Beranda / Romansa / Handa / 50. Menemani Suami

Share

50. Menemani Suami

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-26 19:35:53

"Astagfirullah!" seru Handa saat dia melihat ponselnya sudah berada dibawah kakinya, Handa yang memasuki kamar dengan terburu-buru menginjak ponsel yang berada di dekat kasurnya. Dia segera memungut ponselnya yang nyaris hancur, Handa tampak lemas tak berdaya saat menjatuhkan bobot tubuhnya di tepian kasur. Segala rasa campur aduk di hati Handa, karena selain menjadi satu-satunya alat komunikasi andalannya, di ponsel itu ada menyimpan banyak data-data penting.

"Ada apa, Han?" Satria segera bangun dari kasur yang biasanya digunakan oleh Handa untuk istirahat, dengan apiknya dia pura-pura baru bangun dari tidur dan terkejut melihat keadaan ponsel sang istri yang sudah hampir hancur. "Bagaimana bisa sampai sehancur itu?" tanya Satria dengan naifnya.

Handa hanya terdiam sambil memperhatikan ponselnya, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Seingatnya ponselnya dia letakkan di atas meja, bagaimana bisa berpindah ke bawah hingga akhirnya terinjak olehnya. Handa menga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Satria sudah kebelet hahahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Handa   51. Merencanakan Pelunasan

    Handa dan Satria keluar dari gerai resmi ponsel ternama, tangan kiri Handa sudah menenteng tas berlogo sebuah merk ponsel ternama tersebut sedangkan tangan kanannya berada dalam genggaman Satria. Langkah Satria yang lebar membuat Handa setengah berlari untuk mengimbanginya, tampaknya dia sedang buru-buru atau mungkin sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu berdua dengan istrinya.Di dalam mobil, Handa mulai memasukkan kartu SIM ke dalam ponsel barunya. Setelah semua data sudah dipindahkan, Handa ingin menghubungi Pak Alim untuk kembali meminta ijin karena dia tidak bisa masuk kerja hari ini. Saat dilihatnya panggilan terakhir yang masuk ternyata dari Pak Alim, ada rasa takut yang tiba-tiba menyusup di dalam hatinya. Handa segera mengubah nama kontak yang semula "Dosen Ganteng" dia ganti dengan nama "Pak Alim" dalam hati dia berharap sang suami tidak pernah mengetahui atau membaca nama kontak yang dia berikan untuk dosen pembimbingnya tersebut."Mau menghubungi siapa?" tanya Satria

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Handa   52. Panas

    Di sebuah warung kaki lima yang menjual ayam goreng, kini Handa dan Satria duduk lesehan saling berhadapan. Ada dua porsi nasi dan ayam goreng yang terhidang di depan mereka dan dua gelas tangkai besar es jeruk minuman yang mereka pesan. Pewaris tunggal Arga Group yang terbiasa makan di restoran mewah itu harus rela makan di warung kaki lima hanya untuk memenuhi keinginan istrinya. Tetapi tak bisa dia pungkiri menu yang berada di warung pilihan Handa memang nikmat, terutama sambal terasinya yang membuatnya semakin berselera untuk menghabiskan makanan yang kini tersaji di hadapannya."Sambelnya mantap kan, Mas?" tanya Handa sambil menikmati makanan yang tersaji di hadapannya. Satria menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda jika dia sependapat dengan istrinya tersebut. "Pedasnya pas, ada legit gula jawanya, dan aroma sedap jeruk sambal yang menggugah selera," sambung Handa, kembali dia mengambil potongan ayam dan mencocolkannya ke sambal terasi.Menu ayam goreng membuat pasangan sua

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29
  • Handa   53. Dering

    Satria mengerjapkan matanya, tangannya meraba-raba ke samping seperti sedang mencari sesuatu, tetapi sepertinya Satria tidak menemukan apa yang dicarinya. Satria membuka lebar matanya, pandangannya menyapu seisi ruangan, kelegaan tampak di raut wajah pewaris tungga Arga Group itu saat netranya menemukan Handa sedang berdiri di dekat jendela menatap keluar. Bukan lingerie, tapi tank top dan hot pants warna hitam yang melekat di tubuh sang istri tetap terlihat begitu menarik di mata Satria. Tak ingin mebuang-buang waktu, Satria bergegas bangkit lalu melangkah menuju dimana sang istri kini berada. Pagi hari yang cerah tetapi tak secerah hati Handa, rasa bersalah melingkupi hatinya. Sebuah moment yang sudah lama mereka nantikan harus berakhir berantakan karena dia salah memilih menu makan malam. Meskipun begitu mendambakan kebersamaan dengan sang suami, tetapi dalam hati Handa ada rasa takut untuk melakukannya. Takut jika dirinya tidak bisa memuaskan Satria, dan akhirnya sang suami aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Handa   54. Informasi Penting dari Dharma

