Beranda / Romansa / Hanya Kau Milikku / Mengambil Kesempatan

Share

Mengambil Kesempatan

Penulis: RKT
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah pulang dari Rumah Dilah, Reno merasa kesal. Hatinya hancur karena gagal menikah dengan pujaan hatinya. Reno berjalan mendekati anak buahnya yang seram dan berotot.

"Kalian semua, cari calon istriku sampai ketemu, jika kalian bertemu pemuda yang bersama calon istriku bunuh saja dia," amarah Reno menggelegar. Hatinya hancur, kepalanya mendidih. Ia benar-benar murka pada pemuda yang menculik Dilah.

"Baik Bos," mereka menunduk dan berpencar untuk mencari Dilah.

Reno mengacak-acak rambutnya kesal. Ia menendang angin sangkin kesalnya.

"Lelah sekali aku mencarimu sayang, semoga kau baik-baik saja. Pemuda itu harus mati di tanganku." gumam Reno dengan senyum iblis miliknya.

Reno keluar dari rumah mencari sesorang untuk di bunuh untuk menghilangkan rasa kesal.

"Ini Bos, laki-laki tua yang tak mau membayar utang," lapor anak buah Reno.

Sreeetttt

Reno menyayat laki-laki paruh baya tersebut dengan ganas. Setelah puas membunuh, ia pergi ke tempat hiburan malam untuk mabuk seperti biasanya. Sifat Reno inilah yang membuat Dilah menolak menikah dengan Reno. Reno adalah sosok pria kejam, manja dan bersifat seperti iblis.

"Layani aku!" pintanya kepada wanita-wanita penggoda.

Reno mabuk berat, ia bergumam tak jelas. Wanita-wanita tersebut membawanya ke kamar.

Pagi hari, Reno membayar wanita-wanita tersebut setelah itu ia berlanjut mencari Dilah. Ia menyusuri seluruh lokasi sambil menunjukkan foto calon istrinya. Namun, orang yang ia temui tak mengetahui keberadaan Dilah. Jika pun mereka tahu tentang keberadaan Dilah, mereka tak akan memberi tahu karena pada dasarnya mereka paham jika hidup bersama Reno akan menyakitkan.

"Lihat wanita di foto ini!" bentak Reno pada wanita tua.

"Tidak, Tuan," menggeleng kemudian cepat-cepat pergi.

Semoga wanita tersebut dalam lindungan Allah. Betapa malang nasib wanita itu jika ia bertemu dengan Reno. Doa wanita tua tersebut.

Kemana lagi aku harus mencarimu sayang? Aku akan membalas pemuda yang bersamamu. Jika dia mengambil mahkotamu, aku akan membunuhnya dengan sangat keji, Reno membatin.

Reno pantang menyerah, ia mencari sampai ke berbagai kota. Cintanya kepada Dilah sangat luar biasa besarnya. Sudah sejak lama ia memendam rasa tersebut.

"Bos, Dilah masih belum ditemukan aku sudah mencarinya di bandara tidak ada atas nama Dilah maupun pemuda bernama Ali." ucap anak buahnya gemetaran.

Sreeet!

Reno menyayat anak buahnya tanpa ampun dan ia melangkahi mayat tersebut tanpa dosa. Setelah merasa lelah dengan kerja keras untuk mencari calon istrinya. Akhirnya ia pulang ke rumah dan memecahkan barang-barang di kamarnya.

"Reno, kau sudah gila," kesal ayahnya.

"Ayah, bagaimana aku tidak hancur? Wanita yang paling aku cintai diculik dihari pernikahanku. Bahkan aku belum mengucapkan ijab kabul. Apakah aku tidak pantas menjadi suaminya?" kesal Reno mengacak-acak rambutnya dan memukul dinding.

"Kau sangat pantas sekali Reno, Jangan sakiti dirimu. Kita akan menemukan Dilah secepatnya. Kita punya kekuasaan. Pemuda gila itu pasti akan cepat kita dapatkan dan kita bunuh dia tanpa ampun." ayah Reno memberi penjelasan agar Reno merasa tenang.

"Iya Ayah, aku akan mengulitinya seperti domba yang sudah disembelih." ucap Reno tersenyum iblis.

Reno menelepon anak buahnya dengan amarah yang menggelegar.

