“It'll only be a couple hours And I'm about to leave. I was hoping I could get lost in your paradise,Cause I can't get you off my mind” -Lost In Japan-
°°°°
"Kau hanya suka melihat Julia dalam pakaian gaya jalanannya yang supermodis," goda Kurt ketika sampai di sebelah Louis yang duduk di salah satu Kursi di ruangan Paduan Suara. Kurt mengenakan jaket musim dinginnya yang paling hangat, yang disebut ibunya sebagai jaket ski--ironisnya, ia bahkan belum pernah main Ski seumur hidup. Ia tersenyum tipis pada Eleanor di belakangnya.
"Mau bagaimana lagi? Sepatu Bot kulit berhak tinggi memang selalu menarik perhatianku," kata Louis sambil melirik Shawn, yang tersipu agak malu. Cowok itu gampang sekali tersipu.
Hailee berjalan dan mendudukan bokongnya di kursi sebelah Shawn. Akhir-akhir ini situasi di antara mereka agak.... Canggung. Musim gugur lalu, kelihatannya benar-benar terjadi sesuatu. Shawn adalah satu-satunya cowok di Roosevelt High yang bisa di bayangkan Hailee menjadi kekasihnya. Shawn manis, dan selera humornya luar biasa walau tertutup oleh sifat dingin dan keras kepala nya. Kalau dibandingkan, cowok-cowok lain dari Klub Olahraga lebih terlihat Bodoh dan kekanak-kanakan terutama saat menghadapi gadis-gadis. Tetapi, apapun yang terjadi di antara mereka, sepertinya itu memudar bahkan sebelum benar-benar di mulai---mungkin Karena Hailee yang malu-malu untuk mengutarakan isi hatinya dan Shawn yang masih Bergelut dengan Masa lalu percintaan nya yang Kelam dan masih di hantui oleh bayang-bayang masa lalu. Membuat Hailee hanya pasrah dan menunggu waktu yang pas saat Shawn kembali dapat membuka hatinya untuk diisi oleh seseorang. Dan sekarang, begitu banyak waktu yang sudah berlalu sejak mereka pergi ke pesta dansa Homecoming, Membuat Hailee sangsi apakah Shawn siap membukakan pintu hatinya dan mengizinkan dirinya untuk masuk menembus,Merobek dan menghancurkan dinding pertahanan yang selama ini telah lama Shawn bangun?.
"Pasti berita buruk," kata Rachel yang sejak tadi merasa terkucilkan. Melepaskan penghangat telinga berwarna biru muda dari kepala memasukan ke saku. Sepatu Uggs cokelatnya berdecit saat beradu dengan lantai yang bersih, suara itu bergema ke seluruh ruangan Paduan suara yang hening. "Misalnya, Mr. Payne berubah pikiran lagi, lalu memutuskan untuk meninggalkan kita untuk bergabung dengan Peace Corps Di Afrika atau semacam itu,"
"Itu ngak akan terjadi." Kurt bangkit dari kursinya dan berjalan ke depan "Mr. Payne nggak akan meninggalkan kita. Lagi pula, kelihatanya dia bukan type Yang mau terlibat dalam kegiatan semacam itu. Aku betul-betul ngak bisa membayangkan dia membangun gedung sekolah."
"Bagaimana kalau ada yang meninggalkan Klub? Atau sekarat karena Kanker aneh yang merusak pita suaranya?" Shawn tiba-tiba bertanya, dengan pertanyaan bodoh yang sudah ada menghantui pikirannya sejak tadi. Ia menoleh ke samping, kearah suara pintu yang terbuka dan melihat Cameron Rutherford serta Jack Paul, pemain Football yang juga bergabung dengan Klub Cheerio pada musim gugur lalu. Biasanya mereka memang datang terakhir.
