Anna melihat ke arah sang putra, berharap agar putranya itu bisa menenangkan calon istrinya. Begitu pula dengan Raymond. Dia melihat ke arah sang ibu, sehingga ibu dan anak tersebut saling bertatap mata. Keduanya menginginkan hal yang sama. Mereka berdua sama-sama tidak ingin repot untuk menjelaskan pada Tania."Ada apa sebenarnya, Ray?" tanya Tania dengan tatapan menyelidik pada pria yang akan menjadi calon suaminya.Raymond tergagap. Pandangan matanya tidak fokus pada Tania yang sedang menunggu jawaban darinya. "Ah, wanita yang tadi itu?" tanyanya balik pada wanita yang dijodohkan dengannya. Dia tersenyum kikuk sembari memikirkan jawaban yang akan diberikan pada wanita tersebut.Tania menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias. Dia benar-benar ingin mengetahuinya. Bukan hanya karena sikap diam Velicia padanya, tapi juga keanehan sikap Raymond dan mamanya ketika membicarakan Velicia."Dia itu--" "Pembantu di rumah ini," sahut Anna sambil tersenyum. Dia berusaha keras meyakinkan
Seketika Raymond menoleh ke arah ibunya. Dia terkejut mendengar kata cerai yang keluar dari bibir sang ibu. Begitu pula dengan Velicia. Dia tersenyum miring mendengarnya. Akan tetapi hatinya hancur, hingga air matanya menetes dengan sendirinya."Sepertinya keberadaan ku tidak diinginkan di sini," gumamnya sembari menyeringai.Dia kembali mendengarkan dan mengintip dari tempat persembunyiannya. Satu hal yang ingin diketahuinya, tanggapan Raymond atas ucapan mamanya."Cerai? Sejak kapan?" tanya Tania kembali penasaran.Raymond terdiam. Dia hanya mengikuti skenario yang dibuat oleh ibunya. Akan tetapi, Anna merasa kewalahan menjawab pertanyaan dari calon menantunya yang terus menerus, seolah sedang mencari tahu kelemahan mereka. "Jawablah, Ray. Kenapa kamu diam saja?" tanya wanita paruh baya itu pada sang putra.Raymond terhenyak. Sontak saja dia memaksakan senyumnya dan mengalihkan pandangannya pada wanita yang akan dijodohkan dengannya."Maafkan Raymond, Tania. Dia selalu sedih jika a
"Sandra?!" celetuk Tania sembari menatap calon suaminya."Cepat telpon dia. Pasti sebentar lagi dia kembali menelpon. Wanita macam apa yang berani menghubungi suami orang tiap menit?" ujar Velicia kembali seraya menyodorkan lebih dekat pada suaminya.Raymond terpaku. Dalam hatinya menyalahkan diri sendiri yang ceroboh melupakan ponselnya. Dia juga mengumpat pada istrinya yang telah berani menyentuh ponsel miliknya.Anna bergegas berdiri dari duduknya dan menyambar ponsel tersebut dari tangan sang menantu. "Berani-beraninya kamu menyentuh barang milik Raymond!" ujarnya dengan tatapan kebencian pada menantunya.Velicia tersenyum miring menanggapinya. Dia mengalihkan pandangannya pada Tania, wanita yang akan dijodohkan dengan suaminya. "Apa kamu akan baik-baik saja jika suamimu berselingkuh dengan wanita lain?" tanyanya serius tanpa basa-basi pada wanita tersebut."Apa maksudmu?" tanya balik Tania padanya.Anna tidak bisa membiarkan menantu yang dibencinya menghancurkan semua rencana y