"Hallo bodoh, cari Dilah sampai ketemu. Kalian tidak boleh menghadapku kecuali kalian membawa Dilah." teriak Reno marah.

"Baik, Bos."Segera menutup telepon karena begitu ketakutan.

Dilah duduk di sofa membuah semua sepatu tas ke sembarang arah.

"Ikut aku ke kamar!" ujarnya sambil melempar barang-barang miliknya.

"Ikut ke kamar?" Franz benar-benar bingung apa tujuan wanita cantik yang dia culik bukan bukan maksudnya wanita cantik yang menculiknya mengajak Franz ke kamar. Nafas Franz membara, kata-kata Dilah membuatnya berpikiran kotor.

"Tidak mau mengambil kesempatan, kita cuma berdua disini." ucap Dilah tersenyum manis. Dilah beranjak ke kamar diikuti langkah Franz.

"Nona ini tidak benar," ucap Franz takut, ia tak mungkin menyentuh wanita tersebut yang ia inginkan adalah uangnya kembali.

"Apanya yang tidak benar, ayo ke kamar! Kamu mau uangmu kembali tidak?" tanya Dilah mengancam membuat Franz menelan ludah.

"Baiklah jika kau memaksa aku akan melakukannya," ucap Franz bimbang. Hatinya masih sangat takut. Lambaian tangan Dilah menandakan mengajak membuat Franz berjalan perlahan dibelakang Dilah.

"Hei, mengapa buka baju kau sudah gila?" Dilah bertanya sambil mengernyitkan dahi bingung.

"Tapi Nona yang meminta?" tanya yang bingung dibuat anak Menir tersebut.

"Aku bilang mengambil kesempatan maksudnya mengambil kesempatan untuk mengancam ayahku. Yang benar saja aku mengajakmu begituan." tawa Dilah sambil merogoh saku celana Franz.

"Baiklah telepon Ayah!" ucap Dilah setelah menyimpan nomor ayahnya di ponsel Franz.

"Apa ini tidak salah, kau akan merugikan ayahmu sendiri." ucap Franz gugup, hatinya mulai berdebar kencang. Dilah benar-benar menyuruhnya sebagai penculik.

"Cepat telepon ayahku dan minta uang tebusan!" teriak Dilah sambil melotot tajam.

"Baiklah, baiklah," pasrah sudah, Dilah begitu menakutkan dipandang Franz.

Franz menelepon ayah Dilah dengan tujuan meminta uang tebusan. Dengan tangan gemetaran Franz menelepon Menir.

"Hallo," suara Menir mengangkat telepon.

Dilah menatap tajam pada Franz karena Franz belum mau bicara. Karena terus ditatap akhirnya Franz mengeluarkan nafas keras dan berbicara.

"Hallo, aku Ali. Anakmu ada bersamaku." suara kejam Franz yang berpura-pura menjadi penculik yang kejam.

"Ayah, tolong aku Ayah!" teriak Dilah ditelepon Ali. Setelah mengucapkan kata-kata tersebut Dilah tersenyum puas.

"Sabar Nak, Apa kau tidak apa-apa ,Nak? Ayah sangat menghawatirkanmu." ucap Menir cemas mendengar suara anaknya.

Dilah menyenggol Ali dengan tangannya dan mengisyaratkan dari bibirnya agar Franz berkata sesuai ucapan bibirnya tanpa suara.

"Anakmu aman Menir bersamaku, asal secepatnya kau membawa uang 100 juta padaku. Hahaha," ucap Franz seperti iblis. Ia berusaha berakting agar Dilah tak mencubit tubuhnya.

"Baik, baik. Tolong jangan apa-apakan putriku!" suara Menir yang dilanda kecemasan. Dari nadanya ia benar-benar cemas sekali.

"Menir putrimu akan bebas secepatnya temui aku di desa F secepatnya jika kau tak mau maka anakmu habis." ucap Franz seperti iblis. Ia benar-benar pandai memerankan perannya.

"Ayah, berikan dia uangnya Ayah, aku tidak sanggup. Aaaa," teriak Dilah menegangkan yang membuat jantung Menir berdetak kencang seperti mau copot.

"Sayang, ayah akan menyelamatkanmu," teriak  Menir ketakutan.

