Beranda / Rumah Tangga / Hanya Istri Figuran / Siapa William sebenarnya

Share

Siapa William sebenarnya

Penulis: Nhaya_97
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-28 08:57:57

Mhika: [Hans. Ibu Rani meninggal dunia karena gagal jantung. Sekarang William masih di ruang ICU dan menangis. Entah menangis karena kehilangan maminya atau karena takut keluarganya marah padanya.]

Ting!

Pesan masuk di ponsel Hans, dari Mhika. Ia membukanya dan membacanya. Betapa terkejutnya Hans kala membaca pesan tersebut. Ia kemudian menoleh pada Thania yang masih belum sadarkan diri.

Hans: [Astaga. Apakah keluarganya sudah tahu, soal berita duka ini?]

Pesan terkirim.

Mhika: [William tidak mau memberi tahu keluarganya. Tapi, pihak rumah sakit sudah menghubungi Pak James agar segera ke rumah sakit.]

Hans: [Baiklah. Sebaiknya kamu pergi saja dari sana. Kehadiranmu hanya akan memperkeruh keadaan. Maaf, sudah membuat Bu Rani harus mengalami gagal jantung bahkan sampai meninggal dunia. Dia pasti kaget. It's my mistake.]

Mhika: [No worry. Bu Rani meninggal karena terkejut, telah ditipu oleh anaknya sendiri. Dia sangat kecewa karena pengakuan dari Thania yang mana William hanya menjadikan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hanya Istri Figuran   Menikmati Tubuh Mhika lagi

    Pemakaman Rani telah selesa dilaksanakan. Semua anggota keluarga kembali ke rumah begitupun dengan William. Meski masih tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Andrew kemarin."Sekarang katakan apa yang tidak aku ketahui!" ucap William kepada anggota keluarganya itu.iJames menoleh ke arah William dan menatapnya dengan tatapan datarnya. "Apa yang ingin kamu ketahui, huh? Tidak penting dan tidak akan pernah kami beri tahu!" ucapnya tegas."Tapi, kenapa? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa-apa soal ini? Kalian sengaja, ingin buat aku semakin tertekan karena hal ini, huh?" ucap William tampak kesal.James tersenyum miring. Ia kemudian menghampiri anak bungsunya itu dan menatapnya dengan tatapan tegasnya."Kamu ingin kembali pada Mhika, kan? Silakan. Asalkan jangan pernah menyesal, jika suatu saat nanti kamu tahu, apa yang telah dilakukan oleh perempuan itu di belakang kamu."Ceraikan Thania, jauhi dia, jangan pernah ganggu dia lagi. Anak itu terlalu polos, terlalu baik. Sampai-sampai p

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Hanya Istri Figuran   Akan Menikahinya

    Hans dan Thania sudah tiba di rumah sakit Bandung yang tak jauh dari kediaman Thania. Hans sengaja membawanya ke sana agar ayah dan ibunya bisa melihat kondisi anak sulungnya itu."Diminum dulu obatnya," ucap Hans sembari duduk di samping Thania dan memegang piring kecil berisi tiga butir obat yang harus diminum oleh Thania."Terima kasih, Hans," ucapnya kemudian mengambil obat itu dan meminumnya."Aku udah hubungi Ayah. Katanya sebentar lagi dia sampai ke sini," ucap Hans memberi tahu."Oh, ya? Kamu nggak bilang apa-apa lagi selain aku ada di sini, kan?"Hans menggeleng pelan. "Nggak kok. Biar kamu saja yang memberi tahu semuanya ke mereka. Aku nggak punya hak untuk itu."Thania kemudian mengulas senyumnya. "Iya, Hans. Bagaimana dengan kerjaan kamu di Jakarta? Kamu pulang aja, Hans. Besok juga sembuh.""Aku mau menemani kamu sampai kamu benar-benar sembuh. Soal kerjaan, udah ada Cyntia yang handle. Dia itu pengen jadi sekretaris aku karena nggak mau megang saham."Makanya dia ikut ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Hanya Istri Figuran   Mhika sudah Menikah?