Shawn ngak mau bilang apa-apa, karena ia merasa selalu saja bicara soal Camilla, tapi Fakta bahwa Camilla mendadak hilang di Ruang Paduan suara membuat Shawn kebingungan. Aneh sekali,kan? Meskipun mereka nggak Pacaran atau semacamnya---setidaknya, nggak lagi---ia masih punya radar Khusus untuk Camilla. Suatu Ruangan atau Koridor bakal terasa berbeda kalau Camilla nggak ada, mungkin karena kehadiran---Dan suara cewek---itu benar-benar keras. Sepertinya Shawn memang nggak bisa berhenti memikirkan Camilla, meskipun ia menginginkannya.
"Camilla kemana?" Tanya Eleanor seakan membaca pikiran Shawn. Camilla verlicé Reynold senang sekali hadir pertama kali dalam setiap Latihan, Rapat atau acara. Makanya aneh sekali saat mereka kini tak menemukan Camilla berdiri dalam ruangan Paduan suara---padahal terakhir mereka bertemu dengan Camilla yang berjalan bersama Kurt masuk ke ruang paduan suara---Dan kini Camilla hilang, bak di telan Bumi atau jangan-jangan Camilla memiliki kekuatan Sihir untung menghilang dan berusaha tak satu ruangan Dengan Shawn?. Who know,right!
"Bukannya tadi Camilla bersama Kurt?" Celeste buka suara setelah sibuk mengabadikan momentnya dengan memotret dirinya mengunakan Kamera depan ponsel nya lalu mem-posting nya di akun Sosial media yang di milikinya.
"Tadi memang aku dan Camilla berjalan bersama dari Caffetaria tapi setelah sampai di Ruangan paduan suara aku sudah tak tahu lagi dia kemana," Kurt menaik turunkan Bahunya.
Suasana ruangan paduan suara sangat sepi, yang terdengar hanya suara mesin dari Pemanas Yang sedang bekerja. Entah apa yang di pikiran Shawn saat ini namun dirinya bangkit dari duduknya dan persekian detik kemudian Shawn telah berjalan keluar dari ruangan Paduan suara sebelum sempat Hailee menarik tangan Shawn untuk kembali duduk, karena Hailee sepertinya dapat membaca apa yang akan dilakukan oleh cowok Blasteran America-Canada itu.
Suasana di sekolah sangat sepi, yang terdengar hanya Suara Decitan sepatu boot nya yang basah beradu dengan lantai Linoleum Sekolah.
Shawn berjalan tergesa-gesa sambil mengira-ngira apakah ini berarti Camilla sudah Keluar. Shawn langsung mengira Camilla melaksanakan ancamannya beberapa bulan lalu---Pindah dari Roosevelt High ke sekolah seni tempat dia mendapatkan pelatihan yang di butuhkan untuk jadi Bintang.
Tapi.....Camilla pasti memberitahuku, kan? Pikir Shawn. Ia merasakan gumpalan Menyekat ternggorokannya. "Mungkin Camilla memang mengidap penyakit Kanker aneh. Dan mungkin sekarang dia sedang berada di ruangan lain di sekolah untuk meminum obat nya atau yang lebih buruk dia Mungkin....Sekarat"
Tepat Saat Shawn mulai membayangkan dirinya memakai topi Fedora hitam pada upacara pemakaman Camilla dan menyanyikan lagu 'End of The Day' nya One Direction, sebuah pikiran lain masuk kedalam Otak nya membunuh Fantasi gila nya itu. "Aku nggak yakin Kanker cukup kuat untuk membunuh Camilla."
Sesaat kemudian, Shawn mendengar suara-suara dari balik dinding Ruang Bahasa Spanyol. "Sepertinya ada seseorang di dalam," gumam Shawn, merasa dirinya berada di dalam film Kartun Scooby-Doo. Pastinya Shawn yang bakal jadi Fred, cowok keren dengan bahu bidang dan Dagu belah. Sama seperti Shawn di dunia nyata terutama dengan Dagu belah nya.
"Kalau yang di dalam itu pembunuh berkampak, dan aku mati berarti besok wajahku akan memenuhi Headline koran dan berita di New York Times atau CNN atau BBC atau bahkan Siaran berita dan Koran di seluruh dunia karena terbunuh oleh pembunuh berkampak saat mencari Mantan pacarnya di Sekolah". Racau Shawn kepada dirinya sendiri dengan Pikiran liarnya, entah apa yang terjadi pada Shawn hingga membuat pikiran nya kacau seperti ini,Shawn menggelengkan kepalanya.