    “Doakan hari ini bisa acc, Mas!” Setelah sekian lama Pak Bayu disibukkan dengan istrinya yang sakit, kini sang dosen memberikan waktunya untuk para mahasiswanya untuk bimbingan. Tanpa berpikir panjang Pak Alim langsung menyampaikan kabar tersebut kepada Handa, agar mahasiswa yang selama ini menjadi incarannya bisa segera mendapat acc dari koleganya. “Kalau hari ini bisa acc, kapan kau akan diwisuda?” tanya Satria sambil melihat lalu lalang orang yang berada di luar mobil. “Kalau sidang lancar, mungkin akhir tahun.” “Kalau tahun ini kamu wisuda, nanti Mas akan memberi hadiah berupa bulan madu. Kau tinggal sebut saja tempatnya,” ucap Satria dengan wajah yang semakin mendekat ke arah Handa, lalu di menggigit bibir bawahnya. Handa tertawa terkikik, dilihatnya wajah tampan lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya itu. “Ada hadiah lain selain bulan madu?” tanya Handa, tahu yang saat ini sedang suaminya itu pikirkan. Tanpa Handa sadari nada bicara dan gesture tubuhnya memberi kesan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Handa   55. Acc

    Bukan bermaksud untuk pamer saat berulang kali Handa mengeluarkan ponsel barunya. Karena tidak memiliki jam tangan akhirnya Handa harus mengeluarkan ponsel pemberian Satria yang merupakan ponsel canggih keluaran terbaru hanya untuk melihat jam, hingga membuat beberapa teman kuliah memperhatikannya.Terdengar suara ponsel berdering, Handa bergegas mengangkat saat mengetahui Satria telah menghubunginya. Sambil berbincang Handa memperhatikan sekitarnya hingga dilihatnya mobil yang disewa Satria selama di Semarang.Kemana Handa melangkah tampaknya menjadi perhatian beberapa teman kuliahnya. Dan mereka pun hampir tidak percaya saat Handa memasuki sebuah yang bisa dibilang termasuk dalam golongan mobil mewah.Dari dalam mobil, Satria terus memperhatikan binar bahagia di wajah Handa, hingga saat wanita yang telah dia nikahi itu kini telah duduk di sampingnya, senyum itu tidaklah pudar justru terlihat semakin merekah.“Bahagia sekali habis bertemu dengan Pak Alim,” ujar Satria dengan wajah m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Handa   56. Syahdu

    Handa terdiam saat melihat ranjang berukuran king size yang tertutup rapi oleh sprei berwarna putih. Dengan susah payah Handa meneguk ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang secara tiba-tiba terasa kering saat mendengar suara pintu ditutup. Dan tak lama kemudian sepasang lengan kekar sudah melingkar di pinggangnya.Yang kini terbayang di benak Handa adalah sesuatu yang sudah lama dia tunggu-tunggu, tetapi tidak bisa dipungkiri jika ada rasa takut yang masih menghantuinya. Takut karena dia belum pernah melakukan hal itu sebelumnya, takut jika dirinya tidak bisa memuaskan sang suami, dan hal yang paling menakutkan bagi Handa adalah jika ternyata hati Satria belum sepenuhnya untuk dirinya dan masih ada sang kakak di sudut hati sang suami.“Aku harap kau sudah siap hari ini,” bisik Satria tepat di telinga Handa. “Sudah lama kita menunggu … dan malam ini aku akan memberikan pelunasan atas nafkah yang tertunda,” lanjut Satria dengan suara serak tangan yang sudah mulai bergerilya.Debar

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • Handa   57. Sang Penjaga Jodoh