"Shit!"Berkali-kali Raymond mengumpat di dalam mobilnya setelah mendengarkan omelan dan ancaman sang ibu dalam perjalanan mengantarkannya pulang."Kenapa Sandra harus berbicara dengannya?!" gumamnya sembari mengemudikan mobilnya.Dia teringat akan kepribadian Sandra yang memang sukar untuk dikendalikan. Wajar saja, Sandra merupakan putri dari keluarga terpandang yang dihormati semua orang. Semua yang diterimanya sebagai bagian dari keluarga tersebut membuatnya bersikap angkuh, egois dan tidak kenal takut pada siapa pun. Akan tetapi, dia berhasil ditaklukan oleh Raymond dengan caranya. Hanya saja dia tidak bisa menang melawan kekasih gelapnya itu."Tania yang kelewatan. Berani-beraninya dia mengambil HP ku dari tangan Mama ketika Mama sedang menerima telpon dari Sandra," sambungnya kemudian.Dia tidak berani menyalahkan Sandra. Hanya Sandra lah yang bisa membuat keinginannya tercapai. Raymond tersenyum membayangkan dirinya sedang menerima jabatan barunya sebagai CEO perusahaan tempatn
"Apa kamu benar-benar tidak tahu?" tanya Velicia sambil tersenyum manis pada suaminya.Raymond mengerutkan dahinya. Dia menatap curiga pada sang istri yang seolah sedang bermain teka-teki dengannya, ketika dia sedang mencoba menyalurkan hasratnya."Aku menolakmu," sambung sang istri seraya tersenyum miring.Senyuman Velicia memancing emosi Raymond. Dia merasa terhina atas penolakan sang istri yang secara terang-terangan mengatakannya. Seketika tubuh Velicia menegang. Matanya terbelalak merasakan sesuatu yang melingkar di lehernya dan mencengkeramnya sangat erat, sehingga dia kesulitan untuk bernafas."Beraninya kamu menolak ku, hah?!" ujar Raymond dengan amarahnya yang menggebu-gebu."Kamu tidak punya hak untuk menolak!" sambungnya kembali dengan meninggikan suaranya. Dari sorot matanya terlihat api kemarahan yang membakar hati nuraninya.Velicia tidak bisa bersuara. Hanya kedua tangannya yang bergerak-gerak, berusaha memukul badan suaminya untuk melepaskan diri darinya."Kamu akan s
Raymond dan Sandra menghabiskan malam panjangnya di hotel tersebut. Sandra begitu liar dan agresif. Pengaruh dari obat yang diberikan pria di club malam itu membuatnya hilang kendali. "Ayolah, Sayang," ucapnya dengan sensual. Wanita itu masih dalam keadaan mabuk dan juga dalam pengaruh obat. Tangannya menuntun Raymond untuk menyentuh bagian tubuhnya yang ingin dipuaskan oleh kekasihnya. Sandra mengambil kendali. Dia masih merasa tidak puas dengan perlakuan pasangannya. Tubuhnya bak terbakar oleh hasrat yang harus dituntaskan olehnya. Dari posisi satu ke posisi lainnya dan dari tempat satu ke tempat lainnya, hingga membuat Raymond sangat kewalahan.Desahan dari bibir keduanya bak alunan musik tersendiri bagi mereka. Kamar hotel tersebut seketika menjadi panas. Kertenangan dalam kamar itu berganti dengan suara nafas yang memburu dan juga suara desahan serta erangan dari keduanya.Ranjang yang tadinya rapi seketika menjadi kusut dan berpeluh. Ranjang dalam kamar itu menjadi ranjang pan
Suasana hati Raymond begitu indah setelah berhasil memperbaiki hubungannya dengan Sandra, wanita selingkuhannya. Akan tetapi, suasana hatinya seketika menjadi buruk setelah berdebat dengan Velicia, sang istri yang sedang memberontak. Ditambah lagi dengan sikap Tania yang merupakan calon istrinya itu bersikap angkuh padanya, sehingga memperburuk suasana hatinya.Di dalam ruangannya, Raymond tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Pikirannya terbagi antara pekerjaan dan mencari cara untuk bisa bertemu dengan wanita pilihan mamanya. Bagaimana tidak, sang ibu kembali menghubunginya untuk mengingatkannya agar sesegera mungkin bertemu dengan Tania, wanita yang dijodohkan dengannya.Selain itu, pekerjaannya terganggu oleh Sandra yang berulang kali menghubunginya. Wanita selingkuhannya itu merengek tiada henti. Sayangnya, Raymond tidak bisa mengabaikannya. Sandra merupakan wanita yang bisa mewujudkan obsesinya untuk mendapatkan sebuah jabatan tinggi dalam perusahaan tempatnya bekerja. Bisa dibila