    Satu minggu kemudian, Thania sudah kembali ke Jakarta bersama Hans dan tentunya perempuan itu akan tinggal di apartemen Hans."Sudah sampai, Nak?" tanya Ima menghubungi sang anak."Sudah, Bu. Baru saja sampai. Ibu dan Ayah baik-baik di sana, yaa.""Pasti, Nak. Kamu juga baik-baik di sana, yaa. Istirahat yang cukup dan jangan lupa minum obatnya. Jangan lupa juga kalau udah mau lahiran, kabari Ibu dan Ayah ya, Nak.""Iya, Bu. Aku pasti akan kabari Ibu. Ya udah ya, Bu. Aku mau lanjut buka packing baju-baju aku dulu."Thania kemudian menutup panggilan tersebut dan menghampiri Hans yang tengah merapikan baju-bajunya ke dalam lemari."Hans. Terima kasih, udah mau tampung aku di sini. Padahal, tinggal di rumah Ibu juga masih bisa sih."Hans menggeleng dengan pelan. "Nggak, Sayang. Aku nggak mau jauh dari kamu. Aku udah milih kerja di sini, kamu pun harus tinggal di sini. Pokoknya kamu nggak boleh jauh dari aku."Thania terkekeh pelan. "Iya, iyaa. Sensitif banget."Hans mengusapi sisian wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Hanya Istri Figuran   Satu-Satu dulu saja

    Dua hari setelah kembali ke Jakarta, Hans menemani Thania bertemu dengan kuasa hukumnya untuk membantu proses perceraian Thania dengan William."Sebenarnya bisa saja, jika memang mau bercerai. Karena kebetulan hamilnya juga masih belum kelihatan jelas, baru berusia empat bulan, betul?" tanya Salim, pria yang akan menjadi kuasa hukum Thania.Perempuan itu mengangguk. "Betul, Pak. Usia kandungan saya baru menginjak empat bulan.""Baik. Kalau memang memutuskan untuk berpisah karena memang beliau sudah salah. Suami Anda telah melakukan hubungan badan dengan wanita lain sementara Anda masih berstatus sebagai istrinya. Saya akan bantu proses perceraian ini."Thania menerbitkan senyumnya kemudian menghela napas lega. "Terima kasih, Pak. Saya harap prosesnya bisa cepat. Karena sebenarnya suami saya sudah tidak mengharapan saya lagi. Dia sudah nyaman dengan wanita itu.""Anda jangan khawatir. Saya akan menyelesaikan ini seceoatnya. Dua sampai tiga minggu, Anda akan mendapatkan akta cerainya."

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Hanya Istri Figuran   Menuruti Permintaan Terakhir Rani

    Thania meringis pelan mendengar ucapan Hans tadi. "Sorry, Hans. Aku terlalu exited makanya sampai bilang begitu ke kamu."Hans mengulas senyumnya. "Nggak apa-apa. Aku paham kok. Kamu nggak perlu minta maaf. Kamu ingin segera pergi dari hidupnya William, ingin segera bebas dari lelaki itu. I know it."Thania kemudian memeluk Hans. Sandaran ternyaman yang ia miliki kini. Tak ada lagi selain dirinya."Terima kasih, Hans. Untuk semuamnya."Hans mencium kepala Thania dan mengusapi punggung perempuan itu dengan lembut. "Terima kasih juga, sudah mau menerima aku sebagai pengganti William."Thania mengadahkan kepalanya dan mengulas senyumnya. "Karena kamu jauh lebih sempurna dari dia. Kamu sangat baik, mana mungkin aku menyia-nyiakan perasaan kamu."Menerima aku dalam keadaan hamil seperti ini hanya kamu, Hans. Aku harap kebaikan kamu hanya tidak saat menginginkanku saja. Melainkan selamanya. Sampai kita menikah nanti."Hans mengangguk sembari mengusapi kening perempuan itu dengan lembut. "Iy