Shawn memegang kenop pintu mengumpulkan segala kekuatan Kejantanan yang di milikinya bersiap untuk menghadapi semua kejutan apa saja yang terjadi di depan sana, membuka pintu secara perlahan.
Camilla, mengenakan rok kotak-kotak biru muda dan Sweater Turtleneck dengan gambar strawberry raksasa dirajut dibagian depan, ternyata kelihatan sangat sehat. Ekspresi wajahnya penuh konsentrasi selagi menyanyikan sebait lagu dari salah satu Soundtrack 'The Greatest showman:Reimagine' yakni 'Rewrite the Stars' versi Anne-Marie Feat James Arthur. Dirumah, Setiap pagi Camilla minum susu protein dan berolahraga di sepeda Statis selama tiga puluh menit, mempersiapkan fisiknya untuk menghadapi hari. Tetapi, latihan pagi di ruang paduan suaralah yang menyiapkan mentalnya. (selain itu,bakal timbul masalah dengan para tetangga kalau ia bernyanyi pada jam 6.30 setiap pagi). Ia suka sekali menyanyikan lagu-lagu Bernada Tinggi pada pagi hari---lagu-lagu itu mempersiapkan Camilla untuk menghadapi para pembenci yang iri kepadanya, meskipun kini ia sangat sukses di Cheerio Dan telah Putus dengan Shawn. tetap saja mereka menyiram wajahnya dengan Slushie Dan jangan lupa juga dengan tatapan menggoda dari para School jock. Latihan pagi-pagi sekali merupakan bagian tak terpisahkan dalam rutinitas Camilla, tanpa latihan ia bakal kebingungan.
Shawn berjalan dengan pelan-pelan berusaha merendam suara decitan sepatunya yang bergesekan dengan lantai kayu, berjalan mendekati Camilla yang berdiri menghadap Tembok bercat Cream dengan poster berbahasa Spanyol yang Shawn sama sekali ngak ngerti apa artinya---karena Shawn nggak ambil kelas Bahasa Spanyol walaupun sebenarnya Mr. Payne yang mengajar di kelas bahasa Spanyol-. Memandang setiap inci dari lekukan tubuh belakang Camilla yang sangat dirindukannya juga suara Emas yang dulu sering mampir di telingannya obat untuk menceriakan harinya ketika harinya sedang buruk, Shawn berharap dirinya bisa bertahan di posisi ini untuk selama-lamanya memandang Paradise di depannya.
"....So who can stop me if I decide that you're my destiny?.
What if we rewrite the stars?Say you were made to be mineNothing could keep us apartYou'll be the one I was meant to findIt's up to you, and it's up to meNo one can say what we get to beSo why don't we rewrite the stars?And maybe the world could be ours tonight..." Nyanyian Camilla terpotong oleh Suara nyanyain beraksen khas yang sudah sangat tak asing di telinganya, terdengar jelas dari belakang tubuhnya."....You think it's easy, you think I don't wanna run to you.
But there are mountains.And there are doors that we can't walk through.I know you're wondering whyBecause we're able to be just you and me within these walls.But when we go outsideYou're gonna wake up and see that it was hopeless after all.No one can rewrite the stars" Shawn berjalan semakin dekat ke arah Camilla yang diam terpaku mengetahui tiba-tiba ada Shawn di belakangnya."How can you say you'll be mine?
Everything keeps us apartAnd we are not the one you were meant to findIt's not up to you, it's not up to me, yeahWhen everyone tells us what we can beAnd how can we rewrite the stars?" Rasanya Camilla Ingin menangis dan lenyap di waktu yang bersamaan, sudah sangat lama dirinya tak pernah seperti ini. Camilla mengikuti permainan Shawn untuk menyanyikan lirik selanjutnya secara bersamaan."And why don't we rewrite the stars?