Di luar rencana Velicia, Tania yang merupakan calon istri suaminya malah datang menghampirinya. Wanita pilihan ibu mertuanya itu mengajaknya untuk berteman dekat dan menjadi sekutu. "Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Tania setelah mendengar kisah lengkap dari Velicia.Setelah perbincangan yang sangat panjang dan memakan waktu lumayan lama, akhirnya Velicia memutuskan untuk percaya pada Tania dengan menceritakan semua padanya, kecuali rencananya dan bukti-bukti dari kamera pengintai"Apa aku sungguh bisa mempercayaimu?" tanya Velicia serius."Berapa kali kamu menanyakan ini padaku? Apa kamu masih ragu padaku?" tanya balik Tania dengan tatapan serius padanya."Ayolah, Ve. Bukankah kita sudah sepakat untuk berteman?" tanyanya kembali.Tidak ada senyuman dari Velicia. Dia masih ingin membuat Tania berusaha untuk meyakinkannya. Seperti dugaannya, Tania berusaha keras untuk membujuknya agar percaya penuh padanya."Aku ingin meminta bantuanmu. Bisakah kamu mengatur waktu untuk bertemu denga
Ting tong!Bel rumah berkali-kali dibunyikan tanpa jeda, layaknya orang yang sedang terburu-buru atau sedang diburu oleh sesuatu. Velicia berjalan tergesa-gesa tanpa mengatakan apa pun untuk menenangkan orang tersebut. Benar dugaan Velicia, Raymond lah yang membunyikan bel rumah secara brutal, sama dengan kebiasaan sang suami ketika sedang dalam keadaan kesal atau pun marah.Brak!Pintu rumah ditutup dengan kerasnya oleh Raymond, hingga sang istri yang berjalan terlebih dahulu setelah membukakan pintu untuknya, seketika berjingkat kaget. Velicia hanya menggelengkan kepalanya seraya mengusap dadanya. Dalam hatinya mengumpat sang suami yang selalu bersikap kasar sesuai suasana hatinya."Mau ke mana?" tanya Raymond pada sang istri ketika melihat istrinya itu sedang membawa bantal dan selimut miliknya."Aku tidur di kamar lain," jawab Velicia tanpa menoleh pada suaminya.Raymond bergerak cepat menarik tangan sang istri dan menahannya."Apa maksudmu?" tanyanya tidak terima dengan keputusan
Semuanya telah terbongkar. Raymond kembali bingung menghadapi tiga wanita yang ada dalam hidupnya. Dia tidak bisa melepaskan begitu saja sang istri darinya. Selain itu, dia juga tidak bisa melepaskan wanita selingkuhannya yang bisa menjembataninya menuju kesuksesan. Begitu pula dengan Tania, dia tidak bisa membiarkan perjodohannya gagal begitu saja karena wanita tersebut merupakan pilihan mamanya.Dia duduk sendiri meratapi nasibnya. Pria itu terlihat sangat frustasi. Penampilannya berantakan, sangat jauh berbeda dengan Raymond yang sebelumnya. "Kenapa jadi berantakan seperti ini?!" ujarnya kesal sembari mengacak-acak rambutnya.Banyak pasang mata di cafe tersebut yang masih memperhatikannya. Mereka membicarakan Raymond seolah sedang bertaruh akan nasibnya setelah ditinggal pergi begitu saja oleh tiga wanita yang berstatus istri, calon istri dan juga wanita selingkuhannya."Harusnya semua bisa lancar terkendali seperti rencanaku. Tapi, kenapa sebaliknya?"Dia menghela nafas yang tera
