Home / Romansa / Hanya Kau Milikku / Tebusan 100 Juta

Share

Tebusan 100 Juta

Author: RKT
last update Last Updated: 2021-02-28 11:27:11

Menir mendatangi kediaman calon menantunya. Ia tergesa-gesa membawa berita buruk tentang tebusan 100 juta.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" suara Reno mencekam.

"Ini Bapak Reno," suara Menir lesu ia takut sekali akan terjadi sesuatu pada Dilah anak semata wayangnya.

"Ada apa?" tanya Reno dingin.

"Penculik meminta 100 juta sebagai uang tebusan." ucap Menir ketakutan.

"Apa?" teriak Reno dan melempar secangkir kopi yang barusan ia minum kesembarang arah.

"Iya Reno, penculiknya sangat berani." ucap Menir gemetaran.

"Sebenarnya ingin sekali kau kubunuh Menir. Tapi karena rasa cintaku pada Dilah membuatku mengurungkan niatku. Ini semua karena dirimu Menir, seandainya saja kau memberi gaji dan pesagon pada pemuda itu pasti semua ini tak akan terjadi." suara Reno berteriak pada Menir. Tanpa rasa sopan ia berkata sekeras itu pada orang tua yang seharusnya dihormati.

"Maafkan saya Nak Reno, saya akan membawa putriku untukmu." suara Menir terdengar sedih. Hatinya benar-benar tersayat.

"Cih, kata-kata menjijikanmu itu membuatku sakit kepala. Lebih baik cepat cari solusinya?" teriak Reno sambil memukul meja didepannya.

"Saya punya ide Nak Reno, Nak Reno kan punya pabrik percetakan uang palsu. Akan lebih baik kita bayar tebusan dengan uang palsu." senyum misterius Menir sambil menggosok kedua tangannya.

"Wah... Pak Tua Menir kau sangat pintar sekali. Tidak salah kau akan menjadi mertuaku." senyum iblis Reno.

Sebentar lagi kau akan jadi milikku Dilah Sayang. Aku yakin pemuda itu tak akan menyentuhmu. Yang ia butuhkan adalah uang. Tawa jahat Reno terdengar.

Reno dan Menir menyiasati strategi untuk membodohi penculik Dilah. Menir mengirim pesan kepada Ali (Franz) agar bertemu dengannya esok hari. Mereka bersedia bertemu di desa F.

"Setelah memberikan uang palsu ini. Aku akan menghabisinya. Enak saja dia menculik sayangku dihari pernikahan kami." tawa jahat Reno mengudara.

"Iya Nak Reno kalau perlu buat dia menderita." ucap Menir tambah memprovokasi Reno.

Reno menyiapkan pasukan untuk mengalahkan Ali (Franz) besok. Reno tersenyum puas setelah rencananya matang dan akan dialokasikan besok.

Reno mendatangi tempat hiburan malam dan berpesta serta berpoya-poya. Inilah fakta selanjutnya tentang Reno. Ia begitu kejam dan suka berpoya-poya.

"Hei Reno tak ingin mencicipi wanita di sini?" tanya Tito sambil meneguk minuman beralkohol.

"Tentu saja. Seorang Reno tak mungkin tak bersenang-senang dengan wanita di sini." tawa Reno yang tak beraturan karena pengaruh minuman beralkohol.

"Baiklah jagoan, bersenang-senanglah," ucap Tito, Tito langsung merangul seorang wanita cantik dan mereka menuju kamar sedangkan Reno  memilih wanita cantik yang menggaihrahkan menurutnya.

"Aku pilih kamu," sambil mencolek tubuh wanita tersebut.

"Tarifku mahal loh," ujar wanita tersebut sambil membasahi bibirnya.

"Aku akan membayarnya. Buatlah aku senang malam ini." tersenyum dan tangannya mulai kesembarang arah.

"Kamar yuk biar tak ada yang melihat." ucap wanita seksi dan menggoda.

"Oke," tersenyum dan masuk ke kamar.

Pria seperti Reno memang tidak pantas untuk wanita manapun. Selain ia kejam dan tak punya hati. Ia juga sangat senang melakukan dosa besar bersama wanita-wanita yang bukan muhrimnya.

