Bab 26~Cemburu
Zhang Yuze membawa Xia Lien menaiki mobil sport miliknya menuju ke taman kota.Sesuai perkataannya tadi, bahwa mereka hari ini akan joging di tempat ramai itu dengan berkeliling beberapa putaran. Setelah itu, baru mereka akan pulang.Dengan langkah malas, Xia Lien mengekor di belakang tubuh tinggi suaminya. Bahkan, gadis itu terlihat sesekali menguap karena masih mengantuk.Xia Lien tidak fokus menatap jalan hingga tubuhnya langsung menabrak dada bidang sang suami yang berhenti mendadak tadi. "Aduh!" keluhnya karena terkejut.Zhang Yuze menatapnya datar. "Jalan pake mata, jangan meleng! Tubuhku yang sebesar ini aja nggak kelihatan sampai kamu tabrak," ketusnya dengan nada galak.Xia Lien berdecih kesal seraya berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra. Lantas, kelakuannya itu lagi-lagi menyita perhatian Yuze yang masih menatapnya sedari tadi."Kamu mengutukku?" tuding Yuze dengan alis bertaut.Bab 27~PenggangguZhang Yuze menepuk keningnya pelan. "Oh iya, aku 'kan seorang Tuan Muda Zhang, Presdir Jersey Grup yang terkenal di seluruh negeri. Kenapa aku takut padanya, ya? Seharusnya dia yang takut padaku karena mendapat pelajaran!" serunya seraya menatap wajah Xia Lien. Astaga, Xia Lien melongo mendengar ucapan suaminya. Tapi, bukan itu yang Xia Lien maksud. Bukan Yuze harus mengintimidasi orang tersebut, melainkan dirinya harus minta maaf dengan tulus pada pria tua itu. "Dasar bodoh! Maksudku, kamu minta maaf padanya." Pungkasnya geram.Zhang Yuze berdecak sebal pertanda ia tak setuju dengan nasihat istrinya. Baginya, minta maaf itu tak ada dalam kamus besar harian milik pria arogan itu. Yuze tidak pernah meminta maaf pada orang lain. Itu hanya merendahkan diri saja, pikirnya."Cih, kamu pikir aku akan melakukannya!" serunya sambil langsung menyalakan mesin mobil dan melaju begitu saja tanpa memperdulikan ocehan istrinya.
Bab 28~Kesabaran Penuh TantanganKesadaran Xia Lien kembali setelah tangan Yuze berusaha menyusup dibalik kaos oblongnya. "A-apa yang kamu lakukan?" Xia Lien mendorong tubuh suaminya dengan kuat. Wanita itu mengelap bibir yang basah akibat ulah sang suami.Zhang Yuze tersenyum miring. Matanya melirik ponsel Xia Lien yang berada di bawah kakinya, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. "Itu cukup untuk menyingkirkan nyamuk pengganggu," cetusnya dalam hati.Xia Lien mengeram kesal. "Yuze! Hei, preman! Kurang ajar,"Wanita itu segera memungut ponselnya yang dalam keadaan sudah mati. Xia Lien menjadi tak enak hati kepada Shaosheng, karena harus melihat adegan tersebut. Dia belum mengatakan pada pria itu jika dirinya telah bersuami, sebab Xia Lien tahu perasaan Shaosheng padanya. Ia takut hal itu akan menyakiti perasaan pria teman masa kecilnya tersebut.Sekali lagi, Xia Lien menatap sengit ke arah Zhang Yuze yang berlal
Bab 29~Ajakan MenyedihkanAura dingin seketika menyelimuti kamar tersebut. Wajah Zhang Yuze memerah menahan amarah yang sebentar lagi pasti akan meledak jika Xia Lien terus menyulutnya dengan percikan api. Bahkan, tangan Yuze mengepal dengan napas yang tidak teratur. "Aku bisa lembut, tapi sangat mudah untuk bersikap kasar!"Merasa nyawanya dalam bahaya, Xia Lien berusaha mendorong tubuh kekar suaminya dengan sekuat tenaga. Tapi, semua usahanya sudah tentu sia-sia saja sebab tubuh dan kekuatan Zhang Yuze jauh lebih besar dibandingkan dirinya."Apa maumu?" Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Xia Lien. Rasanya, untuk saat ini mengalah lebih penting agar nyawanya tetap aman.Zhang Yuze menyeringai menampilkan senyum culas di bibirnya. Pria itu melepaskan cengkraman, kemudian duduk di tepian ranjang. "Temani aku pergi!" titahnya kemudian."Ke mana? Aku sedang malas keluar," sahut Xia Lien sambil lekas beranjak duduk.Mende
Bab 30~SakitXia Lien termangu dalam taksi, memikirkan apa yang dilihatnya tadi. Zhang Yuze sedang bersama seorang wanita dan keduanya terlihat mesra. Saling menggenggam tangan satu sama lain sembari tersenyum bahagia. Rasanya, membuat hati Xia Lien tersakiti.Sakit hati? Oh, ayolah! Untuk apa dirinya sakit hati? Toh, Zhang Yuze bukan siapa-siapa, tepis Xia Lien. Tapi, memikirkan hal tadi membuat hati dan pikirannya kacau."Brengsek. Kenapa aku memikirkan mereka? Mau pacaran atau enggak, terserah!" rutuk wanita itu sembari memukul jok sedikit keras.Sang supir taksi melirik penumpangnya dari spion tengah. Ia bisa menebak jika wanita itu sedang dalam suasana buruk. "Nona, Anda baik-baik saja? Apa saya harus mengantarkan ke tempat yang bagus?" "Tempat bagus seperti apa?" Xia Lien bertanya balik. "Bar atau Cafe misalnya," sahut sang supir. Sejenak berpikir, Xia Lien mengangguk setuju. "Baiklah. Aku ma