Changing the world to be oursYou know I want youIt's not a secret I try to hideBut I can't have youWe're bound to break and my hands are tied" tanpa sadar Shawn mengakhiri lirik lagu tersebut bersamaan dengan dirinya menggenggam erat Kedua telapak tangan Camilla, dan tanpa sadar juga air mata perlahan mengalir di pipi Camilla. After such a long time dirinya serta Ego-nya membangun dinding pertahanan kuat untuk menghilangkan perasaan ini tapi hari ini di detik itu juga dirinya Sangat merindukan Moment ini.Shawn membawa Camilla kedalam dekapan hangat tubuh kekarnya membiarkan Jaket klub Olahraga nya terbasahi oleh air mata Rindu Camilla. 'I Miss you' gumam Shawn,berulang-ulang kali tepat di telinga Camilla.
Suara tepukan di belakang keduanya, membuat keduanya tersadar dari Moment ini. Camilla melepaskan diri dari dekapan Shawn dan membersihkan air matanya dengan Tissue yang selalu siap sedia berada di saku Rok kotak-kotak biru mudanya.
Itu Mr. Payne berdiri di dekat pintu dengan mengapit Sebuah kotak merah muda berisi Pastry dan di tangannya yang lain sebotol besar jus jeruk. memberikan senyum menggodanya ke arah Dua sejoli di depannya, Mr. Payne sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada dua murid kesayangan nya ini. Bahkan Mr. Payne ini pernah patah hati karena tahu Shawn dan Camilla Broke up dan sedih karena Kemesraan keduanya lah yang paling di tunggu dan menyemarakan hari latihan Klub Cheerio---Bahkan walau sudah tiga tahun Mr. Payne menikah dirinya masih kalah mesra dari ShawnMilla, itulah shippers Yang Di berikan Mr. Payne.
"Jadi kalian berdua rujuk?" Mr. Payne berjalan mendekat ke arah keduanya, Camilla memutar bola matanya kebelakang, Terkadang Mr. Payne terlalu berlebihan.
"Bahkan kami belum menikah dan kami pun tak bercerai!!! Dan lagipun kami tidak kembali bersama" bela Shawn dengan cepat. Mr. Payne terkekeh, aroma manis kue yang baru keluar dari oven tercium menyerebak ke setiap Indra penciuman di ruangan ini.
Mr. Payne melirik ke arloji berwarna hitam yang melilit pergelangan tangan kirinya. "Kalian mau berduaan disini? Atau ikut aku ke Ruang paduan suara tapi kalian berdua yang bawa ini?"
Happier
Hailee mendesah sebal, ini sudah lebih dari 15 menit dan Shawn masih belum kembali juga. Hailee sudah menebak dari awal Shawn pasti akan pergi mencari Mantan 'Gadis' nya itu yang mendadak hilang.
Louis yang menyadari kegelisahan Hailee, mendudukan bokongnya bersebelahan dengan Hailee dan mengambil ponsel berlayar mati yang sedang di pegang Hailee.
"Shawn,eh?" Seperti Louis dapat membaca apa penyebab keresahan dari Hailee saat ini. "No,untuk apa aku memikirkan dia? Toh,aku lebih memikirkan kemana Mr. Payne sekarang kita sudah hampir 30 menit disini dan Mr. Payne masih belum menampakan batang hidung nya juga." Bela Hailee.
Louis hanya ber-Oh ria, walau dirinya tahu Hailee tak bisa berbohong kepadanya sudah lama dirinya bersahabat dengan Hailee dan bahkan dirinya dengan Hailee pernah menjadi sepasang kekasih saat masa Sophomore yang walau hanya bertahan selama Satu setengah bulan---Karena keduanya merasa lebih baik keduanya menjadi Sahabat saja dari pada sepasang kekasih yang butuh Komitmen tetap---namun walau begitu keduanya masih tetap menjadi sahabat hingga kini.