Pagi hari Reno keluar dari tempat hiburan malam. Sudah saatnya ia bertemu dengan penculik tersebut. Sudah tidak sabar rasanya ingin menusuk dan merobek tubuh penculik tersebut. Reno berjalan angkuh dan berkumpul di markas.

Franz menunjukkan pesan singkat dari Menir pada Dilah. Ia merasa sedih harus menghantarkan Dilah pada ayahnya. Seiring berjalannya waktu, Franz mulai menaruh hati pada putri Menir. Franz sedikit menitihkan air mata kemudian menyekanya dan tersenyum. Mungkin Dilah sudah saatnya kembali tak mungkin ia berduaan dengan wanita yang bukan muhrimnya terus-menerus.

"Nona, ini pesan singkat dari ayahmu." ucap Franz dengan nada sedih.

"Bisakah kita mengulur waktu, besok saja untuk menggembalikanku. Aku ingin membuat kenangan indah bersamamu." ujar Dilah tersenyum walaupun ia belum merasakan perasaan apapun pada Franz tapi ia merupakan wanita baik akan tetapi agak sedikit angkuh.

"Baiklah," ucap Franz kemudian ia mengetik pesan singkat di ponselnya.

"Kurang ajar! Bisa-bisa penculik itu mengulur waktu." kesal Menir, wajah Menir sudah merah padam ingin marah.

Akhirnya negoisasi pun terjadi, Reno dan Menir setuju jika Dilah dikembalikan besok mengingat Franz terus mengancam dan Reno masih dalam keadaan malas. Karena lelah melayani nafsunya semalam.

***

Dilah dan Franz keluar rumah dan berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu berdua sebelum akhirnya berpisah besok.

"Nona, apa tidak apa-apa kau pulang besok. Aku sangat menghawatirkanmu." ucap Franz sedih, ia ingin berlama-lama dengan Dilah. Karena ada benih cinta yang tumbuh dihatinya.

"Tenang saja! Aku akan kabur nanti setelah kembali ke rumah. Yang terpenting kau mendapatkan uang itu dan buatlah bisnis besar untuk mengalahkan ayahmu," senyum Dilah agar Franz tak khawatir padanya.

"Iya Nona, itulah tekatku untuk membuktikan ke ayahku." ucap Franz penuh kobaran semangat.

"Siapakah ayahmu itu dan mereka tinggal dimana?" tanya Dilah penasaran.

"Nona tak perlu tahu," tersenyum menggaruk kepala walaupun tak gatal.

"Iya sudah," kesal Dilah dan mengerutkan bibirnya.

Maafkan aku Nona, aku tak ingin kau tahu siapa aku sebenarnya. Batin Franz.

"Ali aku lapar,' ucap Dilah sambil memegang perutnya.

"Lapar ya?" Franz ke sungai yang mengalir tenang dan terdapat anak-anak yang memancing ikan.

"Bisa pinjam pancingan dan umpan?" tanya Franz tersenyum ramah anak tersebut menganggukkan dan memberi pancingan beserta umpan.

Franz melambaikan tangan agar Dilah mendekatinya. Dilah pun mendekati Franz dan duduk disampingnya.

"Kita pancing ikan agar kita bisa makan," Franz melempar mata pancingannya dan mulai memancing.

"Semoga dapat banyak ikan. Aamiin," gumam Dilah berdoa dan ditanggapi senyum oleh Franz sambil berdoa dalam lubuk hatinya.

Benar saja doa Franz dan Dilah dikabulkan mereka mendapakan banyak ikan hingga 7 kilo. Mereka menjual ikan tersebut untuk membeli beras, bumbu, dan menyisakan ikan untuk lauk mereka.

Mereka pulang ke rumah dengan perasaan senang. Franz dan Dilah mulai memanggang ikan dan memasak nasi. Kemudian mereka makan dengan lahap. Sekarang Dilah mulai terbiasa makan makanan sederhana semenjak ia diculik eh maksudnya menculik Franz.

"Ali, terima kasih atas segalanya telah menyelamatkanku dari pernikahan yang paling aku benci." ungkap Dilah kemudian ia mengambil air putih.

"Sama-sama, tapi sebenarnya Nona lah yang menyelamatkan diriku yang hampir terbunuh." senyum Franz melihat Dilah yang duduk disampingnya.

"Nona, jika kau kembali pada ayahmu. Pasti kau akan menikah dengan calon suamimu." ucap Franz khawatir.

