Share

Akhirnya Bertemu

Penulis: Nhaya_97
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-24 15:44:38

Keesokan harinya ....

"Aku harus pulang sekarang. Kamu jangan khawatir dan takut, Pak Dony dan Pak Zaky akan jaga dan lindungi kamu. Sebagai pengganti aku di sini."

Hans harus pulang setelah hampir sepuluh hari di rumah Thania dan selama itu pula ia libur masuk kantor.

Thania menghela napas kasar. "Iya, Hans. Nanti berkabar aja, yaa. Aku janji, akan jaga kesehatan. Aku nggak mau nyusahin kamu terus."

Hans mengusap sisian wajah perempuan itu seraya mengulas senyumnya. "Kamu nggak repotin aku kok. Jangan bicara seperti itu. Dan satu lagi. Jangan bahas soal Mhika yang aku bawa ke sini ke orang tuanya William, yaa.

"Aku mohon banget sama kamu. Ini demi kebaikan kita semua. Agar kamu tidak kena marah orang tuanya William juga. Karena kita tahu, mereka sangat membenci Mhika.”

Thania mengangguk. “Kamu jangan khawatir. Aku mau berakting juga, kayak Mhika. Lagian aku di rumah terus, kapan punya waktunya buat mencari keberadaan dia.”

Hans menerbitkan senyumnya dan mengangguk kecil. “Ya sudah ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hanya Istri Figuran   Panggilan Telepon dari Rani

    Mhika menarik tangan William dan menggenggamnya. "Aku tahu mami kamu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Tapi, kamu juga merasakan kebahagiaan itu denganku. Tapi, karena mami kamu ingin nama keluarganya selalu bersih, dia tidak mau menganggapku, William."Lelaki itu semakin emosi apalagi melihat raut wajah Mhika yang sangat memprihatinkan."Aku kembali ke sini karena dia, anakmu. Charles, dia selalu bertanya kapan bertemu dengan Daddy. Dan aku bingung harus jawab apa."William semakin merasa bersalah. Ia kemudian menoleh ke arah Charles dan mengusapi sisian wajah anak kecil itu."Ini Daddy, Nak. Maaf ya, karena kita baru bisa bertemu sekarang." William berucap lirih dengan mata berkaca-kaca.Ia lalu menoleh pelan ke arah Mhika. "Aku juga minta maaf karena tidak bisa ada di samping kamu selama kamu hamil."Mhika mengangguk pelan dan mengulas senyumnya. "Nggak apa-apa. Lagi pula, selama aku hamil itu, aku nggak ingat apa-apa tentang kamu. Beruntung, kecelakaan yang aku alami dulu ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Hanya Istri Figuran   Sudah Waktunya

    "Ada apa, Mi?" tanyanya dengan pelan.Ia tetap melangkahkan kakinya keluar menunggu taksi di depan saja. Sembari menunggu jawaban dari Rani yang memintanya pulang sekarang juga."Aku masih di jalan, sebentar lagi sampai. Aku baru pulang dari Amerika, Mi.""Ya. Mami tahu. Makanya kamu cepat pulang, William. Tidak banyak komplain bisa, kan?" ucap Rani ketus. Ia tampak kesal karena William tak pernah langsung mengiyakan perintahnya itu.William menghela napas kasar. "Iya. Aku sudah bilang kan, aku sedang di jalan. Sabarlah."Rani menutup panggilan tersebut. Sementara William berdecak kesal karena baru saja bertemu dengan Mhika, sudah diminta pulang oleh maminya itu."Ada apa, William?" tanya Mhika ingin tahu."Mami minta aku pulang. Ada yang ingin dia bicarakan katanya. Padahal malas sekali, pulang ke rumah. Aku ingin bersamamu."Mhika mengusapi lengan William dengan lembut. "Pulanglah. Jangan buat mami kamu semakin marah karena menunggu.""Iya. Setelah tiba di apartemen. Memangnya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Hanya Istri Figuran   Merasakan kembali

    Pukul 23.00 WIB.William melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen setelah selesai perang dengan Thania dan juga Rani. Pikirannya sangat runyam dan kacau."Dua wanita itu memang nggak ada yang bisa buat aku tenang. Mereka selalu saja membuatku naik darah setiap hari," gerutunya lalu duduk di sofa ruang tengah.Mhika yang mendengar suara pintu masuk lantas keluar dari kamarnya. Dengan dress tipis yang ia kenakan, tentu saja akan ia mulai di malam ini sebab Hans sudah memintanya sekarang juga.Ia kemudian duduk di samping William dan mengusapi sisian wajah lelaki itu. "What happen?" tanyanya dengan suara lembutnya.William menoleh pelan dan menggeleng pelan. "Mami masih saja menyangkal kalau dia sudah usir kamu dan minta untuk pergi dari hidup aku. Padahal, bahagiaku hanya ada di dalam diri kamu."Mhika mengulas senyumnya lalu menghela napas panjang. "It's okay. Tidak perlu kamu pikirkan, Sayang. Yang penting sekarang kamu sudah tahu alasan aku pergi itu karena apa. Bukan karena ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Hanya Istri Figuran   Serahkan Semuanya padaku