"Sudah dengar suara anakmu, cepat berikan uang tebusannya!" Franz menutup telepon tanpa mendengar jawaban dari Menir. Ia memegang dadanya dan menghembuskan nafas keras. Jantungnya sudah mau copot karena harus berpura-pura jadi jahat ini jauh dari karakternya.

"Bagus!" senyum Dilah memberikan jempol. Ia tertawa setelah berpura-pura tersakiti.

"Huh! menakutkan," ucap Franz gugup.

"Tenang semua akan baik-baik saja. Kau mendapatkan uang dan aku tidak jadi menikah." Dilah tersenyum misterius.

Bab terkait

  • Hanya Kau Milikku   Franz Jadi Penculik

    Di kediaman Darma, Darma sedang duduk dikursi kebesarannya bak seorang raja. Tiba-tiba rasa santainya dikejutkan dengan laporan anak buahnya."Tuan Darma, saya telah menyelidiki Franz ternyata dia menyamar menjadi Ali." suara anak buah Darma pelan. Ia berposisi berjongkok dan menunduk hormat."Berita yang membosankan sudah sana pergi!" teriak Darma menggelegar membuat seisi rumah mendengarnya."Tuan, saya belum selesai bicara." ucap anak buah Darma dengan keringat dingin di tubuhnya."Katakanlah!" teriak Darma dengan intonasi yang lebih kuat dari sebelumnya. Membuat anak buah Darma bernyali ciut. Ia hanya terdiam karena merasakan ketakutan."Katakan!" suara Darma semakin kuat, ia seperti singa yang ingin menerkam rusa."Anak Tuan yang bernama Franz menculik putri Menir rival abadi Tuan," suara gugup, ia bahkan tak berani melihat Tuannya."Apa! Franz jadi penculik?" tanya Darma sambil bangkit dari kursi kebesaraannya. Mungkin inilah berita te

  • Hanya Kau Milikku   Tebusan 100 Juta

    Menir mendatangi kediaman calon menantunya. Ia tergesa-gesa membawa berita buruk tentang tebusan 100 juta.Tok! Tok! Tok!"Masuk!" suara Reno mencekam."Ini Bapak Reno," suara Menir lesu ia takut sekali akan terjadi sesuatu pada Dilah anak semata wayangnya."Ada apa?" tanya Reno dingin."Penculik meminta 100 juta sebagai uang tebusan." ucap Menir ketakutan."Apa?" teriak Reno dan melempar secangkir kopi yang barusan ia minum kesembarang arah."Iya Reno, penculiknya sangat berani." ucap Menir gemetaran."Sebenarnya ingin sekali kau kubunuh Menir. Tapi karena rasa cintaku pada Dilah membuatku mengurungkan niatku. Ini semua karena dirimu Menir, seandainya saja kau memberi gaji dan pesagon pada pemuda itu pasti semua ini tak akan terjadi." suara Reno berteriak pada Menir. Tanpa rasa sopan ia berkata sekeras itu pada orang tua yang seharusnya dihormati."Maafkan saya Nak Reno, saya akan membawa putriku untukmu." suara Menir t

  • Hanya Kau Milikku   Mengembalikan Dilah Pada Ayahnya

    Di malam hati Dilah duduk di tempat tidur. Kemudian telepon selulernya berbunyi."Hallo Dilah," ucap Fina yang mulai khawatir karena mendengar isu Dilah diculik."Iya Fina," senyum girang mendapat telepon dari sahabatnya."Kau diculik ya?" tanya Fina dengan nada takut-takut."Hahaha, tidak, justru aku yang menculiknya," tawa Dilah mengungkapkan kata-katanya tadi."Apa! Yang benar saja?" tanya Fina, Fina terdengar menelan ludah."Iya aku serius," ucap Dilah sambil tertawa kecil."Kau baik-baik saja?" tanya Fina yang masih tak percaya.Apakah orang yang diculik sesenang ini? Batin Fina."Iya aku baik-baik saja, penculikku eh maksudnya orang yang aku culik memperlakukanku dengan baik." ucap Dilah tanpa rasa malu."Bagus kalau begitu. Lebih baik kau menikah saja dengan pemuda itu," ucap Fina menggoda."Ah, aku tak suka pemuda yang polos seperti dia. Aku anak mafia, aku ingin memiliki pendamping hidupku yang kuat." u