"Aku tidak bodoh, pagi-pagi sekali aku sudah merencanakan sesuatu untuk kabur setelah ayah tersenyum memandangku dan hendak mengadakan pernikahanku yang tertunda." senyum Dilah angkuh.

"Mau kabur kemana?" tanya Franz yang sangat ingin tahu rencana Dilah.

"Ke hatimu," ucap Dilah pura-pura serius.

"Benarkah?" berbinar mengangap itu gombal.

"ya ke suatu tempatlah." senyum Dilah meledek.

"Pelit sekali kau memberi tahuku," ujar Franz kesal.

"Nanti setelah aku berhasil kabur dan rencana berjalan lancar aku akan menghubungimu," ucap Dilah sambil menarik hidung Franz yang mancung.

Related chapters

  • Hanya Kau Milikku   Mengembalikan Dilah Pada Ayahnya

    Di malam hati Dilah duduk di tempat tidur. Kemudian telepon selulernya berbunyi."Hallo Dilah," ucap Fina yang mulai khawatir karena mendengar isu Dilah diculik."Iya Fina," senyum girang mendapat telepon dari sahabatnya."Kau diculik ya?" tanya Fina dengan nada takut-takut."Hahaha, tidak, justru aku yang menculiknya," tawa Dilah mengungkapkan kata-katanya tadi."Apa! Yang benar saja?" tanya Fina, Fina terdengar menelan ludah."Iya aku serius," ucap Dilah sambil tertawa kecil."Kau baik-baik saja?" tanya Fina yang masih tak percaya.Apakah orang yang diculik sesenang ini? Batin Fina."Iya aku baik-baik saja, penculikku eh maksudnya orang yang aku culik memperlakukanku dengan baik." ucap Dilah tanpa rasa malu."Bagus kalau begitu. Lebih baik kau menikah saja dengan pemuda itu," ucap Fina menggoda."Ah, aku tak suka pemuda yang polos seperti dia. Aku anak mafia, aku ingin memiliki pendamping hidupku yang kuat." u

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Bertemu Ibu Baik Hati

    Itu mereka!" teriak Reno pada Menir membuat Franz dan Dilah terkejut."Aku sudah tak kuat berlari Ali, jika kau ingin selamat, pergilah!" ujar Dilah sambil memegangi kakinya.Franz tak tega meninggalkan Dilah di hutan. Ia gendong Dilah dipungungnya dan berlari tanpa arah.Setelah melewati hutan yang cukup dalam mereka melihat sebuah perkampungan. Terlihat orang-orang kampung tampak ramah dan baik menyambut orang baru."Itu istrinya kenapa di gendong?" tanya ibu paruh baya yang membawa sayur-sayuran yang disunggih di kepalanya.Istri, aku belum menikah. Franz"Dia lelah Bu," senyum Franz, terlihat Dilah memejamkan matanya dan bersandar di bahu Franz."Bagaimana kalau kalian ke rumah ibu? Kebetulan rumah ibu tak jauh dari sini." senyum ibu tersebut ramah. Ia benar-benar ibu yang berhati baik.Setelah sampai rumah, Franz membaringkan Dilah di tempat tidur yang terbuat dari kaya. Rumah Ibu tersebut sederhana, rumah panggung yang dibuat dar

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Bersiap

    Jam sudah larut malam, mereka masih belum bisa tidur. Hati mereka benar-benar was-was."Ali!" panggil Dilah dengan raut wajah khawatir."Apa Nona?" ucap Franz pelan agar tak terdengar oleh ibu Yulia kebohongan mereka."Besok kita harus pergi dari sini," ujar Dilah masih khawatir."Kenapa?" Ali mengernyitkan dahi pertanda bingung."Aku takut Ibu Yulia dapat masalah karena kita. Ayahku pasti melakukan penyelidikan. Bisa saja mereka tahu keberadaan kita disini dan membunuh Ibu Yulia karena telah menyembunyikan kita." ujar Dilah, ia meremas tangannya begitu khawatir tentang keadaan Ibu Yulia."Iya, besok kita harus pergi dari sini. Kita akan mendapatkan perlindungan dari ayahku." ujar Franz pasrah.Berarti besok adalah waktunya kau mengetahui siapa aku sebenarnya. Franz"Ya sudah, ayo tidur!" ajak Dilah untuk tidur."Bersamamu, di tempat tidur ini?" goda Franz sambil menaikkan alisnya."Ya bukanlah, kau tidur di bawah. Kalau ka

