Beranda / Romansa / Handa / 57. Sang Penjaga Jodoh

Share

57. Sang Penjaga Jodoh

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-06 22:14:10

“Kenapa rambutnya dipotong, Mas?” tanya Handa yang terlihat sedikit kecewa. “Padahal kalau gondrong cakep lho,” sambung Handa dengan gaya bicara yang genit.

“Memangnya sekarang tidak cakep?” tanya Satria, tangannya langsung merengkuh pinggang Handa hingga membentur tubuhnya, seakan tidak terima dengan statement yang baru saja Handa ucapkan.

“Cakep sih, Mas! Cuma ….”

Handa tidak melanjutkan kalimatnya karena tidak berani untuk jujur mengatakan alasan yang sebenarnya. Menjambak rambut Satria adalah salah satu cara Handa melampiaskan rasa puas akibat perbuatan Satria.

Sebenarnya Satria sudah lupa dengan janjinya yang akan memangkas rambut jika dirinya sudahn memberikan nafkah batin kepada sang istri. Tetapi saat terbangun Satria melihat ada banyak rambutnya yang rontok karena dijambak Handa sambil menjerit saat mereka mencapai puncak kenikmatan.

“Mas Satria pernah dengar kisah Samson?”

“Pernah, pria perkasa yang kehilangan kekuatannya karena rambutnya dipotong.”

“Iya, takutnya … argh!” T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Sedih bacanya kasihan pak Alim,lagian cinta tapi selalu menyakiti Handa dengan selalu jalan bersama Bu Najwa
goodnovel comment avatar
Yani Julfiyani
akhirnya up lagi setelah sekian lama vakum...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Handa   58. Kejutan

    Handa berdiri tak bergeming dengan mulut yang menganga lebar, beruntung dia berada di tempat yang bersih, jika tidak mungkin sudah ada lalat yang masuk ke dalam mulutnya. Handa benar-benar tidak percaya dengan apa yang ditangkap oleh matanya yang baru saja dibuka oleh Satria. Kini Handa sudah berada di dalam sebuah rumah mewah yang sudah lengkap dengan furniture dan perabotnya.“Harga sebuah keperawanan,” bisik Satria tepat di telinga Handa, lalu dipeluknya dengan erat tubuh mungil wanita yang telah dia nikahi.“Apa ini tidak berlebihan?”“Seharusnya lebih,” ucap Satria sambil menghidu wangi rambut Handa yang baru saja selesai menjalani perawatan kecantikan secara paripurna.“Bolehkah Handa minta lebih?” tanya Handa sambil memejamkan matanya, seolah tidak ingin kebahagiaan ini berlalu begitu saja.“Katakan!” Untuk urusan yang berhubungan uang, sudah tentu bukanlah masalah besar bagi Satria, apapun yang diinginkan Handa semudah menjentikkan jari.“Handa hanya minta, Mas Satria lebih la

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Handa   59. Pertemuan Dua Saudara

    Terlihat jelas gurat lelah di wajah Satria, tetapi senyum sumringah terbit di bibir Satria saat dia berbalas pesan dengan Handa. Kalimat-kalimat nakal yang menggoda membuat Satria merasakan rindu yang semakin dalam pada sang istri. Ingin rasanya segera bertemu untuk melepas rindu.Suara pintu yang diketuk mengalihkan perhatian Satria, karena memang masih menunggu laporan dari salah satu stafnya yang terpaksa harus lembur, Satria pun segera menyuruh masuk kepada sosok yang mengetuk pintu.Betapa terkejutnya Satria saat melihat Hanin yang datang. Tidak bisa dipungkiri jika mantan kekasihnya memang sosok wanita yang penuh pesona, dress longgar selutut dan tanpa lengan mampu menutupi perutnya yang sudah mulai membuncit, tetapi tetap terlihat elegan dan seksi.“Lama tidak bertemu, sepertinya kau baik-baik saja tanpa diriku,” ucap Hanin kala melangkahkan kakinya dengan anggun mendekat ke arah Satria.“Ya! Terima kasih karena kau mengenalkan aku dengan Handa, dia istri yang baik.”Satria mer

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • Handa   60. Rahasia Keluarga Argawinata

