidup dengan mengandalkan dari bunga-bunga yang dijualnya. Namun, kenyataannya bisa, bahkan ia memiliki tabungan saat ini.Yang tidak diketahui Jenna adalah Leo, selalu memperhatikan dan menjaganya, dari jauh. Hotel dan restoran besar di daerah puncak ini telah dibeli olehnya dan semua keperluan bunga, diperintahkan untuk dibeli pada toko mili
Tidak lama, wanita itu tiba dengan dikawal oleh beberapa orang polisi. Wajah itu masih terlihat begitu angkuh, bahkan tidak ada tersirat rasa bersalah sama sekali."Ah, pasangan suami istri yang harmonis," ejek Anya, saat melihat keberadaan Leo dan Jenna."Pembunuh!" seru Jenna."Pembunuh? Apakah kamu memiliki bukti?" ejek Anya kembali."Kau–""Aku tidak akan menjawab pertanyaan apa pun! Tunggu pengacara keluargaku tiba dan beliau yang akan berbicara, mewakili diriku!" ujar Anya, memotong ucapan Leo.Ya, Anya yakin ia akan terbebas dari masalah ini. Keluarganya kaya dan tidak ada rencana pembunuhan yang diperintahkan olehnya. Tidak ada!Jenna yang berang, mulai melangkah dan melepaskan tangan Leo, yang berusaha menghentikannya.Tiba di hadapan Anya, Jenna pun berkata, "Mengapa kamu melakukan semua itu? Apakah aku memiliki kesalahan pada dirimu?""Ck ck ck! Pengacara ku berp
"Kamu sudah bangun?" tanya Leo, pelan.Jenna yang baru terbangun, melihat ke sekeliling ruangan dan tatapannya kembali tertuju pada Leo yang duduk di sisi ranjang, tepat di sampingnya."Di mana ini?" tanyanya dengan suara tercekat.Leo tidak menjawab, ia membantu Jenna untuk duduk dan bersandar di sandaran ranjang.Menggeser duduknya lebih dekat, tangan Leo menyelipkan rambut Jenna ke belakang telinga."Kita menginap di penginapan terbagus di daerah perkemahan Bukit Utara. Besok, kita harus menghadiri upacara pemakaman untuk Yura dan putrinya," jelas Leo, singkat. Padahal, begitu banyak hal yang harus diurus, terkait penemuan jenazah itu.Jenna menatap ke arah jendela dan langit sudah gelap."Istirahatlah," pinta Leo. Ia tahu, Jenna pasti ingin kembali ke tempat itu."Biarkan pihak kepolisian bekerja. Kita tidak dapat melakukan apapun, jika berada di sana. Lagipula, setiap ada kab
Leo menutup layar laptop dan menggenggam tangan Jenna, seraya berkata, "Untuk kali ini, izinkan aku melakukan segalanya. Kamu cukup tetap berada di sisiku dan melihat."Lalu, Leo menarik tangan Jenna dan mereka berdua berjalan keluar dari ruang kerja. Di depan, Rosa dan Lulu masih menunggu dengan penasaran."Jangan berani masuk ke ruang kerja!" tegas Leo, ditujukan pada ibu tirinya itu. Kemudian lanjut melangkah dengan Jenna berada dalam gandengannya.Di depan kediaman, Leo membukakan pintu mobil untuk Jenna.Jenna melangkah masuk dan duduk. Leo membungkuk dan membantu memasangkan sabuk pengaman."Apakah kamu akan baik-baik saja duduk di sini?" tanya Leo, menatap wajah Jenna yang berada begitu dekat. Ia bertanya, sebab teringat akan kejadian terakhir kali saat menemani istrinya itu ke rumah sakit.Jenna mengangguk dan berkata, "Bisakah kita segera menemukan Yura?""Kita akan menemukannya. Aku berjanji!" j
Kembali ke ruang kerja, Jenna mulai mengerjapkan mata berulang kali. Walaupun sudah dapat melihat, tetapi terkadang pandangannya akan kabur, jika terlalu lelah.Ah, mengapa begitu bodoh? Bukankah ia hanya perlu menemukan file terbaru. Mengedit penyimpanan berdasarkan tanggal, maka file terbaru semua berada pada bagian paling atas.Jenna, membeku saat melihat file teratas, di sana tertera tanggal di saat ia terbangun di hotel dan saat Yura pergi. Selain itu, waktu yang tertera adalah pukul 10 malam.Memberanikan diri, Jenna membuka file itu, tepatnya rekaman video.Yura, terlihat di rekaman video itu. Wajahnya menunjukkan rasa takut dan penyesalan.[Nyonya, maafkan aku. Tapi, tapi aku melakukan ini, karena mereka menahan putriku. Setelah aku berhasil mendapatkannya putriku kembali, maka aku akan menjelaskan dan membersihkan nama Nyonya. Aku bersumpah!][Pria itu, nama aslinya adalah George Smith dan, dan ia beker
