Merasa performa dari seorang Diki tidak begitu baik. Siti jelas tidak ingin Diki kembali menjadi pengacara yang akan menangani kasus yang sedang di hadapi oleh dirinya. Itu tentu menjadi satu kesedihan tersendiri bagi seorang Siti. Di mana ia harus berjuang sendiri, sementara Diki terlihat tidak ada sedikit pun usaha untuk membantu Siti. Padahal Diki di bayar Rosa untuk membantu Siti yang sedang mengalami persoalan yang pelik. Siti pun sudah tidak sabar untuk membicarakan apa yang telah di lakukan oleh Diki pada Rosa. Siti merasa Rosa harus tahu dengan hal yang sudah di lakukan oleh Diki. Sehingga Rosa bisa mengambil langkah serius untuk membuat keputusan dalam perkara yang sedang di hadapi oleh Diki.Siti langsung mendekat ke arah Rosa dengan raut wajah marah. Dia terlihat sudah tidak sabar untuk mengatakan semua hal buruk yang di lakukan oleh Diki selama melakukan pendampingan terhadap Siti. Semuanya akan di ceritakan oleh Siti pada Rosa. Sehingga Rosa akan tahu dengan kelakuan yan
Sebuah bucket bunga sudah di siapkan oleh Jordan untuk di berikan pada dokter Aulia. Tentu saja, Jordan ingin memberikan sebuah kejutan kecil pada dokter Aulia. Di mana kedatangan dari Jordan yang tiba-tiba di rumah dokter Aulia. Akan membuat sang dokter kaget bukan main. Apalagi Jordan selama ini tidak tahu betul rumah Dati dokter Aulia. Akan seperti apa perasaan dokter Aulia dengan kejutan kecil yang di berikan oleh Jordan? Jordan penuh percaya diri saat masuk ke halaman rumah dokter Aulia. Di mana Jordan terlihat tidak canggung, sekali pun ada dua anjing besar milik dokter Aulia yang terus menggonggong dengan begitu kerasnya. Jordan tetap percaya diri untuk masuk ke dalam rumah dokter Aulia. "Maaf Pak, mau bertemu dengan siapa?" tanya satpam di rumah dokter Aulia. "Saya ingin bertemu dengan seorang perempuan cantik bernama Aulia Rahma Pratiwi. Apakah dia ada di dalam?" jawab Jordan dengan begitu manisnya. Satpam itu pun langsung memperhatikan wajah dari Jordan. Dia sepertinya t
Satu pesan masuk seketika membuat seorang Rahma terlihat gembira. Dia terlihat langsung jingkrak-jingkrak saat membaca pesan yang masuk tersebut. Rahma pun terlihat seperti orang gila yang tidak terkontrol. Mendengar Rahma yang begitu bahagia. Siti yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Langsung datang ke kamar Rahma. Dia ingin tahu apa yang sedang terjadi pada Rahma. Sehingga dia seperti sedang bahagia di hari ini. Satu hal yang harus selalu Siti ketahui. "Ada apa Mbak Rahma?" tanya Siti dengan wajah penasaran. "Tidak. Aku hanya sedang senang saja. Seseorang mengirim pesan padaku. Hingga aku bisa bahagia seperti ini." jawab Rahma dengan singkat. "Apa isi pesannya?" tanya Siti semakin penasaran. "Bukan urusan kamu. Lagi pula, aku takut jika kamu tahu. Ini akan menjadi bomerang untuk aku. Maaf jika aku lancang." jawab Rahma dengan tegasnya. Rahma seketika meninggalkan Siti sendiri di dalam kamar. Sementara dia terus berbalas pesan dengan seseorang yang menawarkan dirinya sebuah end
Jordan pun terlihat begitu bersedih saat duduk di bangku taman. Dia mengingatkan dengan jelas, bagaimana ibu dari dokter Aulia mengatakan hal buruk pada dirinya. Ini benar-benar tidak pernah di duga oleh Jordan. Bagaimana dirinya akan mendapatkan perlakuan yang cukup buruk dari keluarga dokter Aulia. Sebab dia berpikir keluarga dari dokter Aulia akan berpikir positif seperti dokter Aulia sebagaimana umumnya. "Aku salah. Ternyata dokter Aulia memang tidak sama. Dia baik, tapi keluarga dia begitu terlihat tidak baik dalam menerimaku. Padahal aku hanya ingin menjadi salah seorang yang dia bisa terima. Tetapi masa lalu buruk yang ada dalam diriku. Tidak mampu di terima oleh dokter Aulia dengan baik. Keluarganya begitu tidak bisa menerima masa lalu ku yang cukup berat. Itu yang buat aku merasa begitu terpuruk dengan apa yang sudah terjadi selama ini." ucap Jordan dengan wajah sedihnya. Beberapa orang mulai simpati dengan Jordan yang duduk termenung. Mereka pun menepuk pundak Jordan denga