    Pukulan yang mendarat tepat di wajah Asta membuat wajah tampan yang mirip Satria itu penuh lebam dan berdarah. Tak ada tangis dan derai air mata, pria muda itu hanya bisa pasrah, karena tahu dan sadar kesalahan yang dilakukan. Di vila milik keluarga Argawinata ini, tidak hanya sekali Asta harus menerima hukuman dari Harris, dan biasanya itu terjadi tanpa sepengetahuan Satria maupun Lisa.Asta memejamkan matanya saat melihat Harris mengayunkan kakinya, bukan tendangan yang dia rasakan tetapi sebuah tubuh besar yang menimpanya. Ya, tubuh yang tiba-tiba harus tersungkur jatuh untuk melindunginya.“Minggir!” teriak Harris meminta agar Satria tidak melindungi Asta. “Anak iblis itu harus mendapatkan ganjaran yang setimpal,” lanjutnya dengan emosi yang sulit untuk dikendalikan.“Tapi yang kau sebut anak iblis itu anakmu, Pa! Darah dagingmu!” seru Satria dengan tampang kusut karena kurang istirahat, dan terlihat jelas matanya habis menangis.“Dia bukan anakku, karena aku tidak ingat telah men

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Handa   61. Pernikahan Hanin

    Handa tak bisa menahan lagi air matanya kala kata “sah” menggetarkan gendang telinganya. Tidak bisa dijabarkan lagi rasa hatinya saat ini, sedih, haru, tapi rasa bahagia pun tetap ada. Di sebuah ruang VIP sebuah rumah sakit telah dilaksanakan sebuah pernikahan, untuk kedua kalinya Dharma mengucap akad nikah dengan menyebut nama Hanindya Maheswari Gunadi binti Gunadi. Yang pertama adalah saat Hanin masih dalam keadaan mengandung, Dharma menikahi Hanin secara hukum negara, agar anak Hanin bisa memiliki akta dengan nama orang tua yang lengkap. Hari ini Dharma harus mengucapkan akad kembali untuk mengesahkan pernikahannya secara agama, setelah Hanin melahirkan putranya. Semua ini terjadi merupakan keinginan dari Damayanti, yang mengetahui jika Hanin adalah cinta pertama suaminya. Setelah sah menjadi suami istri secara hukum negara dan juga agama, Dharma dan Hanin mendekat ke brankar di mana Damayanti terbaring tak berdaya. Sebuah senyum coba Damayanti berikan kepada suami dan madunya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Handa   62. Rasa Benci dan Iri

    “Harus bulan madu?” tanya Handa sambil merapikan dasi Satria. “Kalau hanya mau gituan di rumah juga bisa, di apartemen juga bisa ….”“Gituan apa?” tanya Satria dengan nada menggoda.Direngkuhnya tubuh sang istri hingga membuat pasangan suami istri hanya terpisahkan oleh pakaian yang mereka kenakan. Seolah sedang mencari energy tambahan di pagi hari, Satria langsung menyatukan bibirnya dengan Handa. Sesaat, Handa dan Satria terlena dalam keintiman yang mereka ciptakan.“Kamu pernah ke luar negeri sebelumnya?” tanya Satria sambil mengatur napasnya, sesaat setelah melepas bibirnya.“Belum,” jawab singkat Handa, jujur apa adanya.Bagaimana mungkin ke luar negeri, kalau jalan-jalan ke mall saja Handa harus berpikir berulang kali. Tetapi bukan berarti Handa tidak pernah ke mall, karena Dharma memiliki counter di sebuah mall, membuat Handa sering berkunjung ke mall saat harus membantu sepupunya itu saat counternya ramai, biasanya pada saat akhir pekan. Dan sudah tentu rasanya jalan-jalan di

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Handa   63. Lepas Landas

    “Jangan menangis, Pa! Handa jadi sedih kalau melihat Papa menangis,” ucap Handa sambil menyeka air mata sang ayah yang kini harus berada di atas kursi roda.“Papa lelaki yang berlumur dosa ….” Ada kata yang tertahan dan seakan sulit untuk diucapkan karena di dahului oleh suara tangis penuh penyesalan.Handa pun berjongkok di hadapan Gunadi lalu meraih tangannya. Diciumnya tangan sang papa, berusaha untuk memberikan kekuatan. Tetapi tampaknya untuk saat ini Gunadi benar-benar sedang rapuh dan terpuruk.“Sebagai seorang laki-laki, papa telah menghancurkan masa depan ibumu. Dia adalah wanita yang baik yang tidak seharusnya papa perlakukan dengan buruk.”“Pa ….” Untuk pertama kalinya Handa mendengar Gunadi membicarakan ibu kandungnya. Sesuatu yang secara tiba-tiba mendorong Handa untuk lebih mengenal wanita yang telah melahirkannya. Dan tentunya, dia ingin bertemu dengan sang ibu yang sampai saat ini tidak dia kenal.Rasa ingin tahu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Handa   64. Di Negeri Orang