    “Kenapa rambutnya dipotong, Mas?” tanya Handa yang terlihat sedikit kecewa. “Padahal kalau gondrong cakep lho,” sambung Handa dengan gaya bicara yang genit.“Memangnya sekarang tidak cakep?” tanya Satria, tangannya langsung merengkuh pinggang Handa hingga membentur tubuhnya, seakan tidak terima dengan statement yang baru saja Handa ucapkan.“Cakep sih, Mas! Cuma ….”Handa tidak melanjutkan kalimatnya karena tidak berani untuk jujur mengatakan alasan yang sebenarnya. Menjambak rambut Satria adalah salah satu cara Handa melampiaskan rasa puas akibat perbuatan Satria.Sebenarnya Satria sudah lupa dengan janjinya yang akan memangkas rambut jika dirinya sudahn memberikan nafkah batin kepada sang istri. Tetapi saat terbangun Satria melihat ada banyak rambutnya yang rontok karena dijambak Handa sambil menjerit saat mereka mencapai puncak kenikmatan.“Mas Satria pernah dengar kisah Samson?”“Pernah, pria perkasa yang kehilangan kekuatannya karena rambutnya dipotong.”“Iya, takutnya … argh!” T

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Handa   58. Kejutan

    Handa berdiri tak bergeming dengan mulut yang menganga lebar, beruntung dia berada di tempat yang bersih, jika tidak mungkin sudah ada lalat yang masuk ke dalam mulutnya. Handa benar-benar tidak percaya dengan apa yang ditangkap oleh matanya yang baru saja dibuka oleh Satria. Kini Handa sudah berada di dalam sebuah rumah mewah yang sudah lengkap dengan furniture dan perabotnya.“Harga sebuah keperawanan,” bisik Satria tepat di telinga Handa, lalu dipeluknya dengan erat tubuh mungil wanita yang telah dia nikahi.“Apa ini tidak berlebihan?”“Seharusnya lebih,” ucap Satria sambil menghidu wangi rambut Handa yang baru saja selesai menjalani perawatan kecantikan secara paripurna.“Bolehkah Handa minta lebih?” tanya Handa sambil memejamkan matanya, seolah tidak ingin kebahagiaan ini berlalu begitu saja.“Katakan!” Untuk urusan yang berhubungan uang, sudah tentu bukanlah masalah besar bagi Satria, apapun yang diinginkan Handa semudah menjentikkan jari.“Handa hanya minta, Mas Satria lebih la

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07

Bab terbaru

  • Handa   75. Menua Bersama

    Handa ditemani Satria, Dharma, Gunawan dan juga Lasmi berdiri di depan sebuah pusara. Sungguh Handa tidak pernah menduga jika ternyata dia adalah anak dari Arumi, adik bungsu Lasmi yang pernah dititipkan di rumah Gunadi untuk menuntut ilmu di Jakarta.Saat itu Gunadi dan Marini membawa pulang jasad Arumi yang katanya mengalami kecelakaan saat pulang kuliah. Gunadi menyimpan rapat rahasia itu, bahkan Marini pun baru mengetahuinya bersamaan dengan Handa. Kala itu Marini yang melihat gelagat mencurigakan antara Gunadi dan Arumi, langsung meminta kepada Arumi untuk segera mencari kost. Tetapi, keadaan itu justru menjadi peluang bagi Gunadi dan Arumi untuk bisa bersama tanpa sepengetahuan Marini.Hingga saat Gunadi memberitahukan jika Arumi meninggal karena kecelakaan, Marini justru dihinggapi rasa bersalah karena tidak mampu menjaga Arumi yang dititipkan kepadanya. Mulai saat itulah ada perang dingin antara Marini dan Lasmi yang membuat Marini enggan untuk bersilaturahim ke Semarang.“Bag

  • Handa   74. Ishana Aylanajla Argawinata

    Setelah kepulangan Harris dan Lisa dari perjalanan umrah, Handa tampak lebih tenang menantikan hari persalinan yang sudah dijadwalkan dari pihak rumah sakit. Dan kini tampak kesibukan di rumah keluarga Argawinata yang akan membawa Handa ke rumah sakit untuk menjalani proses persalinan.Karena memang sudah dijadwalkan sebelumnya, sehingga tidak menunggu Handa merasakan kontraksi. Bahkan untuk menuju ke mobil Handa masih bisa berjalan dengan biasa. Meskipun terjebak macet di beberapa titik jalan raya, tetapi tidak ada kepanikan pada Handa maupun Satria, karena jadwal operasi masih esok hari.Setelah bertaruh nyawa di meja operasi, akhirnya Handa melahirkan bayi perempuan yang cantik. Ketegangan selama beberapa hari terakhir kini berganti dengan rasa lega saat dokter menyataka jika ibu dan bayi dalam keadaan sehat.Dengan senyum lebar Satria menghampiri Harris dan Lisa yang sudah menunggunya sejak Handa masuk ruang operasi. Pelukan hangat sudah menyambut Satria, pria yang kini telah mend