  • Hanya Kau Milikku   Bertemu Ibu Baik Hati

    Itu mereka!" teriak Reno pada Menir membuat Franz dan Dilah terkejut."Aku sudah tak kuat berlari Ali, jika kau ingin selamat, pergilah!" ujar Dilah sambil memegangi kakinya.Franz tak tega meninggalkan Dilah di hutan. Ia gendong Dilah dipungungnya dan berlari tanpa arah.Setelah melewati hutan yang cukup dalam mereka melihat sebuah perkampungan. Terlihat orang-orang kampung tampak ramah dan baik menyambut orang baru."Itu istrinya kenapa di gendong?" tanya ibu paruh baya yang membawa sayur-sayuran yang disunggih di kepalanya.Istri, aku belum menikah. Franz"Dia lelah Bu," senyum Franz, terlihat Dilah memejamkan matanya dan bersandar di bahu Franz."Bagaimana kalau kalian ke rumah ibu? Kebetulan rumah ibu tak jauh dari sini." senyum ibu tersebut ramah. Ia benar-benar ibu yang berhati baik.Setelah sampai rumah, Franz membaringkan Dilah di tempat tidur yang terbuat dari kaya. Rumah Ibu tersebut sederhana, rumah panggung yang dibuat dar

  • Hanya Kau Milikku   Bersiap

    Jam sudah larut malam, mereka masih belum bisa tidur. Hati mereka benar-benar was-was."Ali!" panggil Dilah dengan raut wajah khawatir."Apa Nona?" ucap Franz pelan agar tak terdengar oleh ibu Yulia kebohongan mereka."Besok kita harus pergi dari sini," ujar Dilah masih khawatir."Kenapa?" Ali mengernyitkan dahi pertanda bingung."Aku takut Ibu Yulia dapat masalah karena kita. Ayahku pasti melakukan penyelidikan. Bisa saja mereka tahu keberadaan kita disini dan membunuh Ibu Yulia karena telah menyembunyikan kita." ujar Dilah, ia meremas tangannya begitu khawatir tentang keadaan Ibu Yulia."Iya, besok kita harus pergi dari sini. Kita akan mendapatkan perlindungan dari ayahku." ujar Franz pasrah.Berarti besok adalah waktunya kau mengetahui siapa aku sebenarnya. Franz"Ya sudah, ayo tidur!" ajak Dilah untuk tidur."Bersamamu, di tempat tidur ini?" goda Franz sambil menaikkan alisnya."Ya bukanlah, kau tidur di bawah. Kalau ka

  • Hanya Kau Milikku   Reno Mengancam

    Dilah dan Franz meninggalkan desa tersebut. Mereka merasa tak aman bila terus berada di desa tersebut. Dan benar saja, Franz dan Dilah melihat mobil Reno dan Menir yang masuk ke desa tersebut."Ayo cari Dilah dan pemuda itu!" teriak Reno pada anak buahnya.Mendengar hal itu Dilah dan Franz bersembunyi dibalik pohon. Harap-harap mereka tak ketahuan. Bisa habis nyawa mereka di tangan Reno."Hei, Pak tua! Apakah kau melihat orang baru masuk kesini?" tanya Reno dengan mata melotot tajam."Iy, iya Nak," jawab pria paruh baya dengan gagap."Dimana mereka?" tanya Reno berteriak kencang membuat pak tua tersebut menciut."Di rumah Ibu Yulia," ucap pria paruh baya tersebut dan langsung pergi."Ohh... Disana kalian, sudah tak sabar rasanya untuk menguliti mereka." ujar Reno dengan nada semangat.Reno dan anak buahnya menuju rumah ibu Yulia.Tok! Tok! Tok!Reno mengetuk pintu dengan kuat. Cepat-cepat ibu Yulia membukanya. Ia pikir ada

  • Hanya Kau Milikku   Kau Franz?