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Hanya Istri Figuran   Cek Dua Miliar

    Satu minggu kemudian. Proses cerai Thania dan William sudah masuk ke meja pengadilan. Hanya tinggal menunggu panggilan sidang dan tentunya hanya akan dilakukan satu kali saja untuk mendapatkan akta cerai nanti."Jadi, Thania sudah lebih dulu mendaftarkan perceraian ini?" tanya William kepada Salim yang tengah memberikan surat cerai untuk William tandatangani."Benar, Pak William. Klien saya sudah mengajukan cerai ini satu minggu yang lalu. Silakan, untuk tanda tangan di bawah ini agar prosesnya cepat selesai. Bukankah Anda juga harus menikahi wanita yang Anda cintai?"William hanya diam. Ia pun menandatangani permohonan cerai itu, menyetujui semua yang sudah Thania ajukan di sana tanpa melihat alasan yang Thania buat di sana.William juga tak pernah bertanya, alasan apa yang Thania buat untuk mengajukan permohonan itu. Baginya, berpisah dengan Thania sudah sangat melegakan untuknya."Terima kasih, atas kerjasamanya, Pak William. Anda tidak perlu datang ke persidangan agar prosesnya ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Hanya Istri Figuran   Pengakuan William

    Cyntia menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari kakaknya itu. "Nggak. Pacaran gimana sih. Nanti aja, baru kenal doang juga. Langsung ditanya kayak gitu aja."Ia lalu mengerucutkan bibirnya sembari melirik ke arah Hans yang bisa-bisanya langsung bertanya mengenai dirinya dan hubungannya dengan Amar.Hans terkekeh pelan. "Kirain sudah resmi pacaran, ternyata belum. Nunggu apa lagi? Kalau sudah berani jalan, harusnya sih udah mau pacaran juga.""Nanti aja, Kak. Nunggu Kakak nikah dulu sama Kak Thania. Lagian dr. Amar juga kayaknya belum mau, sampai ke sana. Pasti dia juga belum bilang ke Kakak, kalau kita udah jalan.""Belum memang. Tapi, suatu saat nanti pasti akan memberi tahu. Kamu tidak perlu menungguku, Cyntia. Kalau takdir berkata lain, kalian duluan yang harus menikah, mana mungkin bisa dielakan."Cyntia menghela napas kasar. "Iya, iya. dr. Amar belum bilang apa pun ke aku, jadi nggak usah berpikiran jauh. Oke?! Aku mau lanjut kerja lagi. Semoga Kakak segera mendapatkan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Hanya Istri Figuran   Dipecat dari Jabatannya

    "Wait, wait! Bagaimana dengan uangmu yang sudah kusiapkan? Sebaiknya kamu ke sini dulu. Ada apa?"Hans ikut panik mendengar suara Mhika yang tergesa-gesa seolah tengah dikejar-kejar. Namun, yang sebenarnya terjadi ialah ia tengah menghindar dan kabur dari William."Aku kirim alamat apartemenku sekarang dan ambil cek yang sudah kusiapkan untukmu," ucap Hans sekali lagi."Ya udah. Tapi, aku nggak bisa lama-lama.""Oke!" Hans kemudian menutup panggilan tersebut. Tak lama setelahnya, ia pun mengirim alamat tempat tinggalnya di sebuah apartemen mewah di pusat kota Jakarta.Membutuhkan waktu setengah jam untuk Mhika sampai di apartemen tersebut. Ia pun masuk ke dalam usai dibukakan pintu oleh Hans."Ada apa, Mhika? Kenapa kamu terburu-buru seperti ini?" tanya Hans bingung."Minum dulu, Mhika." Thania memberikan satu gelas air putih kepada Mhika."Terima kasih," ucap Mhika lalu meneguk satu gelas penuh air itu.Thania yang melihatnya lantas menoleh kepada Hans dan menghela napasnya. "Ada apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02

