Bab 22~Gairah Tertahan
Xia Lien berusaha keras mendorong tubuh kekar suaminya, namun usahanya itu tak membuahkan hasil sebab tenaga Yuze sangat kuat. Gadis itu terus memberontak membuat sang suami marah besar."Semakin kamu melawan, semakin aku menginginkannya!" Ancaman Zhang Yuze seketika membungkam Xia Lien yang terus mendorong kuat. "Kamu istriku, jadi menurut lah!" Seringainya menakutkan.Merasa dalam bahaya, Xia Lien memutar otak agar bisa terbebas dari suaminya yang sedang dipengaruhi alkohol. Diam-diam tangan Xia Lien bergerak meraih gelas berisi air minum yang ada di nakas, lalu menyiramkan air tersebut year di wajah Zhang Yuze."Argh, kamu gila!" pekiknya sembari menarik diri untuk duduk. Tangannya mengusap wajah yang basah karena siraman tadi.Xia Lien beranjak dari ranjang sambil merapihkan pakaiannya. "Brengsek. Apa kamu sudah sadar? Kalau belum, aku akan membuatmu sadar dengan caraku sendiri!" ketusnya kasar.WajaBab 23~Adik KesayanganXiao Mei terus menatap sinis gadis yang sedang tersenyum manis ke arah Xia Long, pria yang tengah dikaguminya selama tiga tahun ini. Entah mengapa, seperti tidak ada pria lain di matanya yang menarik perhatian Xiao Mei. Bagi Xiao Mei, Xia Long tipe laki-laki sempurna yang patut dijadikan suami olehnya. Tidak boleh ada wanita lain yang mendekatinya kecuali hanya dirinya seorang. Namun, begitu melihat seorang gadis cantik yang terlihat akrab dengan Xia Long membuat Xiao Mei marah. Ia tidak suka ada wanita lain selain dirinya yang bisa mendapat perlakuan manis dari dokter tampan tersebut. "Dokter Xia. Apa kamu mengenal gadis ini? Sepertinya dia sudah membuat keributan di sini!" Xiao Mei sengaja memprovokasi, berharap Xia Long marah dan mengusir gadis itu. Sebenarnya Xiao Mei ingin melakukannya sendiri, menyeret gadis itu untuk keluar dari tempat ini dan mempermalukannya di depan umum. Terlebih, gadis itu mengajak X
Bab 24~Gadis ManjakuXia Long menatap serius adiknya satu-satunya itu dengan kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa Xia Lien meminta izinnya terlebih dahulu sebelum meminta izin kepada Zhang Yuze sebagai suaminya? Dan juga, mengapa mereka tidak pergi berbulan madu? Apa pernikahan mereka bermasalah seperti yang dibayangkan olehnya sejak awal? Ataukah karena kesibukan semata? Ayolah, kepala Xia Long kini mendadak sakit memikirkan masalah adiknya ini. Dia takut terjadi sesuatu dalam pernikahan mereka. Setelah lama terdiam, akhirnya Xia Long pun membuka suara tak sabar. "Apa yang terjadi dengan kalian?" Sebuah pertanyaan keluar begitu memaksa Xia Lien mendongak. "Apa maksud pertanyaan itu? Tentu saja kami baik," Xia Long menatap lekat wajah sang adik, kemudian berdiri lalu melangkahkan kaki meninggalkan adiknya yang termenung menanggapi sikapnya. Namun sebelum pergi, Xia Long berpesan untuk menjaga diri baik-baik. Xia Lien menunduk
Bab 25~Mulai Jatuh CintaMalam semakin larut, namun mata Zhang Yuze tidak mau terpejam juga. Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu hingga membuatnya tak bisa tidur.Suara ponsel mengalihkan atensinya yang tadi terus menatap langit-langit kamar, kini beralih ke arah benda pipih yang tergeletak di nakas samping tempat tidur. Sebetulnya ponsel yang berbunyi itu bukan miliknya, melainkan milik Xia Lien. Tapi, justru itu yang membuatnya penasaran hingga beranjak mengambil benda pipih tersebut.Benar. Zhang Yuze dan Xia Lien kini tidur di kamar dan ranjang yang sama karena saat ini keduanya berada di rumah kakeknya. Namun, tidak seperti yang kalian pikirkan. Ada pembatas yang tinggi menjulang di antara keduanya. Bantal dan guling yang menjadi pembatas keduanya memisahkan bagian tempat Zhang Yuze dan Xia Lien di ranjang king size tersebut.Setelah mendekat, ia melihat ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal, tak ada nama tertera di sana. Zhang Y
Bab 26~CemburuZhang Yuze membawa Xia Lien menaiki mobil sport miliknya menuju ke taman kota.Sesuai perkataannya tadi, bahwa mereka hari ini akan joging di tempat ramai itu dengan berkeliling beberapa putaran. Setelah itu, baru mereka akan pulang.Dengan langkah malas, Xia Lien mengekor di belakang tubuh tinggi suaminya. Bahkan, gadis itu terlihat sesekali menguap karena masih mengantuk.Xia Lien tidak fokus menatap jalan hingga tubuhnya langsung menabrak dada bidang sang suami yang berhenti mendadak tadi. "Aduh!" keluhnya karena terkejut. Zhang Yuze menatapnya datar. "Jalan pake mata, jangan meleng! Tubuhku yang sebesar ini aja nggak kelihatan sampai kamu tabrak," ketusnya dengan nada galak.Xia Lien berdecih kesal seraya berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra. Lantas, kelakuannya itu lagi-lagi menyita perhatian Yuze yang masih menatapnya sedari tadi."Kamu mengutukku?" tuding Yuze dengan alis bertaut.
