Rosa begitu jijik melihat bagaimana lengketnya seorang Joanna pada Diki. Padahal Rosa tahu dari tujuan Diki mendekati Joanna. Di mana Diki sedang menyelidiki kasus korupsi yang di lakukan oleh ayah dari Joanna. Sehingga dengan cara mendekati Joanna, dia akan mendapatkan banyak informasi dari Joanna. Saking tidak nyaman, Rosa sampai lupa untuk meminta Joanna dan Diki duduk. Padahal minuman dan makanan dari keduanya sudah di pesan oleh Rosa. Keduanya tidak juga duduk di depan seorang Rosa. Sampai akhirnya satu suara batuk dari Diki, membuat Rosa pun langsung memerintahkan Diki dan Joanna untuk duduk di hadapan Rosa. Joanna yang tidak mau jauh-jauh dari Diki. Mencoba mendekatkan kursi tempat dia duduk. Sehingga ia tetap bisa menempelkan tubuhnya pada tubuh Diki. Hal yang begitu membuat Rosa jijik melihat tingkah dari Joanna. "Najis, gue harus lihat cewek ini begitu nempel pada Diki. Dia begitu tidak pantas melakukan itu pada Diki. Seharusnya Diki juga tidak nyaman dengan apa yang di l
Telepon dari Rosa tidak urung di angkat oleh Diki. Sepertinya Diki benar-benar marah pada Rosa. Diki merasa Rosa terlalu berlebihan dalam menyikapi sikap yang seharusnya tidak di rasakan oleh Rosa. Rosa pun terlihat mulai kesal dengan sikap acuh yang di tunjukkan oleh Diki pada dirinya. Padahal Rosa begitu berharap bisa menjelaskan semuanya pada Diki. Sehingga dia tidak lagi akan berjalan sendiri. Tetapi Diki yang sudah kadung kecewa dengan sikap dari Rosa. Terlihat tidak mau untuk sekedar mengangkat telepon dari Rosa. "Aku pikir dia sudah marah dengan ku. Sehingga dia menolak panggilan telepon yang aku lakukan. Aku merasa dia sudah tidak baik lagi. Aku benar-benar kecewa dengan sikap Diki yang seperti ini. Tetapi aku begitu butuh bantuan dia. Sepertinya dia tahu untuk mengatasi semuanya." ucap Rosa dengan wajah sedikit kesal. Siti yang di tunggu oleh Rosa, akhirnya datang dengan wajah tidak bersalah. Sontak Rosa pun langsung marah besar pada Siti. Di mana Rosa merasa Siti adalah s
Egi benar-benar bingung untuk mengatakan tujuan dari kedatangan dirinya ke apartemen Rahma. Bagaimana ia merasa bingung untuk memulai pembicaraan dengan Rahma. Egi merasa dirinya sama sekali tidak layak untuk bisa berbincang dengan Rahma. Sebab Egi sudah membuat Rahma begitu kecewa dengan sikap dari dirinya yang sedikit meresahkan. Hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Egi sebelumnya. Bagaimana dirinya begitu bodoh dengan keputusan yang di ambil. Egi pun merasa apa yang sudah terjadi seperti hal yang tidak ingin di ulangi oleh dirinya di hari mendatang. Itu yang membuat Egi benar-benar bingung dengan situasi yang saat ini ada. Rahma yang sudah lupa dengan apa yang di lakukan oleh Egi pada dirinya. Sama sekali tidak mempersoalkan apapun yang sudah Egi lakukan. Bagi seorang Rahma, apa yang Egi lakukan adalah hal yang wajar. Mungkin Egi merasa jauh lebih bahagia bisa bersama dengan Joanna. Sehingga Egi pun memilih untuk kembali pada Joanna. "Ada keperluan apa kamu datang ke sini
Secangkir kopi yang di hidangkan oleh Rahma untuk Egi, sepertinya langsung membuat Egi merasa begitu gembira. Dia merasa kopi hangat yang di berikan oleh Rahma adalah kopi hangat yang sudah di tunggu oleh dirinya. Egi pun langsung meminum kopi itu dengan begitu lahap. Di mana ia merasa begitu beruntung bisa meminum kopi hangat yang sudah cukup lama tidak di minum oleh dirinya. "Apa kamu suka dengan rasa kopi ini?" tanya Rahma. "Seperti kopi pada umumnya. Tetapi aku merasa beda saat meminum kopi ini di depan kamu. Aku merasa hal yang jauh lebih indah aku rasakan." ucap Egi dengan sedikit senyuman. Melihat bagaimana Egi mulai kembali menggoda dirinya. Rahma sedikit menurunkan harapan besarnya. Rahma sadar, jika dia terlalu bermimpi. Egi sendiri yang akan membuat mimpinya itu hilang. Rahma pun hanya melempar senyum kecil saja pada Egi. Di mana dengan senyuman yang di berikan pada Egi tersebut. Rahma berharap satu kemungkinan akan terjadi pada mereka berdua. Di tengah kedekatan kembal