Bab terbaru

  • Hanya Istri Figuran   TAMAT

    Hans kemudian mengecup kening perempuan itu lalu mengusapinya dengan lembut. Menatap wajah Thania penuh dengan cinta."Jauh dari kamu itu aku gak bisa. Apalagi di saat-saat seperti ini. Aku akan selalu ada di samping kamu, Sayang. I'm promise."Thania menganggukkan kepalanya. "Iya, Hans.""Kalian ini. Udah mau punya anak dua pun masih saja romantis-romantisan. Bener-bener pasangan romantis," celetuk Maria menggoda anak dan menantunya itu yang menebar keromantisan di depan mereka tanpa ada rasa malu sedikit pun.Hans menerbitkan senyumnya. "Anak itu pelengkap rumah tangga. Untuk romantis pada pasangan itu wajib. Supaya tetap harmonis dan langgeng.""Amin. Memang kamu ini dari dulu pun sangat peduli pada Thania. Apalagi sekarang, sudah jadi istrinya.""Itu Mami tahu. Masih aja komentar kalau lihat aku memperlihatkan kepedulian aku pada Thania."Maria terkekeh pelan. "Nggak nyangka aja. Kamu akan tetap seperti ini kepada Thania. Tidak pernah malu memperlihatkan keromantisan di mana pun d

  • Hanya Istri Figuran   I Trust You!

    Hans mengangguk dan mengulas senyumnya. "Pasti! Terima kasih, sudah mempercayakan aset ini kepada Devan, Kak Thomas. Aku akan menjaga rumah sakit ini dengan baik sampai Devan dewasa dan berhak tahu akan hal ini." "Terima kasih, Hans. Jaga Thania dan Devan dengan baik, sayangi mereka. Jangan pernah mengecewakan mereka. Kamu sudah Tuhan takdirkan untuk menjaga keponakan kami." Hans kembali tersenyum dan mengangguk. "Iya, Kak. Aku akan memegang teguh janjiku pada Tuhan bahwa aku akan selalu menjaga dan melindungi mereka. Aku pastikan, mereka selalu bahagia." Thomas menganggukkan kepalanya. "Jangan pernah lupakan kami, Thania. Kami akan selalu menyayangi kamu juga menganggap kamu sebagai keluarga kami. Jangan pernah lupakan itu." "Iya, Kak. Kakak jaga diri, ya. Semoga keluarga Kakak selalu dalam lindungan Tuhan. Dan sekali lagi terima kasih untuk aset yang diwariskan kepada Devan. Seharusnya kalian tidak usah repot-repot memberikan ini." "No problem. Sudah seharusnya Devan mendapatka

  • Hanya Istri Figuran   Tolong Jaga Aset ini

    Pukul 07.00 Pagi.Thania mengikuti saran dari Hans untuk memeriksa kehamilannya menggunakan alat tes kehamilan. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi dan menunggu hasil tersebut.Tampak perempuan itu menghela napasnya dengan panjang sembari menunggu hasilnya keluar. Setelah lima menit, Thania mengambil alat tersebut dan melihat hasilnya.Thania tersenyum kala melihatnya. Ia pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri Hans yang tengah mengenakan kemeja kerjanya."Hans?" panggil Thania dengan suara lembutnya."Hows, Honey?" tanya Hans yang sudah tidak sabar ingin tahu hasilnya.Thania menerbitkan senyum kepada suaminya itu. "Seperti yang kamu duga. Dua garis.""Serius?" tanya Hans begitu antusias.Thania mengangguk. "Ya! You're gonna be a father."Spontan lelaki itu memeluk sang istri. Betapa senang ia rasakan karena hasil yang memang sangat ia harapkan."Kita ke rumah sakit sekarang, ya," ucap Hans dengan lembut.Thania mengangguk. "