Bab 27~PenggangguZhang Yuze menepuk keningnya pelan. "Oh iya, aku 'kan seorang Tuan Muda Zhang, Presdir Jersey Grup yang terkenal di seluruh negeri. Kenapa aku takut padanya, ya? Seharusnya dia yang takut padaku karena mendapat pelajaran!" serunya seraya menatap wajah Xia Lien. Astaga, Xia Lien melongo mendengar ucapan suaminya. Tapi, bukan itu yang Xia Lien maksud. Bukan Yuze harus mengintimidasi orang tersebut, melainkan dirinya harus minta maaf dengan tulus pada pria tua itu. "Dasar bodoh! Maksudku, kamu minta maaf padanya." Pungkasnya geram.Zhang Yuze berdecak sebal pertanda ia tak setuju dengan nasihat istrinya. Baginya, minta maaf itu tak ada dalam kamus besar harian milik pria arogan itu. Yuze tidak pernah meminta maaf pada orang lain. Itu hanya merendahkan diri saja, pikirnya."Cih, kamu pikir aku akan melakukannya!" serunya sambil langsung menyalakan mesin mobil dan melaju begitu saja tanpa memperdulikan ocehan istrinya.
Bab 28~Kesabaran Penuh TantanganKesadaran Xia Lien kembali setelah tangan Yuze berusaha menyusup dibalik kaos oblongnya. "A-apa yang kamu lakukan?" Xia Lien mendorong tubuh suaminya dengan kuat. Wanita itu mengelap bibir yang basah akibat ulah sang suami.Zhang Yuze tersenyum miring. Matanya melirik ponsel Xia Lien yang berada di bawah kakinya, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. "Itu cukup untuk menyingkirkan nyamuk pengganggu," cetusnya dalam hati.Xia Lien mengeram kesal. "Yuze! Hei, preman! Kurang ajar,"Wanita itu segera memungut ponselnya yang dalam keadaan sudah mati. Xia Lien menjadi tak enak hati kepada Shaosheng, karena harus melihat adegan tersebut. Dia belum mengatakan pada pria itu jika dirinya telah bersuami, sebab Xia Lien tahu perasaan Shaosheng padanya. Ia takut hal itu akan menyakiti perasaan pria teman masa kecilnya tersebut.Sekali lagi, Xia Lien menatap sengit ke arah Zhang Yuze yang berlal
Bab 29~Ajakan MenyedihkanAura dingin seketika menyelimuti kamar tersebut. Wajah Zhang Yuze memerah menahan amarah yang sebentar lagi pasti akan meledak jika Xia Lien terus menyulutnya dengan percikan api. Bahkan, tangan Yuze mengepal dengan napas yang tidak teratur. "Aku bisa lembut, tapi sangat mudah untuk bersikap kasar!"Merasa nyawanya dalam bahaya, Xia Lien berusaha mendorong tubuh kekar suaminya dengan sekuat tenaga. Tapi, semua usahanya sudah tentu sia-sia saja sebab tubuh dan kekuatan Zhang Yuze jauh lebih besar dibandingkan dirinya."Apa maumu?" Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Xia Lien. Rasanya, untuk saat ini mengalah lebih penting agar nyawanya tetap aman.Zhang Yuze menyeringai menampilkan senyum culas di bibirnya. Pria itu melepaskan cengkraman, kemudian duduk di tepian ranjang. "Temani aku pergi!" titahnya kemudian."Ke mana? Aku sedang malas keluar," sahut Xia Lien sambil lekas beranjak duduk.Mende
Bab 30~SakitXia Lien termangu dalam taksi, memikirkan apa yang dilihatnya tadi. Zhang Yuze sedang bersama seorang wanita dan keduanya terlihat mesra. Saling menggenggam tangan satu sama lain sembari tersenyum bahagia. Rasanya, membuat hati Xia Lien tersakiti.Sakit hati? Oh, ayolah! Untuk apa dirinya sakit hati? Toh, Zhang Yuze bukan siapa-siapa, tepis Xia Lien. Tapi, memikirkan hal tadi membuat hati dan pikirannya kacau."Brengsek. Kenapa aku memikirkan mereka? Mau pacaran atau enggak, terserah!" rutuk wanita itu sembari memukul jok sedikit keras.Sang supir taksi melirik penumpangnya dari spion tengah. Ia bisa menebak jika wanita itu sedang dalam suasana buruk. "Nona, Anda baik-baik saja? Apa saya harus mengantarkan ke tempat yang bagus?" "Tempat bagus seperti apa?" Xia Lien bertanya balik. "Bar atau Cafe misalnya," sahut sang supir. Sejenak berpikir, Xia Lien mengangguk setuju. "Baiklah. Aku ma