    "Mungkin Nona salah dengar," ucap Ali berkilah, ia melirik pak tua tersebut dan memberi kode dari matanya agar pak tua itu segera pergi. Pak tua tersebut mengangguk paham dan langsung pergi.Dilah masih saja heran, setiap kali orang melihat dirinya dan Ali (Franz) semua orang menunduk hormat. Sampai akhirnya mereka menuju rumah besar dan mewah. Ada banyak penjaga berpakaian rapi seperti pekerja kantor hanya saja mereka bukan bekerja di sebuah kantor tapi sebagai penjaga rumah. Melihat ada Franz mereka menunduk hormat, agar Dilah tak penasaran Franz ikut-ikutan menunduk. Dilah juga melakukan hal yang sama dengan Franz.Tak biasanya Tuan Franz menunduk hormat? Batin penjaga bingung."Orang disini sopan sekali ya, padahal kita orang baru disini." Dilah merasa takjub, ia belum menyadari orang yang bersama dirinya adalah Franz."Ayo kita masuk!" Franz menggengam tangan Dilah untuk masuk ke rumah yang terbilang mewah. Rumah ini sangat menonjol di bandingkan rumah-r

  • Hanya Kau Milikku   Belum Merestui

    "Bolehkah aku jujur Ali," mereka melihat tak suka mendengar Dilah menyebut nama Ali. "Eh, bukan-bukan maksudku Franz," ucap Dilah gugup."Katakan saja, walaupun akan menyakitiku," ujar Franz pasrah, hatinya sudah siap menerima penolakan."Sebenarnya aku mencintaimu, Franz." ucap Dilah tulus. Franz dan Dilah ingin berpelukan namun Darma melotot tajam."Jangan lakukan dulu!" bentak Darma membuat semua orang tersentak kaget."Iya Ayah." ucap Dilah dan Franz menunduk."Keluarlah, lihat rumah megah atau istana ini. Aku ingin rapat bersama sekretarisku,"Dilah dan Franz keluar untuk ke taman.***"Tuan, ini tidak bisa dibenarkan. Kau biarkan anakmu mendekati Dilah, anak rival abadimu," ucap sekretaris Roni kesal."Kau pikir aku bodoh! Jika aku punya menantu seperti Dilah justru akan menguntungkanku, dia pemberani dan hebat. Aku juga punya rencana bagus," Darma tersenyum menyeringai."Apa?" tanya Roni dengan wajah malas."Ak

Bab terbaru

  • Hanya Kau Milikku   Masih Bertarung

    Franz sempoyongan akibat pukulan Reno. Sedangkan Reno tersenyum puas, ia merasa sudah menang.Teng Teng TengRonde pertama usai, Darma langsung membersihkan darah dari tubuh Franz. Sebenarnya di dalam lubuk hatinya, Darma tidak tega melihat anaknya terluka akan tetapi ambisiusnya untuk menjadikan anaknya sebagai pria tanguh membuatnya pasrah dan rela melihat Franz terluka."Franz, lihat ayah!" ucap Darma dengan nada tinggi."Iya Ayah," nafas Franz tersengal sesekali ia meringis kesakitan."Fokus Franz, lihat dimana letak kelemahannya." ucap Darma memberi instruksi."Dimana letak kelemahannya, Ayah?" Franz membersihkan luka pada bibirnya."Kau cari tahu sendiri. Kekuatan ada pada dirimu. Kau tak boleh kalah. Lihatlah wanita di sana! Ia sangat cemas bukan? Ia ingin sekali memelukmu, dan menyemangatimu seperti ketika kau latihan tapi dia tak bisa melakukannya sekarang," Darma menunjuk Dilah yang

  • Hanya Kau Milikku   Pertarungan

    "Wah... Kak Franz tubuhmu sudah sedikit berotot," mata Laura terbelalak melihat Franz yang berlatih bela diri tanpa mengenakan baju tetapi masih mengenakan celana.Franz menghentikan latihannya, " Doa kan saja kakak menang," Franz tersenyum kemudian ia mengambil sebotol air mineral."Aku pasti berdoa untuk kakak, asalkan.." Laura mengusap-usap tangannya."Apa maumu?" tanya Franz serius."Tidak ada Kak, tadi aku bercanda." Laura menggelengkan kepalanya dan tersenyum."Mana Dilah?" tanya Franz celingak celinguk, matanya terus mencari keberadaan Dilah."Dia masak bersama Ibu, mereka terlihat sangat akrab, kekasihmu itu sudah sangat akrab dengan Ibu,""Hmm... Aku tak salah pilih calon istri, seba