Mr. Payne masuk ruangan bersamaan dengan masuknya Shawn dan Camilla, sambil shawn yang membawa kotak merah muda berisi Pastry dan Camilla membawa sebotol besar jus jeruk di tangannya. Aroma manis kue yang baru keluar dari Oven membuat Rachel kembali duduk. Perutnya langsung berbunyi, mengingatkan bahwa tadi ia nggak sempat sarapan Cereal sebelum Celeste datang menjemputnya. Dan Hailee yang sama sekali sudah tak terkejud melihat Camilla datang bersamaan dengan Shawn, benar dugaan ku.
"Hai, semua!!" Wajah tampan Mr. Payne kelihatan cerah sekali.Dua buah bola mata Mr. Payne yang berwarna cokelat hazel Yang selalu setiap saat memberikan Puppy Eyes---yang bila saja Mr. Payne masih Single bahkan gadis-gadis Freshman-pun siap jika harus digiring ke Altar bersama,Guru muda yang tampan ini. Namun sayang Mr. Payne sudah memiliki Istri-. Dan Rambut cokelat nya, masih basah ketika ia meninggalkan rumah sedikit membeku. "Maaf aku membuat kalian semua khawatir dengan mengadakan pertemuan sepagi ini, tapi aku ingin bicara pada kalian semua. Dan aku nggak tahan jika harus menunggu saat latihan sepulang sekolah nanti."
"Jadi berita besarnya apa?" Tanya Rachel sambil melirik isi kotak itu. Aromanya luar biasa enak, dan ia penasaran apakah rasanya sepadan dengan tambahan kalori yang bakal di dapatkannya---walaupun Rachel sama seperti gadis Amerika lain yang selalu menjaga bentuk tubuhnya. Tapi dirasanya dirinya terlalu lapar hingga mengabaikan bagaimana bentuk tubuhnya nanti.
"Jangan bilang berita besar nya..." Cameron menjeda. "....adalah Berita Shawn yang kembali bersama Camilla!"
Sunyi,itulah yang terjadi di ruangan tersebut setelah Cameron menyelesaikan kalimatnya. Shawn membeku di tempat bayangan kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu menghantui pikiranya, hatinya tersenyum miris.
"Well....." Mr. Payne memandang ke sekeliling ruangan, memikirkan kata-kata apa yang akan keluar dari bibirnya dan memerhatikan bahwa anggota klub yang di bimbing nya ini masih kurang anggota. "Berita buruknya Shawn dan Camilla masih belum bersama dan berita baik nya aku ingin memberitahukan berita ini kepada kalian semua sebagai satu kelompok, tapi sepertinya semua belum datang."
Eliza Da Lopez dan Britanny Pierce belum kelihatan. Keduanya juga sesama anggota Cheerleader Dan termasuk siswi Sok berkuasa bersama dengan Rachel dan Celeste yang sebenarnya sama-sama malas untuk hadir perkumpulan Cheerio.
"APA?" Camilla mencengkram keras botol kaca besar jus jeruk yang ada di tangannya. "Tapi Dua cewek itu kan selalu terlambat. Nggak adil kalau kami di hukum atas kesalahannya mereka, kan bisa nanti di beri tahu lagi oleh Rachel dan Celeste lagipula mereka kan satu group!!" Camilla memberikan tatapan tajam kepada dua cewek bermake-up tebal bahkan di Musim dingin seperti ini.
Mr. Payne menatap Camilla tajam yang berdiri di sampingnya, seperti yang biasa ia lakukan kalau Camilla mulai membuka mulut untuk mengekspresikan pendapatnya mengenai sesuatu dan itu biasanya dilakukan Camilla ratusan kali dalam satu jam. "Kita tunggu sampai mereka datang."
Mr. Payne mengangkat tangan dengan kesal. "Well, aku minta maaf karena meminta kalian datang sepagi ini, tapi sepertinya kalian harus menunggu sedikit lebih lama untuk mendengar kabar baik itu dariku." Di tengah gerutuan dan tatapan frustasi, Mr. Payne menyuruh Shawn meletakan kotak merah muda itu di atas piano.
"Tapi, aku membawa kue buat kalian---anggap saja ini tawaran perdamaian. Bagaimana kalau kita berkumpul disini lagi saat istirahat makan siang? Aku akan mencari dan memberi tahu soal pertemuan ini pada anak-anak yang belum hadir."