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Reno Mengancam

    Dilah dan Franz meninggalkan desa tersebut. Mereka merasa tak aman bila terus berada di desa tersebut. Dan benar saja, Franz dan Dilah melihat mobil Reno dan Menir yang masuk ke desa tersebut."Ayo cari Dilah dan pemuda itu!" teriak Reno pada anak buahnya.Mendengar hal itu Dilah dan Franz bersembunyi dibalik pohon. Harap-harap mereka tak ketahuan. Bisa habis nyawa mereka di tangan Reno."Hei, Pak tua! Apakah kau melihat orang baru masuk kesini?" tanya Reno dengan mata melotot tajam."Iy, iya Nak," jawab pria paruh baya dengan gagap."Dimana mereka?" tanya Reno berteriak kencang membuat pak tua tersebut menciut."Di rumah Ibu Yulia," ucap pria paruh baya tersebut dan langsung pergi."Ohh... Disana kalian, sudah tak sabar rasanya untuk menguliti mereka." ujar Reno dengan nada semangat.Reno dan anak buahnya menuju rumah ibu Yulia.Tok! Tok! Tok!Reno mengetuk pintu dengan kuat. Cepat-cepat ibu Yulia membukanya. Ia pikir ada

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Kau Franz?

    "Mungkin Nona salah dengar," ucap Ali berkilah, ia melirik pak tua tersebut dan memberi kode dari matanya agar pak tua itu segera pergi. Pak tua tersebut mengangguk paham dan langsung pergi.Dilah masih saja heran, setiap kali orang melihat dirinya dan Ali (Franz) semua orang menunduk hormat. Sampai akhirnya mereka menuju rumah besar dan mewah. Ada banyak penjaga berpakaian rapi seperti pekerja kantor hanya saja mereka bukan bekerja di sebuah kantor tapi sebagai penjaga rumah. Melihat ada Franz mereka menunduk hormat, agar Dilah tak penasaran Franz ikut-ikutan menunduk. Dilah juga melakukan hal yang sama dengan Franz.Tak biasanya Tuan Franz menunduk hormat? Batin penjaga bingung."Orang disini sopan sekali ya, padahal kita orang baru disini." Dilah merasa takjub, ia belum menyadari orang yang bersama dirinya adalah Franz."Ayo kita masuk!" Franz menggengam tangan Dilah untuk masuk ke rumah yang terbilang mewah. Rumah ini sangat menonjol di bandingkan rumah-r

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Belum Merestui

    "Bolehkah aku jujur Ali," mereka melihat tak suka mendengar Dilah menyebut nama Ali. "Eh, bukan-bukan maksudku Franz," ucap Dilah gugup."Katakan saja, walaupun akan menyakitiku," ujar Franz pasrah, hatinya sudah siap menerima penolakan."Sebenarnya aku mencintaimu, Franz." ucap Dilah tulus. Franz dan Dilah ingin berpelukan namun Darma melotot tajam."Jangan lakukan dulu!" bentak Darma membuat semua orang tersentak kaget."Iya Ayah." ucap Dilah dan Franz menunduk."Keluarlah, lihat rumah megah atau istana ini. Aku ingin rapat bersama sekretarisku,"Dilah dan Franz keluar untuk ke taman.***"Tuan, ini tidak bisa dibenarkan. Kau biarkan anakmu mendekati Dilah, anak rival abadimu," ucap sekretaris Roni kesal."Kau pikir aku bodoh! Jika aku punya menantu seperti Dilah justru akan menguntungkanku, dia pemberani dan hebat. Aku juga punya rencana bagus," Darma tersenyum menyeringai."Apa?" tanya Roni dengan wajah malas."Ak

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Apa Yang Kau Mau?