Sesuai kesepakatannya bersama dengan Velicia, Tania menghampiri Raymond yang sedang duduk bermesraan dengan Sandra, wanita selingkuhannya. Bak seorang aktris profesional, Tania berpura-pura tidak mengetahui keberadaan calon suaminya itu. Dia berjalan tergesa-gesa sembari sibuk dengan ponselnya.Bruk!"Aaaawwww! Sakiiiiit!" rintih Tania setelah menabrak sebuah meja yang ada di cafe tersebut.Mata Raymond terbelalak ketika menyadari bahwa wanita yang menabrak mejanya itu adalah calon istrinya, Tania. Lidahnya keluh tidak bisa mengatakan apa pun. 'Tania?! Kenapa dia ada di sini?' tanyanya dalam hati tanpa berkedip menatap calon istrinya.'Bukankah aku menyuruhnya untuk menungguku di tempat ....' Seketika dia teringat sesuatu. Tanpa berpikir panjang dia mengambil ponselnya dan membuka pesan dari Tania.'Bodoh! Kenapa aku tidak menyadarinya?!' sambungnya dalam hati.Tania masih sibuk meratapi bagian tubuhnya yang terasa sakit terkena sudut meja tersebut. Dia meringis sembari merintih ke
"Apa kau akan pergi?" tanya Velicia pada suaminya. Dia menatap sedih pada sang suami yang sudah berganti pakaian rapi, bukan pakaian yang digunakannya ketika berada di rumah."Sejak kapan kamu peduli padaku?" tanya balik Raymond sambil menyisir rambutnya. Pandangan matanya masih tetap tertuju pada cermin yang memperlihatkan penampilannya, seolah enggan melihat istrinya meskipun sedang berbicara dengannya.Velicia tersenyum getir. Dia hanya bisa menatap suaminya dari ranjang, tempatnya duduk saat ini."Jika aku tidak pernah peduli padamu, lalu siapa yang selama ini menyiapkan keperluanmu? Bahkan sekarang saja aku belum juga makan karena menunggumu untuk makan bersama," tutur Velicia sambil tersenyum miring.Raymond melirik sang istri dari cermin yang ada di hadapannya. Dia merapikan pakaiannya, seolah sedang mengacuhkan istrinya."Bukankah semua itu memang sudah menjadi tugasmu? Lagipula, kenapa kamu tidak makan? Kenapa kamu harus menungguku?" tanyanya tanpa beban pada sang istri."Kar
Di luar rencana Velicia, Tania yang merupakan calon istri suaminya malah datang menghampirinya. Wanita pilihan ibu mertuanya itu mengajaknya untuk berteman dekat dan menjadi sekutu. "Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Tania setelah mendengar kisah lengkap dari Velicia.Setelah perbincangan yang sangat panjang dan memakan waktu lumayan lama, akhirnya Velicia memutuskan untuk percaya pada Tania dengan menceritakan semua padanya, kecuali rencananya dan bukti-bukti dari kamera pengintai"Apa aku sungguh bisa mempercayaimu?" tanya Velicia serius."Berapa kali kamu menanyakan ini padaku? Apa kamu masih ragu padaku?" tanya balik Tania dengan tatapan serius padanya."Ayolah, Ve. Bukankah kita sudah sepakat untuk berteman?" tanyanya kembali.Tidak ada senyuman dari Velicia. Dia masih ingin membuat Tania berusaha untuk meyakinkannya. Seperti dugaannya, Tania berusaha keras untuk membujuknya agar percaya penuh padanya."Aku ingin meminta bantuanmu. Bisakah kamu mengatur waktu untuk bertemu denga
Suasana hati Raymond begitu indah setelah berhasil memperbaiki hubungannya dengan Sandra, wanita selingkuhannya. Akan tetapi, suasana hatinya seketika menjadi buruk setelah berdebat dengan Velicia, sang istri yang sedang memberontak. Ditambah lagi dengan sikap Tania yang merupakan calon istrinya itu bersikap angkuh padanya, sehingga memperburuk suasana hatinya.Di dalam ruangannya, Raymond tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Pikirannya terbagi antara pekerjaan dan mencari cara untuk bisa bertemu dengan wanita pilihan mamanya. Bagaimana tidak, sang ibu kembali menghubunginya untuk mengingatkannya agar sesegera mungkin bertemu dengan Tania, wanita yang dijodohkan dengannya.Selain itu, pekerjaannya terganggu oleh Sandra yang berulang kali menghubunginya. Wanita selingkuhannya itu merengek tiada henti. Sayangnya, Raymond tidak bisa mengabaikannya. Sandra merupakan wanita yang bisa mewujudkan obsesinya untuk mendapatkan sebuah jabatan tinggi dalam perusahaan tempatnya bekerja. Bisa dibila