Kurt lah yang pertama membuka kotak itu. Dua lusin Croissant lembut yang masih hangat tersimpan didalam kotak berlapis kertas putih. Kurt langsung menggigit, dan Croissant itu langsung meleleh di mulut. Lebih enak dari pada donat jeli. "Enak. Thanks, Mr. Payne"
Yang lain ikut mengambil. "selamat menikmati, anak-anak dan ingat----itu petunjuk." Mr. Payne mengedipkan puppy eyes nya, tapi ngak mau mengatakan apa-apa lagi.
Camilla menuangkan segelas jus jeruk dengan enggan. Kalau latihan paginya harus terganggu, seharusnya paling nggak ada alasan. Celine Dion ngak mungkin bisa sehebat sekarang kalau latihan paginya dibatalkan hanya demi jus jeruk dan Croissant. Hari ini buruk, bahkan sebelum benar-benar di mulai.
“You hit me with words I never heard, come out your mouth. Feeling hopeless, I need focus" -Youth-°°°Koridor Roosevelt High school merupakan tempat menyeramkan bagi anak-anak yang ngak di berkahi posisi menguntungkan dalam hierarki Senior high school. Di dalam ruang kelas bahkan guru paling lemah pun bisa mengontrol murid-murid yang tidak suka menuruti peraturan. Sedangkan di Caffetaria, para Security class Dan beberapa guru lain bergilir memonitor kelakuan para siswa. Tetapi, koridor--Saat perpindahan kelas--dipenuhi remaja dengan hormon bergejolak yang ingin sekali melampiaskan energi. Sayangnya, siswa yang berada di lapisan bawah sistem kasta SHS sering kali dijadikan subjek penerima perhatian yang ngak menyenangkan dari remaja-remaja itu, mulai dari di sandung,didorong ke deretan loker, dan 'Tidak
Camilla sulit berkonsentrasi pada pelajaran Aljabar,padahal biasanya itu mudah baginya untuk memahami angka-angka yang merusak mata sebagian murid di depan sana. Bukan nya memfokuskan perhatian pada persamaan yang tertulis di papan tulis, ia malah membayangkan dirinya berada di panggung dalam seluruh kegemerlapan La La Land. Bayangkan panggung yang gelap gulita. Asap (dari mesin pembuat asap yang memang berfungsi, bukan mesin yang mengacaukan pertunjukan klub Cheerio Di Resital Fall in Love with music musim gugur lalu) perlahan-lahan menutupi panggung yang didekorasi seperti gang-gang kecil di Paris. Dan masuklah Camilla, dalam pakaian Dress santai berwarna kuning terang yang seksi yang berhasil memberikan sedikit belahan dada. Bibirnya terbuka dan lirik lagu seolah mengantung di udara, membuat para penonton terpesona. Dan tepuk tangan pun membahana.Seusai pelajaran, Camilla mengam
Area parkir di Roosevelt High benar-benar nyaris kosong. Bagian staf pengajarnya pun cuma di tempati beberapa mobil milik guru-guru muda yang masih bersemangat dan belum mencapai tahap kelelahan dalam karir mereka. Semalam salju menyelimuti kota, dan sepertinya satu-satunya suara di Seattle,Washington adalah derikan dan putaran pengeruk salju raksasa berwarna kuning. Pengeruk salju itu menggeruk melintasi lapangan parkir yang kosong, menambahkan salju lagi ke tumpukan salju yang besar yang kotor. Ini pagi Awal November yang benar-benar dingin, dan pengeruk salju yang sendirian itu, dikendarai si petugas kebersihan, Janitor Bob, Yang memakai baju musim dingin tebal dan sarung tangan oranye yang kelihatan seperti sarung tangan oven raksasa, merupakan satu-satunya benda bergerak di udara beku ini. Beberapa burung bertampang geli bertengger di kabel telepon, mungkin menyesal kenapa mereka tak berimigrasi ketempat hangat lebih awal."Ini lebih dari menyedihkan"