    William menggenggam tangan perempuan itu dan menatapnya. "Aku mau jujur ke kamu soal ini, Mhika."Perempuan itu tahu, apa yang akan William katakan padanya. Namun, tentunya Mhika tak akan memperlihatkan raut wajah dirinya tahu semuanya."Apa?" tanyanya dengan pelan.William menghela napasnya dengan panjang. "Sebenarnya aku ...." William masih tak berani bicara. "Sebelumnya, aku akan bicara ini dulu. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu dan hanya kamu yang aku cinta selama ini."Mhika mengangguk. "I know. Ada apa?"William menelan salivanya dengan pelan. "Kamu tahu Thania, kan? Sekretarisku."Mhika mengadahkan matanya seolah tengah mengingat nama perempuan itu. "Oh iya, tahu. Kenapa dengan dia?" tanyanya kemudian.William menatap Mhika lagi. "Sayang. Setelah kepergian kamu, Mami dan Papi memaksa aku untuk menikahinya. Aku dijodohkan dengan dia karena wanita itu butuh uang untuk memberi modal usaha pada orang tuanya."Mhika terdiam sejenak. Pura-pura terkejut dan juga rasanya ingin t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Hanya Istri Figuran   Mendatangi Kediaman Thania

    "Tapi, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, Hans.""Apa?" tanya Hans.Mhika menatap lekat wajah Hans. "Dari semua wanita cantik yang ada di sekeliling kamu, kenapa hanya Thania, yang kamu cintai? Kulihat tadi sekretaris kamu juga cantik."Hans menghela napasnya dengan panjang. "Karena saya tidak melihat dari kecantikannya. Thania pun cantik. Hanya saja, bukan itu alasanku. Saya sudah mencintainya sejak lama dan dalam diam."Kami dulu bersahabat. Sangat dekat. Seperti yang sudah kuceritakan padamu. Wanita cantik yang kulihat dan mungkin ada yang baik juga, tidak bisa membuat saya jatuh cinta seperti saya jatuh cinta pada Thania."Mhika manggut-manggut dengan pelan. "Tapi, kamu akan menyayangi anaknya Thania, kan? Itu anaknya William juga, musuh bebuyut kamu."Hans mengangguk. "Ya. Tentu saja. Saya akan menyayanginya seperti anakku sendiri. Semoga hakim dapat mengabulkan permohonan cerai Thania nanti agar persalinan nanti, biar saya saja yang menemaninya."Mhika menyunggingkan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Hanya Istri Figuran   Terempas

    "Apa? Kenapa Mhika datang ke rumah? Siapa yang sudah memberi tahu alamat rumah di sana, huh?" ucap William tampak panik dan juga kesal sebab Mhika datang ke sana."Kalau soal itu saya kurang tahu, Tuan. Karena Nona Mhika sudah ada di sini juga dan sudah masuk ke dalam. Sepertinya waktu Nona Mhika datang, saya sedang diminta Nyonya Rani tadi."William mendengus kasar. Dengan cepat William pulang ke rumahnya usai menerima panggilan dari Dony."Kenapa Mhika datang ke rumah sih! Arrgh!" pekiknya sembari melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai ke rumah.Sementara di rumah ....Suasana semakin memanas. Rani masih terus mengusir Mhika keluar dari rumah itu. Namun, tentu saja Mhika tetap teguh pada pendiriannya. Tidak akan pulang sebelum William datang."Mi, sudah. Sampai mulut Mami berbusa pun dia tidak akan pulang. Bukankah dia sedang menunggu Mas Willi pulang? Aku telepon dia dulu, yaa.""Tidak perlu! Jangan menghubungi William, Thania!" titah Rani tegas.Thania menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Hanya Istri Figuran   Meninggal Dunia