    Satria menatap wajah lelah Handa. Perjalanan jauh dari ini membuat Handa seolah sudah tidak memiliki energy lagi. Sesampainya di apartemen milik keluarga Argawinata, Handa langsung merebahkan tubuhnya di kamar yang akan menjadi kamar utama untuk mereka.Untuk mengisi waktu sambil menunggu Handa bangun, Satria menyibukkan diri dengan memasak. Pewaris tunggal Arga Group itu sama sekali tidak terlihat kaku saat memasak. Sejak masih kuliah, Satria memang sudah terbiasa hidup mandiri, begitu juga urusan makanan. Tidak jarang dia memasak sendiri, meskipun hanya masakan sederhana dan praktis.Setelah semua masakan telah matang, Satria segera membangunkan Handa. Dia tidak ingin sang istri dalam keadaan perut kosong yang dapat menurunkan kesehatan, yang tentunya bisa mengganggu acara mereka untuk liburan dan bulan madu.“Han! Bangun! Makan dulu, yuk!” ajak Satria dengan suara lembut kala membangunkan Handa.Dengan mata yang masih terpejam, Handa melenguh sambil menggeliat untuk meregangkan oto

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Handa   65. Dua Bersaudara

    Handa sangat terharu melihat kedekatan dua pria bersaudara di depannya. Betapa rukunnya hubungan antara Satria dan Asta. Kini Handa baru menyadari, jika bulan madu yang direncanakan oleh Satria adalah salah cara agar dia bisa bertemu kembali dengan saudaranya itu.Melihat kebahagiaan Satria dan Asta membuat Handa teringat dengan Hanin yang saat ini sudah menikah dengan Dharma, sepupu mereka. Pernikahan yang sebenarnya tidak mendapat restu dari Gunawan itu, tetap dilaksanakan untuk mewujudkan permintaan terakhir dari Damayanti istri pertama Dharma yang meninggal karena menderita kanker paru-paru.Beberapa kali Asta segera mengalihkan pandangannya saat tatapan matanya bertemu langsung dengan Handa. Ada rasa bersalah yang sampai saat ini masih terasa menggunung karena tipu muslihat yang dia lakukan mengakibatkan Handa harus mengalami keguguran.“Putramu sudah lahir, kau ingin melihatnya?” tanya Satria sambil menyodorkan ponselnya yang sedang menunjukkan video bayi mungil yang didandani s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04

Bab terbaru

  • Handa   75. Menua Bersama

    Handa ditemani Satria, Dharma, Gunawan dan juga Lasmi berdiri di depan sebuah pusara. Sungguh Handa tidak pernah menduga jika ternyata dia adalah anak dari Arumi, adik bungsu Lasmi yang pernah dititipkan di rumah Gunadi untuk menuntut ilmu di Jakarta.Saat itu Gunadi dan Marini membawa pulang jasad Arumi yang katanya mengalami kecelakaan saat pulang kuliah. Gunadi menyimpan rapat rahasia itu, bahkan Marini pun baru mengetahuinya bersamaan dengan Handa. Kala itu Marini yang melihat gelagat mencurigakan antara Gunadi dan Arumi, langsung meminta kepada Arumi untuk segera mencari kost. Tetapi, keadaan itu justru menjadi peluang bagi Gunadi dan Arumi untuk bisa bersama tanpa sepengetahuan Marini.Hingga saat Gunadi memberitahukan jika Arumi meninggal karena kecelakaan, Marini justru dihinggapi rasa bersalah karena tidak mampu menjaga Arumi yang dititipkan kepadanya. Mulai saat itulah ada perang dingin antara Marini dan Lasmi yang membuat Marini enggan untuk bersilaturahim ke Semarang.“Bag

  • Handa   74. Ishana Aylanajla Argawinata

    Setelah kepulangan Harris dan Lisa dari perjalanan umrah, Handa tampak lebih tenang menantikan hari persalinan yang sudah dijadwalkan dari pihak rumah sakit. Dan kini tampak kesibukan di rumah keluarga Argawinata yang akan membawa Handa ke rumah sakit untuk menjalani proses persalinan.Karena memang sudah dijadwalkan sebelumnya, sehingga tidak menunggu Handa merasakan kontraksi. Bahkan untuk menuju ke mobil Handa masih bisa berjalan dengan biasa. Meskipun terjebak macet di beberapa titik jalan raya, tetapi tidak ada kepanikan pada Handa maupun Satria, karena jadwal operasi masih esok hari.Setelah bertaruh nyawa di meja operasi, akhirnya Handa melahirkan bayi perempuan yang cantik. Ketegangan selama beberapa hari terakhir kini berganti dengan rasa lega saat dokter menyataka jika ibu dan bayi dalam keadaan sehat.Dengan senyum lebar Satria menghampiri Harris dan Lisa yang sudah menunggunya sejak Handa masuk ruang operasi. Pelukan hangat sudah menyambut Satria, pria yang kini telah mend