  • Hanya Kau Milikku   Latihan

    Franz membuka bajunya, ia.hanya memakai celana olahraga. Ia memukul samsak dengan semangat."Lihatlah tubuhmu Franz, tak ada otot sama sekali. Ini semua karena cita-citamu yang ingin menjadi manageman bukan jadi mafia. Kau lebih suka berhadapan dengan angka-angka dibandingkan dengan alat-alat latihan ini." Darma duduk sambil memperhatikan anaknya yang sedang berlatih."Sudah lah ayah, jangan meremehkanku," ujar Franz sambil memukul samsak.Nafas Franz tersengal, ia menghentikan latihannya. Ia melirik ke kiri melihat Dilah yang membawa handuk kecil dan sebotol air minum. Dilah langsung membersihkan rambut, tubuh, dan wajah Franz dari keringat."Ini minumannya," Dilah membuka botol minuman tersebut dan memberikannya pada Franz. Franz duduk dan meminum air tersebut.Mereka cocok sekali, Batin Darma yang melihat Franz dan Dilah sedang mengobrol."Setelah lelahmu hilang, kita lanjut lagi latihannya," Darma pergi meninggalkan Dilah dan Franz."Kau

  • Hanya Kau Milikku   Apa Yang Kau Mau?

    "Apa yang kau mau?" bentak Darma, wajahnya merah padam melihat putri kesayangannya dikawal ketat oleh para pengawal."Anakku Franz mencintai putrimu, aku ingin menikahkan putrimu dengan putraku," ucap Darma enteng tak memperrdulikan Menir yang terlihat tak setuju."Jadi penculik itu putramu?" Reno bertanya dengan nada tinggi."Iya, putraku selicik diriku bukan?" tanya Darma menyeringai."Aku tidak akan pernah sudi menikahkan putri kesayanganku dengan putramu yang gila itu," Mata Menir melotot tajam, ia meremas tangan sangkin kesalnya."Pengawal hukum pancung Dilah sebagai hukuman karena ayahnya tak merestuinya menikah dengan putraku," Darma melakukan gertakan agar Menir pasrah.Para pengawal hati-hati membawa Dilah ke lokasi hukum pancung. Dilah juga melakukan akting seolah-olah dia ketakutan."Tunggu!" Menir mengambil pedang Reno dan menodong Darma dengan pedang tersebut."Hahaha, jika aku mati kau tak akan melihat jasad anakmu," gela

  • Hanya Kau Milikku   Belum Merestui

    "Bolehkah aku jujur Ali," mereka melihat tak suka mendengar Dilah menyebut nama Ali. "Eh, bukan-bukan maksudku Franz," ucap Dilah gugup."Katakan saja, walaupun akan menyakitiku," ujar Franz pasrah, hatinya sudah siap menerima penolakan."Sebenarnya aku mencintaimu, Franz." ucap Dilah tulus. Franz dan Dilah ingin berpelukan namun Darma melotot tajam."Jangan lakukan dulu!" bentak Darma membuat semua orang tersentak kaget."Iya Ayah." ucap Dilah dan Franz menunduk."Keluarlah, lihat rumah megah atau istana ini. Aku ingin rapat bersama sekretarisku,"Dilah dan Franz keluar untuk ke taman.***"Tuan, ini tidak bisa dibenarkan. Kau biarkan anakmu mendekati Dilah, anak rival abadimu," ucap sekretaris Roni kesal."Kau pikir aku bodoh! Jika aku punya menantu seperti Dilah justru akan menguntungkanku, dia pemberani dan hebat. Aku juga punya rencana bagus," Darma tersenyum menyeringai."Apa?" tanya Roni dengan wajah malas."Ak

  • Hanya Kau Milikku   Kau Franz?

    "Mungkin Nona salah dengar," ucap Ali berkilah, ia melirik pak tua tersebut dan memberi kode dari matanya agar pak tua itu segera pergi. Pak tua tersebut mengangguk paham dan langsung pergi.Dilah masih saja heran, setiap kali orang melihat dirinya dan Ali (Franz) semua orang menunduk hormat. Sampai akhirnya mereka menuju rumah besar dan mewah. Ada banyak penjaga berpakaian rapi seperti pekerja kantor hanya saja mereka bukan bekerja di sebuah kantor tapi sebagai penjaga rumah. Melihat ada Franz mereka menunduk hormat, agar Dilah tak penasaran Franz ikut-ikutan menunduk. Dilah juga melakukan hal yang sama dengan Franz.Tak biasanya Tuan Franz menunduk hormat? Batin penjaga bingung."Orang disini sopan sekali ya, padahal kita orang baru disini." Dilah merasa takjub, ia belum menyadari orang yang bersama dirinya adalah Franz."Ayo kita masuk!" Franz menggengam tangan Dilah untuk masuk ke rumah yang terbilang mewah. Rumah ini sangat menonjol di bandingkan rumah-r