    Betapa terkejutnya Hans mendengar Mhika memberi tahu Thania tak sadarkan diri akibat William yang mendorong tubuhnya hingga terhuyung ke bawah."Bagaimana kondisinya, Mhika? Janinnya bagaimana?" tanya Hans panik."Nanti aku ceritakan kronologisnya. Kamu segera ke rumah sakit aja. Aku sama Pak Dony udah on the way. Gama Hospital.""Iya. Saya ke sana sekarang juga. Kalian bawa Thania ke ruangan VIP. Berikan penanganan tepat untuknya. Kamu jangan khawatirkan administrasi, bilang pada pihak rumah sakitnya.""Iya, iyaa. Ya udah, kamu cepat ke rumah sakit. Kita udah di jalan soalnya," ucapnya kemudian."Iya. Saya sedang di lft menuju ke bawah."Mhika kemudian menutup panggilan tersebut dan masuk ke dalam mobil usai Thania dibawa masuk ke dalam."Pak. Bawa Thania ke ruang VIP. Diminta Hans. Biar dia yang urus semuanya katanya. Kayaknya Hans juga nggak mau William tahu di mana Thania dirawat," ucapnya kepada Dony yang tengah mengendarai mobil menuju rumah sakit."Baik, Nona. Sepertinya Tuan W

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Hanya Istri Figuran   Siapa William sebenarnya

    Mhika: [Hans. Ibu Rani meninggal dunia karena gagal jantung. Sekarang William masih di ruang ICU dan menangis. Entah menangis karena kehilangan maminya atau karena takut keluarganya marah padanya.]Ting!Pesan masuk di ponsel Hans, dari Mhika. Ia membukanya dan membacanya. Betapa terkejutnya Hans kala membaca pesan tersebut. Ia kemudian menoleh pada Thania yang masih belum sadarkan diri.Hans: [Astaga. Apakah keluarganya sudah tahu, soal berita duka ini?]Pesan terkirim.Mhika: [William tidak mau memberi tahu keluarganya. Tapi, pihak rumah sakit sudah menghubungi Pak James agar segera ke rumah sakit.]Hans: [Baiklah. Sebaiknya kamu pergi saja dari sana. Kehadiranmu hanya akan memperkeruh keadaan. Maaf, sudah membuat Bu Rani harus mengalami gagal jantung bahkan sampai meninggal dunia. Dia pasti kaget. It's my mistake.]Mhika: [No worry. Bu Rani meninggal karena terkejut, telah ditipu oleh anaknya sendiri. Dia sangat kecewa karena pengakuan dari Thania yang mana William hanya menjadikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28

Bab terbaru

  • Hanya Istri Figuran   TAMAT

    Hans kemudian mengecup kening perempuan itu lalu mengusapinya dengan lembut. Menatap wajah Thania penuh dengan cinta."Jauh dari kamu itu aku gak bisa. Apalagi di saat-saat seperti ini. Aku akan selalu ada di samping kamu, Sayang. I'm promise."Thania menganggukkan kepalanya. "Iya, Hans.""Kalian ini. Udah mau punya anak dua pun masih saja romantis-romantisan. Bener-bener pasangan romantis," celetuk Maria menggoda anak dan menantunya itu yang menebar keromantisan di depan mereka tanpa ada rasa malu sedikit pun.Hans menerbitkan senyumnya. "Anak itu pelengkap rumah tangga. Untuk romantis pada pasangan itu wajib. Supaya tetap harmonis dan langgeng.""Amin. Memang kamu ini dari dulu pun sangat peduli pada Thania. Apalagi sekarang, sudah jadi istrinya.""Itu Mami tahu. Masih aja komentar kalau lihat aku memperlihatkan kepedulian aku pada Thania."Maria terkekeh pelan. "Nggak nyangka aja. Kamu akan tetap seperti ini kepada Thania. Tidak pernah malu memperlihatkan keromantisan di mana pun d

  • Hanya Istri Figuran   I Trust You!

    Hans mengangguk dan mengulas senyumnya. "Pasti! Terima kasih, sudah mempercayakan aset ini kepada Devan, Kak Thomas. Aku akan menjaga rumah sakit ini dengan baik sampai Devan dewasa dan berhak tahu akan hal ini." "Terima kasih, Hans. Jaga Thania dan Devan dengan baik, sayangi mereka. Jangan pernah mengecewakan mereka. Kamu sudah Tuhan takdirkan untuk menjaga keponakan kami." Hans kembali tersenyum dan mengangguk. "Iya, Kak. Aku akan memegang teguh janjiku pada Tuhan bahwa aku akan selalu menjaga dan melindungi mereka. Aku pastikan, mereka selalu bahagia." Thomas menganggukkan kepalanya. "Jangan pernah lupakan kami, Thania. Kami akan selalu menyayangi kamu juga menganggap kamu sebagai keluarga kami. Jangan pernah lupakan itu." "Iya, Kak. Kakak jaga diri, ya. Semoga keluarga Kakak selalu dalam lindungan Tuhan. Dan sekali lagi terima kasih untuk aset yang diwariskan kepada Devan. Seharusnya kalian tidak usah repot-repot memberikan ini." "No problem. Sudah seharusnya Devan mendapatka