    "Apa yang kau mau?" bentak Darma, wajahnya merah padam melihat putri kesayangannya dikawal ketat oleh para pengawal."Anakku Franz mencintai putrimu, aku ingin menikahkan putrimu dengan putraku," ucap Darma enteng tak memperrdulikan Menir yang terlihat tak setuju."Jadi penculik itu putramu?" Reno bertanya dengan nada tinggi."Iya, putraku selicik diriku bukan?" tanya Darma menyeringai."Aku tidak akan pernah sudi menikahkan putri kesayanganku dengan putramu yang gila itu," Mata Menir melotot tajam, ia meremas tangan sangkin kesalnya."Pengawal hukum pancung Dilah sebagai hukuman karena ayahnya tak merestuinya menikah dengan putraku," Darma melakukan gertakan agar Menir pasrah.Para pengawal hati-hati membawa Dilah ke lokasi hukum pancung. Dilah juga melakukan akting seolah-olah dia ketakutan."Tunggu!" Menir mengambil pedang Reno dan menodong Darma dengan pedang tersebut."Hahaha, jika aku mati kau tak akan melihat jasad anakmu," gela

    Last Updated : 2021-02-28
  • Hanya Kau Milikku   Latihan

    Franz membuka bajunya, ia.hanya memakai celana olahraga. Ia memukul samsak dengan semangat."Lihatlah tubuhmu Franz, tak ada otot sama sekali. Ini semua karena cita-citamu yang ingin menjadi manageman bukan jadi mafia. Kau lebih suka berhadapan dengan angka-angka dibandingkan dengan alat-alat latihan ini." Darma duduk sambil memperhatikan anaknya yang sedang berlatih."Sudah lah ayah, jangan meremehkanku," ujar Franz sambil memukul samsak.Nafas Franz tersengal, ia menghentikan latihannya. Ia melirik ke kiri melihat Dilah yang membawa handuk kecil dan sebotol air minum. Dilah langsung membersihkan rambut, tubuh, dan wajah Franz dari keringat."Ini minumannya," Dilah membuka botol minuman tersebut dan memberikannya pada Franz. Franz duduk dan meminum air tersebut.Mereka cocok sekali, Batin Darma yang melihat Franz dan Dilah sedang mengobrol."Setelah lelahmu hilang, kita lanjut lagi latihannya," Darma pergi meninggalkan Dilah dan Franz."Kau

    Last Updated : 2021-02-28

Latest chapter

  • Hanya Kau Milikku   Masih Bertarung

    Franz sempoyongan akibat pukulan Reno. Sedangkan Reno tersenyum puas, ia merasa sudah menang.Teng Teng TengRonde pertama usai, Darma langsung membersihkan darah dari tubuh Franz. Sebenarnya di dalam lubuk hatinya, Darma tidak tega melihat anaknya terluka akan tetapi ambisiusnya untuk menjadikan anaknya sebagai pria tanguh membuatnya pasrah dan rela melihat Franz terluka."Franz, lihat ayah!" ucap Darma dengan nada tinggi."Iya Ayah," nafas Franz tersengal sesekali ia meringis kesakitan."Fokus Franz, lihat dimana letak kelemahannya." ucap Darma memberi instruksi."Dimana letak kelemahannya, Ayah?" Franz membersihkan luka pada bibirnya."Kau cari tahu sendiri. Kekuatan ada pada dirimu. Kau tak boleh kalah. Lihatlah wanita di sana! Ia sangat cemas bukan? Ia ingin sekali memelukmu, dan menyemangatimu seperti ketika kau latihan tapi dia tak bisa melakukannya sekarang," Darma menunjuk Dilah yang

  • Hanya Kau Milikku   Pertarungan

    "Wah... Kak Franz tubuhmu sudah sedikit berotot," mata Laura terbelalak melihat Franz yang berlatih bela diri tanpa mengenakan baju tetapi masih mengenakan celana.Franz menghentikan latihannya, " Doa kan saja kakak menang," Franz tersenyum kemudian ia mengambil sebotol air mineral."Aku pasti berdoa untuk kakak, asalkan.." Laura mengusap-usap tangannya."Apa maumu?" tanya Franz serius."Tidak ada Kak, tadi aku bercanda." Laura menggelengkan kepalanya dan tersenyum."Mana Dilah?" tanya Franz celingak celinguk, matanya terus mencari keberadaan Dilah."Dia masak bersama Ibu, mereka terlihat sangat akrab, kekasihmu itu sudah sangat akrab dengan Ibu,""Hmm... Aku tak salah pilih calon istri, seba