  • Hanya Kau Milikku   Reno Mengancam

    Dilah dan Franz meninggalkan desa tersebut. Mereka merasa tak aman bila terus berada di desa tersebut. Dan benar saja, Franz dan Dilah melihat mobil Reno dan Menir yang masuk ke desa tersebut."Ayo cari Dilah dan pemuda itu!" teriak Reno pada anak buahnya.Mendengar hal itu Dilah dan Franz bersembunyi dibalik pohon. Harap-harap mereka tak ketahuan. Bisa habis nyawa mereka di tangan Reno."Hei, Pak tua! Apakah kau melihat orang baru masuk kesini?" tanya Reno dengan mata melotot tajam."Iy, iya Nak," jawab pria paruh baya dengan gagap."Dimana mereka?" tanya Reno berteriak kencang membuat pak tua tersebut menciut."Di rumah Ibu Yulia," ucap pria paruh baya tersebut dan langsung pergi."Ohh... Disana kalian, sudah tak sabar rasanya untuk menguliti mereka." ujar Reno dengan nada semangat.Reno dan anak buahnya menuju rumah ibu Yulia.Tok! Tok! Tok!Reno mengetuk pintu dengan kuat. Cepat-cepat ibu Yulia membukanya. Ia pikir ada

  • Hanya Kau Milikku   Bersiap

    Jam sudah larut malam, mereka masih belum bisa tidur. Hati mereka benar-benar was-was."Ali!" panggil Dilah dengan raut wajah khawatir."Apa Nona?" ucap Franz pelan agar tak terdengar oleh ibu Yulia kebohongan mereka."Besok kita harus pergi dari sini," ujar Dilah masih khawatir."Kenapa?" Ali mengernyitkan dahi pertanda bingung."Aku takut Ibu Yulia dapat masalah karena kita. Ayahku pasti melakukan penyelidikan. Bisa saja mereka tahu keberadaan kita disini dan membunuh Ibu Yulia karena telah menyembunyikan kita." ujar Dilah, ia meremas tangannya begitu khawatir tentang keadaan Ibu Yulia."Iya, besok kita harus pergi dari sini. Kita akan mendapatkan perlindungan dari ayahku." ujar Franz pasrah.Berarti besok adalah waktunya kau mengetahui siapa aku sebenarnya. Franz"Ya sudah, ayo tidur!" ajak Dilah untuk tidur."Bersamamu, di tempat tidur ini?" goda Franz sambil menaikkan alisnya."Ya bukanlah, kau tidur di bawah. Kalau ka

  • Hanya Kau Milikku   Bertemu Ibu Baik Hati

    Itu mereka!" teriak Reno pada Menir membuat Franz dan Dilah terkejut."Aku sudah tak kuat berlari Ali, jika kau ingin selamat, pergilah!" ujar Dilah sambil memegangi kakinya.Franz tak tega meninggalkan Dilah di hutan. Ia gendong Dilah dipungungnya dan berlari tanpa arah.Setelah melewati hutan yang cukup dalam mereka melihat sebuah perkampungan. Terlihat orang-orang kampung tampak ramah dan baik menyambut orang baru."Itu istrinya kenapa di gendong?" tanya ibu paruh baya yang membawa sayur-sayuran yang disunggih di kepalanya.Istri, aku belum menikah. Franz"Dia lelah Bu," senyum Franz, terlihat Dilah memejamkan matanya dan bersandar di bahu Franz."Bagaimana kalau kalian ke rumah ibu? Kebetulan rumah ibu tak jauh dari sini." senyum ibu tersebut ramah. Ia benar-benar ibu yang berhati baik.Setelah sampai rumah, Franz membaringkan Dilah di tempat tidur yang terbuat dari kaya. Rumah Ibu tersebut sederhana, rumah panggung yang dibuat dar

DMCA.com Protection Status