  • Hanya Istri Figuran   Tolong Jaga Aset ini

    Pukul 07.00 Pagi.Thania mengikuti saran dari Hans untuk memeriksa kehamilannya menggunakan alat tes kehamilan. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi dan menunggu hasil tersebut.Tampak perempuan itu menghela napasnya dengan panjang sembari menunggu hasilnya keluar. Setelah lima menit, Thania mengambil alat tersebut dan melihat hasilnya.Thania tersenyum kala melihatnya. Ia pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri Hans yang tengah mengenakan kemeja kerjanya."Hans?" panggil Thania dengan suara lembutnya."Hows, Honey?" tanya Hans yang sudah tidak sabar ingin tahu hasilnya.Thania menerbitkan senyum kepada suaminya itu. "Seperti yang kamu duga. Dua garis.""Serius?" tanya Hans begitu antusias.Thania mengangguk. "Ya! You're gonna be a father."Spontan lelaki itu memeluk sang istri. Betapa senang ia rasakan karena hasil yang memang sangat ia harapkan."Kita ke rumah sakit sekarang, ya," ucap Hans dengan lembut.Thania mengangguk. "

  • Hanya Istri Figuran   Seperti Anaknya Sendiri

    Ia lalu duduk kembali dan menatap sang anak yang tengah menatap paman yang tidak ia ketahui itu."Baik. Kamu apa kabar? Ini, anak kamu?"Thania mengangguk. "Aku baik. Dan ya, dia Devan. Zayden Devandra. Anakku."Thomas tersenyum lirih kemudian menatap sayu wajah keponakannya itu. "Kamu tampan sekali, Nak. Matamu, mirip sekali dengan ayahmu."Thania tersenyum tipis. Memang, mata Devan sangat mirip sekali dengan William. Dan itu tidak bisa dia pungkiri."Maafkan kami, karena tidak pernah mengunjungi kamu. Semenjak ditinggal Mami, kondisi Papi semakin drop. Sakit-sakitan."Thania menutup mulutnya. "Kak. Kakak serius?"Thomas mengangguk. "Iya. Bukannya kami tidak ingin menjenguk kamu dan melihat anak kamu. Tapi, aku tidak punya waktu, Papi sakit dan Andrew sedang ada masalah dengan istrinya."Kami hancur, Thania. Perusahaan yang dipegang oleh William ditutup karena banyak kasus di dalamnya termasuk kematian Erald, kakaknya Hans. Me

  • Hanya Istri Figuran   Harapan Thania

    Hans lalu menarik wajah perempuan itu dan kembali meraup bibirnya dengan lembut. Menyesapnya penuh dengan nafsu dengan tangan bergelirya di atas gundukan kenyal nan padat itu hingga membuat Thania membusung spontann merasakan tangan kekar itu menyentuhnya.Tubuhnya kini dibawa di atas tempat tidur. Merebahkan tubuh perempuan itu kemudian menurunkan kepalanya dan kini tengah berada di depan kedua gundukan itu dan menyesapnya satu persatu dengan lembut.“Euumpphh!” lenguhnya seraya mencengkeram erat sprei yang ada di sampingnya.Isapan yang penuh itu membuat gairah Hans semakin bangkit. Telinganya yang sedari tadi mendengar desahan dari mulut Thania semakin membuatnya tak karuan.Ia lantas menyelesaikan permainan di atas gundukan kenyal itu. Hendak membawa masuk miliknya ke dalam goa yang pernah terbawa mimpi karena ingin merasakannya lagi.Hans menyatukan dirinya di bawah sana dengan mata menatap wajah Thania yang sudah bersiap merasakan gempuran

  • Hanya Istri Figuran   Amunisi Sebelum Pergi

    Satu tahun kemudian ....Hari ini adalah hari ulang tahu Devan yang kesatu. Perayaan yang begitu mewah dan megah di sebuah hotel yang ada di kota tersebut.Para tamu undangan sudah hadir memberikan selamat kepada Devan yang kini sudah menginjak satu tahun."Selamat ulang tahun untuk anaknya, Pak Hans," ucap salah satu tamu memberikan selamat kepada Hans untuk Devan."Terima kasih, Pak. Terima kasih juga sudah hadir di acara ulang tahun anak kami," ucapnya sembari tersenyum kepada lelaki itu.Sebuah lagu dinyanyikan dalam acara yang sudah dimulai itu. Thania tampak bahagia menyanbut hari ulang tahun anaknya tersebut."Nggak kerasa ya, udah satu tahun aja usia Devan. Perasaan baru kemarin, masih merangkak. Sekarang udah mulai bisa jalan," ucap Maria kepada anaknya itu.Hans menganggukkan kepalanya. "Iya, Mi. Dan bentar lagi Cyntia mau punya anak. Nanti disusul Thania satu tahun lagi.""Mau kasih adek buat Devan ceritanya?" tanya Maria kemudian.