Uang yang sudah di tolak oleh Diki, pada akhirnya membuat seorang Rosa pun melakukan tindakan yang jauh dari apa yang Diki pikirkan. Bagaimana Rosa siap membocorkan semua rahasia yang ada pada Diki. Termasuk rahasia Diki akan kedekatan yang sedang di jalani bersama dengan Joanna. Diki yang tengah dekat dengan Joanna, di sinyalir sengaja mendekati Joanna hanya untuk mengetahui keterlibatan keluarga Joanna dalam sebuah proyek besar. Jika Diki mendapatkan informasi besar tersebut. Sudah pasti nama Diki akan melambung tinggi. Ancaman pun siap di lakukan oleh Rosa untuk membuat Diki takluk oleh dirinya. Sebab Rosa merasa hanya itu saja yang bisa di lakukan oleh dirinya dalam membuat Diki ketakutan. Rosa merasa Diki akan takut dengan apa yang akan di buat oleh dirinya. "Aku masih punya satu rahasia besar tentang Diki. Mungkin dia tidak akan menolak untuk menjadi pengacara kamu. Jika aku bocorkan rahasia dia yang begitu besar." ucap Rosa dengan wajah sinis. "Rahasia apa? Kenapa kamu tidak
Rahma masih sedikit bingung dengan sikap yang di tunjukkan oleh Jordan pada dirinya. Di mana Rahma merasa ada sedikit hal yang aneh terjadi pada Jordan. Rahma merasa Jordan sedang dalam pengaruh seseorang. Sehingga dia terlihat tidak begitu baik seperti biasanya. "Aku tidak mengerti dengan sikap yang di tunjukkan oleh dirinya. Ada sedikit masalah sepertinya sedang terjadi pada dia. Aku harus tahu persoalan yang sedang terjadi pada dirinya. Sehingga aku bisa melakukan tindakan yang mungkin akan membuat Jordan semakin baik lagi." ucap Rahma dengan wajah panik. Rahma segera bergegas dari atas kasur. Di mana ia mencari handphone miliknya yang di letakkan di atas laci. Rahma sudah tidak sabar untuk segera menghubungi Jordan. Rahma ingin tahu apa yang sedang terjadi pada Jordan. Mungkin dengan bercerita pada Rahma, Jordan bisa jauh lebih tenang lagi. Mengingat Jordan begitu antusias saat bisa bercerita dengan seorang Rahma. Satu panggilan dari Rahma langsung di tolak oleh Jordan. Itu cuk
leher Diki terlihat begitu merah saat keluar dari dalam kantornya. Tidak berselang lama, Joanna yang sedang merapikan pakaiannya keluar dari dalam kantor Diki. Entah apa yang sudah di lakukan oleh keduanya di dalam kantor. Sehingga banyak tanda merah yang berada di bagian tubuh keduanya. Diki pun terlihat begitu malu saat Rosa memperhatikan bagian leher yang merah tersebut. Diki mencoba menutupi bagian merah tersebut. Tetapi Rosa yang sudah kadung melihat bagian leher Diki. Sudah tidak bisa menutupi apa yang ada pada bagian leher Diki. Rosa pun mengira hal buruk sudah di lakukan oleh Diki dan Joanna di dalam kantor. Kegiatan yang sudah pasti di sukai oleh Joanna. Mengingat dia begitu mencintai seorang Diki. "Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Joanna dengan sedikit ketus. "Bukan urusan mu. Aku hanya ingin bertemu dengan Diki. Jadi kamu tidak berhak tahu apa yang aku lakukan. Ingat itu Joanna!" ucap Rosa dengan tegasnya. Joanna yang tidak terima, langsung berusaha memukul wajah Ros
Dokter Aulia merasa suatu hal buruk telah terjadi pada Jordan. Dia sulit di hubungi oleh dokter Aulia. Sehingga dokter Aulia pun merasa begitu bersalah dengan apa yang terjadi saat ini. Apalagi dia mengetahui kabar akan ibunya yang mengusir Jordan dengan begitu kasar dari rumah. Itu tentu saja menjadi hal yang tidak pernah di duga oleh dokter Aulia akan respon ibunya yang di kenal sebagai sosok yang baik tersebut. "Aku tidak pernah tahu ini akan terjadi pada Jordan. Tetapi aku merasa apa yang ada saat ini benar-benar di luar dugaan ku sebelumnya. Bagaimana Mama akan melakukan tindakan yang begitu kasar pada seorang Jordan." ucap dokter Aulia dengan wajah paniknya. Panggilan telepon dari dokter Aulia tidak kunjung di angkat oleh Jordan. Dia benar-benar mengabaikan apa yang di lakukan oleh dokter Aulia. Tidak biasanya Jordan bersikap dingin seperti ini. Sehingga dokter Aulia pun merasa begitu dilema dengan apa yang ada di saat seperti ini. "Apa dia benar-benar marah pada ku. Berhenti