Jenna, membuka pintu kamar dengan perlahan. Kediaman sudah sepi, sebab para pelayan sudah beristirahat.Dengan jantung yang terus berdebar tidak menentu, Jenna melangkah ke arah ruang kerja. Perlahan, membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk, tidak lupa untuk segera menutup pintu.Ruangan gelap, hanya sinar rembulan lembut yang menerobos kaca jendela, menerangi remang ruangan itu. Namun, itu cukup dan Jenna segera berjalan ke arah meja kerja besar, yang diatasnya terdapat sebuah laptop.Menarik dan membuang napas beberapa kali, barulah Jenna mendekati perangkat itu. Mungkin saja, flashdisk ini tidak berisi hal penting, tetapi insting mengatakan berbeda. Ia yakin, ada sesuatu yang penting di dalamnya.Pintu ruang kerja terbuka, tepat di saat Jenna hendak menyambungkan flashdisk ke perangkat itu. Spontan, Jenna menarik tangannya menjauh dan menyembunyikan flashdisk itu dalam genggamannya.Leo, baru saja tiba di kedi
Suasana hati yang buruk, membuat Leo segera kehilangan kesabaran. Dengan kasar, Leo menepis tangan Logan yang mencengkeram kerah kemeja dan melayangkan satu tinju, tepat ke wajah sang paman.BUKKK!Leo tidak lagi peduli dengan status Logan, yang adalah pamannya sendiri. Pukulan itu, membuat tubuh Logan terpental ke belakang dan terjatuh di atas lantai.Leo tidak berhenti di sana, ia pun langsung melompat ke atas tubuh Logan dan kembali meluncurkan satu pukulan tepat ke wajah pamannya itu. Tentu, Logan membalas.Keributan langsung terjadi dan itu menarik perhatian seluruh tamu yang ada di dalam pub, termasuk dengan para karyawan.Tidak butuh waktu yang lama beberapa petugas keamanan berbadan kekar, langsung melerai mereka. Tidak peduli dengan status mereka, para petugas keamanan langsung melemparkan mereka berdua keluar dari pub.Baik Leo maupun Logan, tubuh mereka berdua terjatuh di atas aspal dengan cukup keras. Seti
"Selamat tinggal."Itulah ucapan Paman Bong yang didengar Jenna, sebelum ia terbangun dari mimpi.Napas memburu dan wajah basah, karena air mata yang masih mengalir deras. Memeluk dirinya sendiri begitu erat, Jenna berusaha menenangkan diri. Ia tahu itu adalah mimpi dan semua, masih terasa begitu nyata.Kesedihan, melanda jiwa. Butuh waktu cukup lama, untuk menghentikan tangisan dan menenangkan diri. Jenna yang mulai tenang, membalikkan tubuh dan tidur telentang. Napasnya sudah kembali normal, hanya saja perasaannya masih begitu kacau.Membuka mata dan seperti biasa, disambut oleh kegelapan. Hanya saja, ini terasa lain. Ia dapat melihat cahaya rembulan yang lembut. Cahaya yang menerobos masuk, dari celah-celah tirai dan membuat Jenna dapat melihat langit-langit kamar.Apakah ia mendapatkan keajaiban? batin Jenna. Rasa takut dan antusias, menggantikan rasa sedih yang dirasakan tadi. Perlahan, ia bangkit dan turun dari ranjang
Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara. Jenna, memastikan tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Entah perlakuan Leo tulus, atau hanya pura-pura, ia tidak lagi memikirkan hal tersebut. Kebahagiaan, bukanlah sesuatu yang pantas dimiliki. Itulah yang diyakini oleh Jenna.Kembali ke kediaman, Jenna melakukan aktivitas seperti biasanya.Leo, mendatangkan seorang perawat profesional untuk mendampingi, tetapi Jenna langsung menolak. Ia yakin, perawat itu hanya akan memata-matai dan melaporkan segala sesuatu kepada Leo, sama seperti Maya, perawat yang diperkerjakan oleh ibu mertuanya.Dengan berat hati, Leo menyetujui penolakan Jenna dan meminta sang perawat untuk pergi.Jenna semakin menutup diri. Ia hanya akan berbicara saat ditanya, itu pun hanya satu atau dua kata yang diucapkan.***Hari demi hari, kembali berlalu. Leo semakin kesulitan, mendekati Jenna. Wanita itu akan memintanya pergi, jika ia datang mengh