  • Hanya Istri Figuran   Hans Sedang ingin

    Makan malam pun sudah tidak berselera lagi. Hans pun beranjak dari duduknya dan menghampiri Thania yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.Tampak perempuan itu tengah melipat pakaian milik Devan sembari duduk di sofa dekat lemari anaknya itu.Hans lalu menghampirinya. Duduk di samping perempuan itu sembari menghela napasnya dengan panjang."Maaf, karena sudah buat kamu jadi emosi dan marah padaku. Tapi, sumpah demi Tuhan aku tidak punya pikiran seperti itu. Jangan marah lagi. Kita cari solusi sama-sama, ya."Thania hanya menelan salivanya. Masih belum mau mengeluarkan satu kata pun kepada suaminya itu."Thania. Berapa pun biaya yang mesti kita keluarkan, aku akan menyanggupinya. Jangan marah lagi, yaa. Apalagi berpikir seperti ini. Aku mohon, Thania."Hans menggenggam tangan Thania agar dia mau bicara dengannya. Menaruh baju Devan di depan lalu menatap perempuan itu dengan lekat."Please!" ucapnya dengan pelan.Thania menelan salivanya dengan pelan. "Aku bingung, Hans. Aku takut.

  • Hanya Istri Figuran   Bukan Karena itu

    Tiga hari kemudian, ada panggilan telepon dari dr. Fahmi di ponsel Hans. Ia lalu segera menerima panggilan tersebut sebab sudah tahu, bila lelaki itu akan memberi kabar tentang diagnosa Devan."Selamat siang, Dok.""Selamat siang, Pak Hans. Maaf, mengganggu waktunya. Saya ingin memberi tahu kalau hasil scan Nak Devan sudah keluar. Apakah bisa bertemu sekarang?""Bisa, Dok. Bisa. Saya akan segera ke rumah sakit sekarang juga.""Baiklah kalau begitu. Saya tunggu kedatangannya, Pak Hans. Terima kasih."Hans kemudian menutup panggilan tersebut hendak menghubungi Thania memberi tahu hal ini."Halo, Sayang. Kamu lagi apa?" tanyanya setelah Thania menerima panggilan tersebut."Lagi menyusui Devan. Kenapa, Hans?"Lelaki itu menghela napasnya dengan panjang. "Hasil scan Devan sudah ada, Than. Hari ini, dr. Fahmi mengajak kita untuk bertemu di sana."Thania menelan salivanya dengan pelan. "Ya sudah. Kamu sibuk nggak, hari ini? Kalau sibuk, biar aku saja yang ke sana.""Nggak. Aku jemput kamu se

  • Hanya Istri Figuran   Tidak Melupakan Kewajiban

    Usai pulang dari rumah sakit, meski belum mendapatkan hasilnya, tetap saja membuat hati Thania tidak tenang karena ucapan dr. Fahmi tadi.Thania kemudian menghela napasnya dengan pelan. Hans menghampiri perempuan itu dan duduk di sampingnya.Mencium bahu istrinya itu lalu menatapnya dengan lembut."I'm here, Thania. Jangan takut, menghadapi ini sendirian. Ada aku yang akan menemani kamu menghadapi ini semua. Andai pun memang harus menderita penyakit seperti ayahnya, kita akan menyembuhkannya sampai sembuh. Oke?"Thania tersenyum tipis dan mengangguk dengan pelan. "Iya. Aku akan mencari cara apa pun itu. Bantu aku membesarkan dan menyembuhkan Devan, Hans."Lelaki itu mengangguk dan mengulas senyumnya. "Iya, Sayang. I'm promise." Hans mengusapi sisian wajah perempuan itu lalu mengecup keningnya dengan lembut."Aku nggak pernah menganggap Devan anak tiriku, Thania. Dia sudah aku rawat sejak masih dalam kandungan. Bahkan yang menemani saat dia keluar dari rahim kamu pun aku, yang menemani

DMCA.com Protection Status