  • Hanya Kau Milikku   Latihan

    Franz membuka bajunya, ia.hanya memakai celana olahraga. Ia memukul samsak dengan semangat."Lihatlah tubuhmu Franz, tak ada otot sama sekali. Ini semua karena cita-citamu yang ingin menjadi manageman bukan jadi mafia. Kau lebih suka berhadapan dengan angka-angka dibandingkan dengan alat-alat latihan ini." Darma duduk sambil memperhatikan anaknya yang sedang berlatih."Sudah lah ayah, jangan meremehkanku," ujar Franz sambil memukul samsak.Nafas Franz tersengal, ia menghentikan latihannya. Ia melirik ke kiri melihat Dilah yang membawa handuk kecil dan sebotol air minum. Dilah langsung membersihkan rambut, tubuh, dan wajah Franz dari keringat."Ini minumannya," Dilah membuka botol minuman tersebut dan memberikannya pada Franz. Franz duduk dan meminum air tersebut.Mereka cocok sekali, Batin Darma yang melihat Franz dan Dilah sedang mengobrol."Setelah lelahmu hilang, kita lanjut lagi latihannya," Darma pergi meninggalkan Dilah dan Franz."Kau

  • Hanya Kau Milikku   Apa Yang Kau Mau?

    "Apa yang kau mau?" bentak Darma, wajahnya merah padam melihat putri kesayangannya dikawal ketat oleh para pengawal."Anakku Franz mencintai putrimu, aku ingin menikahkan putrimu dengan putraku," ucap Darma enteng tak memperrdulikan Menir yang terlihat tak setuju."Jadi penculik itu putramu?" Reno bertanya dengan nada tinggi."Iya, putraku selicik diriku bukan?" tanya Darma menyeringai."Aku tidak akan pernah sudi menikahkan putri kesayanganku dengan putramu yang gila itu," Mata Menir melotot tajam, ia meremas tangan sangkin kesalnya."Pengawal hukum pancung Dilah sebagai hukuman karena ayahnya tak merestuinya menikah dengan putraku," Darma melakukan gertakan agar Menir pasrah.Para pengawal hati-hati membawa Dilah ke lokasi hukum pancung. Dilah juga melakukan akting seolah-olah dia ketakutan."Tunggu!" Menir mengambil pedang Reno dan menodong Darma dengan pedang tersebut."Hahaha, jika aku mati kau tak akan melihat jasad anakmu," gela

  • Hanya Kau Milikku   Belum Merestui

    "Bolehkah aku jujur Ali," mereka melihat tak suka mendengar Dilah menyebut nama Ali. "Eh, bukan-bukan maksudku Franz," ucap Dilah gugup."Katakan saja, walaupun akan menyakitiku," ujar Franz pasrah, hatinya sudah siap menerima penolakan."Sebenarnya aku mencintaimu, Franz." ucap Dilah tulus. Franz dan Dilah ingin berpelukan namun Darma melotot tajam."Jangan lakukan dulu!" bentak Darma membuat semua orang tersentak kaget."Iya Ayah." ucap Dilah dan Franz menunduk."Keluarlah, lihat rumah megah atau istana ini. Aku ingin rapat bersama sekretarisku,"Dilah dan Franz keluar untuk ke taman.***"Tuan, ini tidak bisa dibenarkan. Kau biarkan anakmu mendekati Dilah, anak rival abadimu," ucap sekretaris Roni kesal."Kau pikir aku bodoh! Jika aku punya menantu seperti Dilah justru akan menguntungkanku, dia pemberani dan hebat. Aku juga punya rencana bagus," Darma tersenyum menyeringai."Apa?" tanya Roni dengan wajah malas."Ak

  • Hanya Kau Milikku   Kau Franz?

    "Mungkin Nona salah dengar," ucap Ali berkilah, ia melirik pak tua tersebut dan memberi kode dari matanya agar pak tua itu segera pergi. Pak tua tersebut mengangguk paham dan langsung pergi.Dilah masih saja heran, setiap kali orang melihat dirinya dan Ali (Franz) semua orang menunduk hormat. Sampai akhirnya mereka menuju rumah besar dan mewah. Ada banyak penjaga berpakaian rapi seperti pekerja kantor hanya saja mereka bukan bekerja di sebuah kantor tapi sebagai penjaga rumah. Melihat ada Franz mereka menunduk hormat, agar Dilah tak penasaran Franz ikut-ikutan menunduk. Dilah juga melakukan hal yang sama dengan Franz.Tak biasanya Tuan Franz menunduk hormat? Batin penjaga bingung."Orang disini sopan sekali ya, padahal kita orang baru disini." Dilah merasa takjub, ia belum menyadari orang yang bersama dirinya adalah Franz."Ayo kita masuk!" Franz menggengam tangan Dilah untuk masuk ke rumah yang terbilang mewah. Rumah ini sangat menonjol di bandingkan rumah-r