  • Hanya Istri Figuran   Seperti Anaknya Sendiri

    Ia lalu duduk kembali dan menatap sang anak yang tengah menatap paman yang tidak ia ketahui itu."Baik. Kamu apa kabar? Ini, anak kamu?"Thania mengangguk. "Aku baik. Dan ya, dia Devan. Zayden Devandra. Anakku."Thomas tersenyum lirih kemudian menatap sayu wajah keponakannya itu. "Kamu tampan sekali, Nak. Matamu, mirip sekali dengan ayahmu."Thania tersenyum tipis. Memang, mata Devan sangat mirip sekali dengan William. Dan itu tidak bisa dia pungkiri."Maafkan kami, karena tidak pernah mengunjungi kamu. Semenjak ditinggal Mami, kondisi Papi semakin drop. Sakit-sakitan."Thania menutup mulutnya. "Kak. Kakak serius?"Thomas mengangguk. "Iya. Bukannya kami tidak ingin menjenguk kamu dan melihat anak kamu. Tapi, aku tidak punya waktu, Papi sakit dan Andrew sedang ada masalah dengan istrinya."Kami hancur, Thania. Perusahaan yang dipegang oleh William ditutup karena banyak kasus di dalamnya termasuk kematian Erald, kakaknya Hans. Me

  • Hanya Istri Figuran   Harapan Thania

    Hans lalu menarik wajah perempuan itu dan kembali meraup bibirnya dengan lembut. Menyesapnya penuh dengan nafsu dengan tangan bergelirya di atas gundukan kenyal nan padat itu hingga membuat Thania membusung spontann merasakan tangan kekar itu menyentuhnya.Tubuhnya kini dibawa di atas tempat tidur. Merebahkan tubuh perempuan itu kemudian menurunkan kepalanya dan kini tengah berada di depan kedua gundukan itu dan menyesapnya satu persatu dengan lembut.“Euumpphh!” lenguhnya seraya mencengkeram erat sprei yang ada di sampingnya.Isapan yang penuh itu membuat gairah Hans semakin bangkit. Telinganya yang sedari tadi mendengar desahan dari mulut Thania semakin membuatnya tak karuan.Ia lantas menyelesaikan permainan di atas gundukan kenyal itu. Hendak membawa masuk miliknya ke dalam goa yang pernah terbawa mimpi karena ingin merasakannya lagi.Hans menyatukan dirinya di bawah sana dengan mata menatap wajah Thania yang sudah bersiap merasakan gempuran

  • Hanya Istri Figuran   Amunisi Sebelum Pergi

    Satu tahun kemudian ....Hari ini adalah hari ulang tahu Devan yang kesatu. Perayaan yang begitu mewah dan megah di sebuah hotel yang ada di kota tersebut.Para tamu undangan sudah hadir memberikan selamat kepada Devan yang kini sudah menginjak satu tahun."Selamat ulang tahun untuk anaknya, Pak Hans," ucap salah satu tamu memberikan selamat kepada Hans untuk Devan."Terima kasih, Pak. Terima kasih juga sudah hadir di acara ulang tahun anak kami," ucapnya sembari tersenyum kepada lelaki itu.Sebuah lagu dinyanyikan dalam acara yang sudah dimulai itu. Thania tampak bahagia menyanbut hari ulang tahun anaknya tersebut."Nggak kerasa ya, udah satu tahun aja usia Devan. Perasaan baru kemarin, masih merangkak. Sekarang udah mulai bisa jalan," ucap Maria kepada anaknya itu.Hans menganggukkan kepalanya. "Iya, Mi. Dan bentar lagi Cyntia mau punya anak. Nanti disusul Thania satu tahun lagi.""Mau kasih adek buat Devan ceritanya?" tanya Maria kemudian.