Bab 31~AlasanPikiran Zhang Yuze saat ini sedang kacau. Setelah kepergian Xia Lien yang tiba-tiba saat di kedai mie tadi membuat hatinya resah sebab istrinya itu tidak mengatakan akan pergi ke mana. Xia Lien hanya mengatakan tidak akan pulang ke rumah kakeknya. Mungkin ia mengerti akan kekhawatiran Zhang Yuze yang takut ditanyai oleh kakeknya. Dia sungguh pengertian, batin Yuze. Tapi, apa benar Xia Lien tidak melihat ketika dirinya bersama wanita lain di kedai mie tadi? Walaupun begitu, memang apa salahnya? Toh, pernikahan mereka bukan pernikahan sesungguhnya. "Yuze. Apa Lien'er sudah tidur? Kakek mau membicarakan sesuatu dengannya," sang kakek mengetuk pintu kamar. Ia naik ke lantai dua setelah mendengar suara mobil cucunya memasuki garasi. Zhang Yuze gelagapan, "umm, sudah, Kek! Sepertinya ia kelelahan," sahutnya sembari membuka pintu.Kakek Zhang Bei melirik ke arah gulungan selimut di atas ranjang, "oh, ya sudah
Bab 32~PermintaanSepeninggalan Chu Qian, Xia Lien berbalik guna memastikan jika asisten pribadi suaminya itu benar-benar tidak ada di dalam ruangan. Ia pun menelentangkan tubuh menatap langit-langit kamar bercat putih tersebut. Bau aroma obat tercium kuat di tempat itu hingga Xia Lien sedikit memejamkan mata.Sesungguhnya ia sangat tidak menyukai tempat tersebut. Jika bukan karena kondisi tubuhnya yang lemah, Xia Lien akan memilih pergi dari tempat ini. Itu tidak membuatnya keren, cicitnya dalam hati.Xia Lien mengingat kembali kejadian di kedai mie tadi. Bayangan-bayangan Zhang Yuze sedang bermesraan bersama wanita lain membuatnya ingin berteriak sangat kencang bahkan mengamuk sejadi-jadinya. Tapi, untuk apa?Desah napas panjang terdengar. Saat ini ia benar-benar kesal terhadap dirinya sendiri. Mengapa Xia Lien selemah ini? Bukankah wajar jika Zhang Yuze memiliki kekasih? Bukankah dari awal pernikahan mereka sudah sepakat untuk tidak mengusik hal pribadi dan menjaga batasan karena me
Bab 33~Reuni SekolahTuuut ..."Tuan. Ada tamu untuk Anda," ucap Chi Bai berbicara melalui sambungan telpon.Zhang Yuze yang masih sibuk dengan berkas-berkas di meja hanya menanggapi malas. "Siapa dan ada kepentingan apa datang ke mari? Jika tidak ada yang penting, tolong bilang padanya kalau saya sedang tidak bisa diganggu saat ini!" ucapnya."Itu ... anu, Tuan!" Chi Bai tidak bisa melanjutkan ucapannya sebab telpon sudah diambil alih oleh tamu tersebut."Yuze. Apa kamu nggak kangen sama aku?!"Suara itu seketika menghentikan Zhang Yuze dari pekerjaannya. Dia menoleh ke arah telpon yang dinyalakan pengeras suara tersebut. "Lanlan!" gumamnya lirih."Yuze, kamu masih di sana, 'kan?" Lu Xialan bertanya dengan tidak sabaran sampai mengulangi pertanyaannya. "Zhang Yuze. Apa kamu tidak mau menemui aku? Apa kamu benar-benar tidak membiarkan aku masuk ke ruangan kamu?" rengek wanita tersebut.Nada bicara manja Lu Xiala
Bab 34~Mengejek Xia LienHari sebelumnya.Xia Lien sudah diperbolehkan pulang hari ini. Setelah semalaman menginap di rumah sakit, ia memaksa untuk pulang dengan alasan sudah membaik. Sebetulnya, ia takut jika kakaknya menemukan Xia Lien dirawat di rumah sakit tanpa ditemani Zhang Yuze. "Kamu mau diantar kemana? Ke rumah Kakek atau ke rumah Yuze?" Chu Qian bertanya sembari fokus menatap jalan. "Ke rumah Kakek saja. Aku takut Beliau mencari ku," sahut Xia Lien dengan mata terpejam.Chu Qian melirik gadis itu, "Kamu beneran sudah sehat?" Xia Lien menjawab dengan berdehem. "Oh iya, ada undangan reuni SMA nanti malam. Katanya, kamu harus datang!" Xia Lien membuka mata mendengar perkataan Chu Qian. "Kamu membuka ponselku?!" Terlihat raut wajah kesal. Xia Lien bahkan sedikit mencengkram lengan Chu Qian."Maaf, aku nggak sengaja!" ucap Chu Qian. "Ponselmu kemarin mati setelah ratusan panggilan tak terjawab, setelah dihidupkan malah banyak pesan masuk dan salah satunya dari Nona Gu." akunya