  • Hanya Kau Milikku   Reno Mengancam

    Dilah dan Franz meninggalkan desa tersebut. Mereka merasa tak aman bila terus berada di desa tersebut. Dan benar saja, Franz dan Dilah melihat mobil Reno dan Menir yang masuk ke desa tersebut."Ayo cari Dilah dan pemuda itu!" teriak Reno pada anak buahnya.Mendengar hal itu Dilah dan Franz bersembunyi dibalik pohon. Harap-harap mereka tak ketahuan. Bisa habis nyawa mereka di tangan Reno."Hei, Pak tua! Apakah kau melihat orang baru masuk kesini?" tanya Reno dengan mata melotot tajam."Iy, iya Nak," jawab pria paruh baya dengan gagap."Dimana mereka?" tanya Reno berteriak kencang membuat pak tua tersebut menciut."Di rumah Ibu Yulia," ucap pria paruh baya tersebut dan langsung pergi."Ohh... Disana kalian, sudah tak sabar rasanya untuk menguliti mereka." ujar Reno dengan nada semangat.Reno dan anak buahnya menuju rumah ibu Yulia.Tok! Tok! Tok!Reno mengetuk pintu dengan kuat. Cepat-cepat ibu Yulia membukanya. Ia pikir ada

  • Hanya Kau Milikku   Bersiap

    Jam sudah larut malam, mereka masih belum bisa tidur. Hati mereka benar-benar was-was."Ali!" panggil Dilah dengan raut wajah khawatir."Apa Nona?" ucap Franz pelan agar tak terdengar oleh ibu Yulia kebohongan mereka."Besok kita harus pergi dari sini," ujar Dilah masih khawatir."Kenapa?" Ali mengernyitkan dahi pertanda bingung."Aku takut Ibu Yulia dapat masalah karena kita. Ayahku pasti melakukan penyelidikan. Bisa saja mereka tahu keberadaan kita disini dan membunuh Ibu Yulia karena telah menyembunyikan kita." ujar Dilah, ia meremas tangannya begitu khawatir tentang keadaan Ibu Yulia."Iya, besok kita harus pergi dari sini. Kita akan mendapatkan perlindungan dari ayahku." ujar Franz pasrah.Berarti besok adalah waktunya kau mengetahui siapa aku sebenarnya. Franz"Ya sudah, ayo tidur!" ajak Dilah untuk tidur."Bersamamu, di tempat tidur ini?" goda Franz sambil menaikkan alisnya."Ya bukanlah, kau tidur di bawah. Kalau ka

  • Hanya Kau Milikku   Bertemu Ibu Baik Hati

    Itu mereka!" teriak Reno pada Menir membuat Franz dan Dilah terkejut."Aku sudah tak kuat berlari Ali, jika kau ingin selamat, pergilah!" ujar Dilah sambil memegangi kakinya.Franz tak tega meninggalkan Dilah di hutan. Ia gendong Dilah dipungungnya dan berlari tanpa arah.Setelah melewati hutan yang cukup dalam mereka melihat sebuah perkampungan. Terlihat orang-orang kampung tampak ramah dan baik menyambut orang baru."Itu istrinya kenapa di gendong?" tanya ibu paruh baya yang membawa sayur-sayuran yang disunggih di kepalanya.Istri, aku belum menikah. Franz"Dia lelah Bu," senyum Franz, terlihat Dilah memejamkan matanya dan bersandar di bahu Franz."Bagaimana kalau kalian ke rumah ibu? Kebetulan rumah ibu tak jauh dari sini." senyum ibu tersebut ramah. Ia benar-benar ibu yang berhati baik.Setelah sampai rumah, Franz membaringkan Dilah di tempat tidur yang terbuat dari kaya. Rumah Ibu tersebut sederhana, rumah panggung yang dibuat dar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status