  • Handa   73. Ingin Bertemu Ibu

    “Mungkin memang saya harus meminum air bekas cuci kaki mama,” ucap Handa dengan sendu setelah mendengar penjelasan dari dokter.“Apa tidak ada jalan lain?” tanya Satria kepada dokter yang menangani Handa. Digenggamnya tangan Handa dengan erat berharap istrinya bisa lebih tenang dalam menghadapi proses persalinan yang semakin dekat.Tentu Satria tidak akan membiarkan Handa meminum air bekas cuci kaki Marini. Sampai saat ini Satria belum bisa mempercayai ibu mertuanya tersebut, dia tidak ingin mengambil risiko jika Marini sudah memberi sesuatu di kakinya yang bisa membahayakan Handa dan juga anak mereka. Jika yang disebut mama adalah Lisa, Satria yakin sang mama pasti akan menolak permintaan Handa.“Bu Handa memiliki panggul yang kecil, akan sangat berisiko jika dipaksakan melahirkan secara normal.”Penjelasan dari dokter yang baru saja mereka dengar sepertinya membuat Handa menjadi down. Karena selama ini Handa ingin melahirkan secara normal, menikmati setiap proses untuk menjadi seora

  • Handa   72. Kebiasaan Aneh

    “Syukurlah!” ucap Nadia yang karena kehamilannya terlihat kesulitan memeluk Handa.“Ini karena doa Mbak Dia juga … terima kasih atas doanya,” balas Handa dengan senyum lebar yang menggambarkan kebahagiaan.Nadia tersenyum tersipu malu, dia masih ingat saat mengucapkan kata-kata tersebut dalam keadaan tersulut emosi mendengar niat Satria yang mengadopsi anak sulungnya. tetapi apa pun itu Nadia tetap bahagia karena Tuhan mengabulkan doanya, bukan hanya bahagia untuk pasangan Handa dan Satria yang akhirnya akan memiliki anak, tetapi juga bahagia karena dia tidak perlu takut lagi Satria akan mengadopsi Rio.“Nanti kita bisa senam hamil bersama,” ajak Nadia sungguh-sungguh, karena senang akan memiliki teman di tempat tersebut.Handa yang belum mengetahui seluk beluk tentang kehamilan pun mengalihkan pandangan pada Lisa, seolah bertanya dan meminta persetujuan. Anggukan dan senyum hangat yang diberikan oleh ibu mertuanya adalah jawaban yang membuat Handa yakin untuk menerima ajakan dari Nad

  • Handa   71. Akhirnya

    “Han!” Dengan perlahan Satria semakin mendekat ke arah brankar tempat Handa berada. “Bisa diulang? Aku takut salah dengar.” “Ya, Mas! Apa yang telah lama kita tunggu akhirnya datang juga. Aku hamil, Mas!” Handa pun tidak bisa menahan air mata bahagianya. Satria segera memeluk erat tubuh istrinya untuk mengungkapkan rasa bahagianya. Penantian panjang itu akhirnya berakhir bahagia, kala Tuhan telah berkehendak memberikan karunianya pada Handa dan Satria. “Terima kasih, terima kasih atas pengorbananmu yang bersedia mengalah untuk selalu di bawah ….” Tiba-tiba terdengar suara Hanin yang sedang berdehem. Wanita yang sedang mengandung bayi kembar itu merasa tidak nyaman mendengar kata-kata Satria. Handa dan Satria pun kembali tersadar jika saat ini mereka tidak sedang berdua. Ada Hanin yang masih bersama mereka. “Aku keluar dulu, ya!” Tidak bisa dipungkiri, rasa canggung itu masih ada kala Hanin harus berdekatan dengan Satria. Selain itu Hanin ingin memberi kesempatan kepada adik dan i