  • Handa   73. Ingin Bertemu Ibu

    “Mungkin memang saya harus meminum air bekas cuci kaki mama,” ucap Handa dengan sendu setelah mendengar penjelasan dari dokter.“Apa tidak ada jalan lain?” tanya Satria kepada dokter yang menangani Handa. Digenggamnya tangan Handa dengan erat berharap istrinya bisa lebih tenang dalam menghadapi proses persalinan yang semakin dekat.Tentu Satria tidak akan membiarkan Handa meminum air bekas cuci kaki Marini. Sampai saat ini Satria belum bisa mempercayai ibu mertuanya tersebut, dia tidak ingin mengambil risiko jika Marini sudah memberi sesuatu di kakinya yang bisa membahayakan Handa dan juga anak mereka. Jika yang disebut mama adalah Lisa, Satria yakin sang mama pasti akan menolak permintaan Handa.“Bu Handa memiliki panggul yang kecil, akan sangat berisiko jika dipaksakan melahirkan secara normal.”Penjelasan dari dokter yang baru saja mereka dengar sepertinya membuat Handa menjadi down. Karena selama ini Handa ingin melahirkan secara normal, menikmati setiap proses untuk menjadi seora

  • Handa   72. Kebiasaan Aneh

    “Syukurlah!” ucap Nadia yang karena kehamilannya terlihat kesulitan memeluk Handa.“Ini karena doa Mbak Dia juga … terima kasih atas doanya,” balas Handa dengan senyum lebar yang menggambarkan kebahagiaan.Nadia tersenyum tersipu malu, dia masih ingat saat mengucapkan kata-kata tersebut dalam keadaan tersulut emosi mendengar niat Satria yang mengadopsi anak sulungnya. tetapi apa pun itu Nadia tetap bahagia karena Tuhan mengabulkan doanya, bukan hanya bahagia untuk pasangan Handa dan Satria yang akhirnya akan memiliki anak, tetapi juga bahagia karena dia tidak perlu takut lagi Satria akan mengadopsi Rio.“Nanti kita bisa senam hamil bersama,” ajak Nadia sungguh-sungguh, karena senang akan memiliki teman di tempat tersebut.Handa yang belum mengetahui seluk beluk tentang kehamilan pun mengalihkan pandangan pada Lisa, seolah bertanya dan meminta persetujuan. Anggukan dan senyum hangat yang diberikan oleh ibu mertuanya adalah jawaban yang membuat Handa yakin untuk menerima ajakan dari Nad

  • Handa   71. Akhirnya

    “Han!” Dengan perlahan Satria semakin mendekat ke arah brankar tempat Handa berada. “Bisa diulang? Aku takut salah dengar.” “Ya, Mas! Apa yang telah lama kita tunggu akhirnya datang juga. Aku hamil, Mas!” Handa pun tidak bisa menahan air mata bahagianya. Satria segera memeluk erat tubuh istrinya untuk mengungkapkan rasa bahagianya. Penantian panjang itu akhirnya berakhir bahagia, kala Tuhan telah berkehendak memberikan karunianya pada Handa dan Satria. “Terima kasih, terima kasih atas pengorbananmu yang bersedia mengalah untuk selalu di bawah ….” Tiba-tiba terdengar suara Hanin yang sedang berdehem. Wanita yang sedang mengandung bayi kembar itu merasa tidak nyaman mendengar kata-kata Satria. Handa dan Satria pun kembali tersadar jika saat ini mereka tidak sedang berdua. Ada Hanin yang masih bersama mereka. “Aku keluar dulu, ya!” Tidak bisa dipungkiri, rasa canggung itu masih ada kala Hanin harus berdekatan dengan Satria. Selain itu Hanin ingin memberi kesempatan kepada adik dan i

  • Handa   70. Penyelamat

    “Mas Dharma nggak ikut? Mbak Hanin kan sedang hamil, apa tidak khawatir?” cecar Handa kepada Hanin. “Apalagi Mbak Hanin kan hamil kembar?”“Hamil nggak harus membuat kita jadi manja. Mas Dharma banyak kerjaan di sana, anaknya sudah mau lima, Han! Harus kerja lebih keras lagi. Sebelum ke sini, periksa ke dokter dulu, dan katanya aman untuk perjalanan jauh, ya sudah,” jawab Hanin dengan santai.Sejak Hanin menikah dengan Dharma, hubungan Handa dengan kakaknya itu semakin lama semakin membaik. Tidak ada lagi amarah di hati Hanin saat bertemu dengan adiknya, bahkan sekarang mereka bisa berbincang dengan begitu akrab seolah sudah melupakan masa lalu yang kelam. Dharma benar-benar mampu meluluhkan hati Hanin yang keras karena kebencian yang tertanam sejak kecil.“Han!” Hanin terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Ada rasa takut jika apa yang akan dia katakan berakibat terjadi sebuah kesalahpahaman.“Ada apa, Mbak?” tanya Handa yang justru terlihat semakin penasaran.“Dandan ya! Biar ng