Rosa begitu jijik melihat bagaimana lengketnya seorang Joanna pada Diki. Padahal Rosa tahu dari tujuan Diki mendekati Joanna. Di mana Diki sedang menyelidiki kasus korupsi yang di lakukan oleh ayah dari Joanna. Sehingga dengan cara mendekati Joanna, dia akan mendapatkan banyak informasi dari Joanna. Saking tidak nyaman, Rosa sampai lupa untuk meminta Joanna dan Diki duduk. Padahal minuman dan makanan dari keduanya sudah di pesan oleh Rosa. Keduanya tidak juga duduk di depan seorang Rosa. Sampai akhirnya satu suara batuk dari Diki, membuat Rosa pun langsung memerintahkan Diki dan Joanna untuk duduk di hadapan Rosa. Joanna yang tidak mau jauh-jauh dari Diki. Mencoba mendekatkan kursi tempat dia duduk. Sehingga ia tetap bisa menempelkan tubuhnya pada tubuh Diki. Hal yang begitu membuat Rosa jijik melihat tingkah dari Joanna. "Najis, gue harus lihat cewek ini begitu nempel pada Diki. Dia begitu tidak pantas melakukan itu pada Diki. Seharusnya Diki juga tidak nyaman dengan apa yang di l
Telepon dari Rosa tidak urung di angkat oleh Diki. Sepertinya Diki benar-benar marah pada Rosa. Diki merasa Rosa terlalu berlebihan dalam menyikapi sikap yang seharusnya tidak di rasakan oleh Rosa. Rosa pun terlihat mulai kesal dengan sikap acuh yang di tunjukkan oleh Diki pada dirinya. Padahal Rosa begitu berharap bisa menjelaskan semuanya pada Diki. Sehingga dia tidak lagi akan berjalan sendiri. Tetapi Diki yang sudah kadung kecewa dengan sikap dari Rosa. Terlihat tidak mau untuk sekedar mengangkat telepon dari Rosa. "Aku pikir dia sudah marah dengan ku. Sehingga dia menolak panggilan telepon yang aku lakukan. Aku merasa dia sudah tidak baik lagi. Aku benar-benar kecewa dengan sikap Diki yang seperti ini. Tetapi aku begitu butuh bantuan dia. Sepertinya dia tahu untuk mengatasi semuanya." ucap Rosa dengan wajah sedikit kesal. Siti yang di tunggu oleh Rosa, akhirnya datang dengan wajah tidak bersalah. Sontak Rosa pun langsung marah besar pada Siti. Di mana Rosa merasa Siti adalah s
Egi benar-benar bingung untuk mengatakan tujuan dari kedatangan dirinya ke apartemen Rahma. Bagaimana ia merasa bingung untuk memulai pembicaraan dengan Rahma. Egi merasa dirinya sama sekali tidak layak untuk bisa berbincang dengan Rahma. Sebab Egi sudah membuat Rahma begitu kecewa dengan sikap dari dirinya yang sedikit meresahkan. Hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Egi sebelumnya. Bagaimana dirinya begitu bodoh dengan keputusan yang di ambil. Egi pun merasa apa yang sudah terjadi seperti hal yang tidak ingin di ulangi oleh dirinya di hari mendatang. Itu yang membuat Egi benar-benar bingung dengan situasi yang saat ini ada. Rahma yang sudah lupa dengan apa yang di lakukan oleh Egi pada dirinya. Sama sekali tidak mempersoalkan apapun yang sudah Egi lakukan. Bagi seorang Rahma, apa yang Egi lakukan adalah hal yang wajar. Mungkin Egi merasa jauh lebih bahagia bisa bersama dengan Joanna. Sehingga Egi pun memilih untuk kembali pada Joanna. "Ada keperluan apa kamu datang ke sini
Secangkir kopi yang di hidangkan oleh Rahma untuk Egi, sepertinya langsung membuat Egi merasa begitu gembira. Dia merasa kopi hangat yang di berikan oleh Rahma adalah kopi hangat yang sudah di tunggu oleh dirinya. Egi pun langsung meminum kopi itu dengan begitu lahap. Di mana ia merasa begitu beruntung bisa meminum kopi hangat yang sudah cukup lama tidak di minum oleh dirinya. "Apa kamu suka dengan rasa kopi ini?" tanya Rahma. "Seperti kopi pada umumnya. Tetapi aku merasa beda saat meminum kopi ini di depan kamu. Aku merasa hal yang jauh lebih indah aku rasakan." ucap Egi dengan sedikit senyuman. Melihat bagaimana Egi mulai kembali menggoda dirinya. Rahma sedikit menurunkan harapan besarnya. Rahma sadar, jika dia terlalu bermimpi. Egi sendiri yang akan membuat mimpinya itu hilang. Rahma pun hanya melempar senyum kecil saja pada Egi. Di mana dengan senyuman yang di berikan pada Egi tersebut. Rahma berharap satu kemungkinan akan terjadi pada mereka berdua. Di tengah kedekatan kembal