Raymond dan Sandra menghabiskan malam panjangnya di hotel tersebut. Sandra begitu liar dan agresif. Pengaruh dari obat yang diberikan pria di club malam itu membuatnya hilang kendali. "Ayolah, Sayang," ucapnya dengan sensual. Wanita itu masih dalam keadaan mabuk dan juga dalam pengaruh obat. Tangannya menuntun Raymond untuk menyentuh bagian tubuhnya yang ingin dipuaskan oleh kekasihnya. Sandra mengambil kendali. Dia masih merasa tidak puas dengan perlakuan pasangannya. Tubuhnya bak terbakar oleh hasrat yang harus dituntaskan olehnya. Dari posisi satu ke posisi lainnya dan dari tempat satu ke tempat lainnya, hingga membuat Raymond sangat kewalahan.Desahan dari bibir keduanya bak alunan musik tersendiri bagi mereka. Kamar hotel tersebut seketika menjadi panas. Kertenangan dalam kamar itu berganti dengan suara nafas yang memburu dan juga suara desahan serta erangan dari keduanya.Ranjang yang tadinya rapi seketika menjadi kusut dan berpeluh. Ranjang dalam kamar itu menjadi ranjang pan
"Apa kamu benar-benar tidak tahu?" tanya Velicia sambil tersenyum manis pada suaminya.Raymond mengerutkan dahinya. Dia menatap curiga pada sang istri yang seolah sedang bermain teka-teki dengannya, ketika dia sedang mencoba menyalurkan hasratnya."Aku menolakmu," sambung sang istri seraya tersenyum miring.Senyuman Velicia memancing emosi Raymond. Dia merasa terhina atas penolakan sang istri yang secara terang-terangan mengatakannya. Seketika tubuh Velicia menegang. Matanya terbelalak merasakan sesuatu yang melingkar di lehernya dan mencengkeramnya sangat erat, sehingga dia kesulitan untuk bernafas."Beraninya kamu menolak ku, hah?!" ujar Raymond dengan amarahnya yang menggebu-gebu."Kamu tidak punya hak untuk menolak!" sambungnya kembali dengan meninggikan suaranya. Dari sorot matanya terlihat api kemarahan yang membakar hati nuraninya.Velicia tidak bisa bersuara. Hanya kedua tangannya yang bergerak-gerak, berusaha memukul badan suaminya untuk melepaskan diri darinya."Kamu akan s
"Shit!"Berkali-kali Raymond mengumpat di dalam mobilnya setelah mendengarkan omelan dan ancaman sang ibu dalam perjalanan mengantarkannya pulang."Kenapa Sandra harus berbicara dengannya?!" gumamnya sembari mengemudikan mobilnya.Dia teringat akan kepribadian Sandra yang memang sukar untuk dikendalikan. Wajar saja, Sandra merupakan putri dari keluarga terpandang yang dihormati semua orang. Semua yang diterimanya sebagai bagian dari keluarga tersebut membuatnya bersikap angkuh, egois dan tidak kenal takut pada siapa pun. Akan tetapi, dia berhasil ditaklukan oleh Raymond dengan caranya. Hanya saja dia tidak bisa menang melawan kekasih gelapnya itu."Tania yang kelewatan. Berani-beraninya dia mengambil HP ku dari tangan Mama ketika Mama sedang menerima telpon dari Sandra," sambungnya kemudian.Dia tidak berani menyalahkan Sandra. Hanya Sandra lah yang bisa membuat keinginannya tercapai. Raymond tersenyum membayangkan dirinya sedang menerima jabatan barunya sebagai CEO perusahaan tempatn