Camilla sulit berkonsentrasi pada pelajaran Aljabar,padahal biasanya itu mudah baginya untuk memahami angka-angka yang merusak mata sebagian murid di depan sana. Bukan nya memfokuskan perhatian pada persamaan yang tertulis di papan tulis, ia malah membayangkan dirinya berada di panggung dalam seluruh kegemerlapan La La Land. Bayangkan panggung yang gelap gulita. Asap (dari mesin pembuat asap yang memang berfungsi, bukan mesin yang mengacaukan pertunjukan klub Cheerio Di Resital Fall in Love with music musim gugur lalu) perlahan-lahan menutupi panggung yang didekorasi seperti gang-gang kecil di Paris. Dan masuklah Camilla, dalam pakaian Dress santai berwarna kuning terang yang seksi yang berhasil memberikan sedikit belahan dada. Bibirnya terbuka dan lirik lagu seolah mengantung di udara, membuat para penonton terpesona. Dan tepuk tangan pun membahana.Seusai pelajaran, Camilla mengam
“You hit me with words I never heard, come out your mouth. Feeling hopeless, I need focus" -Youth-°°°Koridor Roosevelt High school merupakan tempat menyeramkan bagi anak-anak yang ngak di berkahi posisi menguntungkan dalam hierarki Senior high school. Di dalam ruang kelas bahkan guru paling lemah pun bisa mengontrol murid-murid yang tidak suka menuruti peraturan. Sedangkan di Caffetaria, para Security class Dan beberapa guru lain bergilir memonitor kelakuan para siswa. Tetapi, koridor--Saat perpindahan kelas--dipenuhi remaja dengan hormon bergejolak yang ingin sekali melampiaskan energi. Sayangnya, siswa yang berada di lapisan bawah sistem kasta SHS sering kali dijadikan subjek penerima perhatian yang ngak menyenangkan dari remaja-remaja itu, mulai dari di sandung,didorong ke deretan loker, dan 'Tidak
“It'll only be a couple hours And I'm about to leave. I was hoping I could get lost in your paradise,Cause I can't get you off my mind” -Lost In Japan- °°°° "Ada yang nonton Pretty woman di TV kabel semalam?" Tanya Louis sambil melonggarkan syal Kasmir biru yang mewah dari lehernya. "Sudah tiga kali ditayangkan bulan ini, tapi aku nggak bisa melewatkannya." "Kau hanya suka melihat Julia dalam pakaian gaya jalanannya yang supermodis," goda Kurt ketika sampai di sebelah Louis yang duduk di salah satu Kursi di ruangan Paduan Suara. Kurt mengenakan jaket musim dinginnya yang paling hangat, yang disebut ibunya sebagai jaket ski--ironisnya, ia bahkan belum pernah main Ski seumur hidup. Ia tersenyum tipis pada Eleanor di belakangnya. "Mau bagaimana lagi? Sepatu Bot kulit berhak tinggi memang selalu menarik perhatianku," kata Louis sambil melirik Shawn, yang tersipu agak malu
Area parkir di Roosevelt High benar-benar nyaris kosong. Bagian staf pengajarnya pun cuma di tempati beberapa mobil milik guru-guru muda yang masih bersemangat dan belum mencapai tahap kelelahan dalam karir mereka. Semalam salju menyelimuti kota, dan sepertinya satu-satunya suara di Seattle,Washington adalah derikan dan putaran pengeruk salju raksasa berwarna kuning. Pengeruk salju itu menggeruk melintasi lapangan parkir yang kosong, menambahkan salju lagi ke tumpukan salju yang besar yang kotor. Ini pagi Awal November yang benar-benar dingin, dan pengeruk salju yang sendirian itu, dikendarai si petugas kebersihan, Janitor Bob, Yang memakai baju musim dingin tebal dan sarung tangan oranye yang kelihatan seperti sarung tangan oven raksasa, merupakan satu-satunya benda bergerak di udara beku ini. Beberapa burung bertampang geli bertengger di kabel telepon, mungkin menyesal kenapa mereka tak berimigrasi ketempat hangat lebih awal."Ini lebih dari menyedihkan"