  • Hanya Istri Figuran   Hans Sedang ingin

    Makan malam pun sudah tidak berselera lagi. Hans pun beranjak dari duduknya dan menghampiri Thania yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.Tampak perempuan itu tengah melipat pakaian milik Devan sembari duduk di sofa dekat lemari anaknya itu.Hans lalu menghampirinya. Duduk di samping perempuan itu sembari menghela napasnya dengan panjang."Maaf, karena sudah buat kamu jadi emosi dan marah padaku. Tapi, sumpah demi Tuhan aku tidak punya pikiran seperti itu. Jangan marah lagi. Kita cari solusi sama-sama, ya."Thania hanya menelan salivanya. Masih belum mau mengeluarkan satu kata pun kepada suaminya itu."Thania. Berapa pun biaya yang mesti kita keluarkan, aku akan menyanggupinya. Jangan marah lagi, yaa. Apalagi berpikir seperti ini. Aku mohon, Thania."Hans menggenggam tangan Thania agar dia mau bicara dengannya. Menaruh baju Devan di depan lalu menatap perempuan itu dengan lekat."Please!" ucapnya dengan pelan.Thania menelan salivanya dengan pelan. "Aku bingung, Hans. Aku takut.

  • Hanya Istri Figuran   Bukan Karena itu

    Tiga hari kemudian, ada panggilan telepon dari dr. Fahmi di ponsel Hans. Ia lalu segera menerima panggilan tersebut sebab sudah tahu, bila lelaki itu akan memberi kabar tentang diagnosa Devan."Selamat siang, Dok.""Selamat siang, Pak Hans. Maaf, mengganggu waktunya. Saya ingin memberi tahu kalau hasil scan Nak Devan sudah keluar. Apakah bisa bertemu sekarang?""Bisa, Dok. Bisa. Saya akan segera ke rumah sakit sekarang juga.""Baiklah kalau begitu. Saya tunggu kedatangannya, Pak Hans. Terima kasih."Hans kemudian menutup panggilan tersebut hendak menghubungi Thania memberi tahu hal ini."Halo, Sayang. Kamu lagi apa?" tanyanya setelah Thania menerima panggilan tersebut."Lagi menyusui Devan. Kenapa, Hans?"Lelaki itu menghela napasnya dengan panjang. "Hasil scan Devan sudah ada, Than. Hari ini, dr. Fahmi mengajak kita untuk bertemu di sana."Thania menelan salivanya dengan pelan. "Ya sudah. Kamu sibuk nggak, hari ini? Kalau sibuk, biar aku saja yang ke sana.""Nggak. Aku jemput kamu se

  • Hanya Istri Figuran   Tidak Melupakan Kewajiban

    Usai pulang dari rumah sakit, meski belum mendapatkan hasilnya, tetap saja membuat hati Thania tidak tenang karena ucapan dr. Fahmi tadi.Thania kemudian menghela napasnya dengan pelan. Hans menghampiri perempuan itu dan duduk di sampingnya.Mencium bahu istrinya itu lalu menatapnya dengan lembut."I'm here, Thania. Jangan takut, menghadapi ini sendirian. Ada aku yang akan menemani kamu menghadapi ini semua. Andai pun memang harus menderita penyakit seperti ayahnya, kita akan menyembuhkannya sampai sembuh. Oke?"Thania tersenyum tipis dan mengangguk dengan pelan. "Iya. Aku akan mencari cara apa pun itu. Bantu aku membesarkan dan menyembuhkan Devan, Hans."Lelaki itu mengangguk dan mengulas senyumnya. "Iya, Sayang. I'm promise." Hans mengusapi sisian wajah perempuan itu lalu mengecup keningnya dengan lembut."Aku nggak pernah menganggap Devan anak tiriku, Thania. Dia sudah aku rawat sejak masih dalam kandungan. Bahkan yang menemani saat dia keluar dari rahim kamu pun aku, yang menemani

DMCA.com Protection Status