  • Handa   69. Bertemu dengan Hanin

    “Saat ini kami sedang butuh modal, jadi saya akan menjual rumah itu,” ucap Hanin di hadapan kedua orang tuanya.Setelah menikah dengan Dharma Hanin menetap di Semarang, dan hanya sesekali mendatangi kedua orang tuanya di Jakarta. Bahkan jika Marini merasakan rindu yang sangat pada cucunya, dia dan Gunadi yang berkunjung ke Semarang.“Kenapa tidak pinjam bank saja, kan bisa dicicil?” tanya Marini yang merasa sayang untuk menjual rumah milik Hanindya.Sedangkan Gunadi baru mengetahui jika selama ini putrinya memiliki rumah di pinggiran kota Jakarta. Padahal rumah itu sudah lama dimiliki oleh putri sulungnya, bahkan sejak mereka masih tinggal bersama. Ingin rasanya bertanya kepada Hanin, tetapi tampaknya Gunadi lebih memilik untuk menunggu kejujuran dari putri sulungnya tersebut.“Sebenarnya Mas Dharma juga berpikiran seperti itu, tetapi kebutuhan kami sudah terlalu banyak. Anak-anak sudah sekolah semua, kalau kami mengajukan pinjaman lagi, takutnya justru membuat kami tidak bisa fokus d

  • Handa   68. Doa Wanita Teraniaya

    “Mbak Dia!” panggil Handa kepada wanita yang sudah hampir memasuki mobilnya. “Maafkan, Mas Satria! Dia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya,” sambung Handa berusaha untuk menenangkan hati salah satu tamunya.Wanita yang bernama Nadia itu hanya menganggukkan kepala sambil memeluk erat Rio, seolah takut kehilangan putranya. Bukan untuk pertama kalinya dia mendengar jika Satria ingin mengadopsi Rio. Apalagi setelah Nadia hamil anak ke tiga, Satria semakin dekat Rio.“Tidak apa-apa.” Nadia terlihat berat untuk berbicara di depan Handa. “Semoga kalian segera diberi momongan,” sambung Nadia dengan wajah yang sendu.“Amin, terima kasih atas doanya.” Handa hanya bisa mengaminkan doa baik yang terucap dari mulut Nadia, meskipun terdengar tidak tulus.Handa merasa, Nadia mengucapkannya sebagai bentuk rasa tidak sukanya dengan Satria yang terlalu dekat dengan putra sulungnya. Dan juga sikap Satria yang secara terang-terangan ingin mengadopsi Rio.“Kami pamit dulu, terima kasih atas undangannya

  • Handa   67. Bocah Tampan Bermata Bening

    “Tidak!” jawab Satria dengan tegas. “Aku yakin kau akan memberi keturunan kepada keluarga Argawinata, jangan kau bunuh keyakinanku itu!” sambung Satria di akhiri dengan kecupan lembut di kening Handa.Satria memiliki alasan lain tidak ingin mengadopsi Arjuna Palguna Gunawan. Meskipun sudah tidak memiliki rasa cinta kepada Hanindya, tetapi tidak mudah bagi Satria untuk melupakan begitu saja kebersamaan mereka yang pernah terjalin dahulu.Mengingat masa-masa kebersamaannya dengan Hanin membuat Satria merasa bersalah kepada Handa. Hubungannya dengan Hanin yang sudah melampaui batas kadang membuatnya merasa menjadi lelaki yang tidak layak untuk Handa, apalagi saat dia teringat dengan rencananya bersama Hanin untuk menghancurkan hidup Handa kala itu, benar-benar membuat Satria merasa menjadi lelaki yang jahat karena memiliki niat untuk menghancurkan hidup istrinya.“Ayo bangun! Mama dan papa pasti sudah menunggu kita untuk sarapan bersama mereka!” ajak Satria kepada istrinya. “Apa mau dige

DMCA.com Protection Status