  • Handa   70. Penyelamat

    “Mas Dharma nggak ikut? Mbak Hanin kan sedang hamil, apa tidak khawatir?” cecar Handa kepada Hanin. “Apalagi Mbak Hanin kan hamil kembar?”“Hamil nggak harus membuat kita jadi manja. Mas Dharma banyak kerjaan di sana, anaknya sudah mau lima, Han! Harus kerja lebih keras lagi. Sebelum ke sini, periksa ke dokter dulu, dan katanya aman untuk perjalanan jauh, ya sudah,” jawab Hanin dengan santai.Sejak Hanin menikah dengan Dharma, hubungan Handa dengan kakaknya itu semakin lama semakin membaik. Tidak ada lagi amarah di hati Hanin saat bertemu dengan adiknya, bahkan sekarang mereka bisa berbincang dengan begitu akrab seolah sudah melupakan masa lalu yang kelam. Dharma benar-benar mampu meluluhkan hati Hanin yang keras karena kebencian yang tertanam sejak kecil.“Han!” Hanin terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Ada rasa takut jika apa yang akan dia katakan berakibat terjadi sebuah kesalahpahaman.“Ada apa, Mbak?” tanya Handa yang justru terlihat semakin penasaran.“Dandan ya! Biar ng

  • Handa   69. Bertemu dengan Hanin

    “Saat ini kami sedang butuh modal, jadi saya akan menjual rumah itu,” ucap Hanin di hadapan kedua orang tuanya.Setelah menikah dengan Dharma Hanin menetap di Semarang, dan hanya sesekali mendatangi kedua orang tuanya di Jakarta. Bahkan jika Marini merasakan rindu yang sangat pada cucunya, dia dan Gunadi yang berkunjung ke Semarang.“Kenapa tidak pinjam bank saja, kan bisa dicicil?” tanya Marini yang merasa sayang untuk menjual rumah milik Hanindya.Sedangkan Gunadi baru mengetahui jika selama ini putrinya memiliki rumah di pinggiran kota Jakarta. Padahal rumah itu sudah lama dimiliki oleh putri sulungnya, bahkan sejak mereka masih tinggal bersama. Ingin rasanya bertanya kepada Hanin, tetapi tampaknya Gunadi lebih memilik untuk menunggu kejujuran dari putri sulungnya tersebut.“Sebenarnya Mas Dharma juga berpikiran seperti itu, tetapi kebutuhan kami sudah terlalu banyak. Anak-anak sudah sekolah semua, kalau kami mengajukan pinjaman lagi, takutnya justru membuat kami tidak bisa fokus d

  • Handa   68. Doa Wanita Teraniaya

    “Mbak Dia!” panggil Handa kepada wanita yang sudah hampir memasuki mobilnya. “Maafkan, Mas Satria! Dia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya,” sambung Handa berusaha untuk menenangkan hati salah satu tamunya.Wanita yang bernama Nadia itu hanya menganggukkan kepala sambil memeluk erat Rio, seolah takut kehilangan putranya. Bukan untuk pertama kalinya dia mendengar jika Satria ingin mengadopsi Rio. Apalagi setelah Nadia hamil anak ke tiga, Satria semakin dekat Rio.“Tidak apa-apa.” Nadia terlihat berat untuk berbicara di depan Handa. “Semoga kalian segera diberi momongan,” sambung Nadia dengan wajah yang sendu.“Amin, terima kasih atas doanya.” Handa hanya bisa mengaminkan doa baik yang terucap dari mulut Nadia, meskipun terdengar tidak tulus.Handa merasa, Nadia mengucapkannya sebagai bentuk rasa tidak sukanya dengan Satria yang terlalu dekat dengan putra sulungnya. Dan juga sikap Satria yang secara terang-terangan ingin mengadopsi Rio.“Kami pamit dulu, terima kasih atas undangannya

  • Handa   67. Bocah Tampan Bermata Bening

    “Tidak!” jawab Satria dengan tegas. “Aku yakin kau akan memberi keturunan kepada keluarga Argawinata, jangan kau bunuh keyakinanku itu!” sambung Satria di akhiri dengan kecupan lembut di kening Handa.Satria memiliki alasan lain tidak ingin mengadopsi Arjuna Palguna Gunawan. Meskipun sudah tidak memiliki rasa cinta kepada Hanindya, tetapi tidak mudah bagi Satria untuk melupakan begitu saja kebersamaan mereka yang pernah terjalin dahulu.Mengingat masa-masa kebersamaannya dengan Hanin membuat Satria merasa bersalah kepada Handa. Hubungannya dengan Hanin yang sudah melampaui batas kadang membuatnya merasa menjadi lelaki yang tidak layak untuk Handa, apalagi saat dia teringat dengan rencananya bersama Hanin untuk menghancurkan hidup Handa kala itu, benar-benar membuat Satria merasa menjadi lelaki yang jahat karena memiliki niat untuk menghancurkan hidup istrinya.“Ayo bangun! Mama dan papa pasti sudah menunggu kita untuk sarapan bersama mereka!” ajak Satria kepada istrinya. “Apa mau dige

DMCA.com Protection Status