Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 25**
Dua menit berselang setelah aku mengirimkan foto itu ke dalam grup keluarga yang di dalamnya juga terdapat Mas Bayu dan Linda. Aku tersenyum puas ketika Om Santoso adalah orang pertama yang mengomentari foto kirimanku tersebut.
[Nur, ini siapa? Kok kaya Bayu sama Linda?]
Tak berselang lama, Bude Tutik, istri Om Santoso pun ikut berkomentar.
[Iya, Pah. Ini kaya Bayu sama Linda]
Lagi-lagi senyumku mengembang, ketika ibu mertuaku pun juga ikut andil untuk mengomentari foto kirimanku beberapa saat yang lalu.
[Nur. Jangan macam-macam. Hapus sekarang juga, kita bicara lewat telepon]
Huufftt haahh
Apa sebenarnya Ibu juga sudah tahu perihal ini? Sepertinya ia terlihat biasa saja dengan foto tersebut.
[Kenapa, Bu? Bukankah sebaiknya kita tunggu klarifikasi dari orang yang bersangkutan terlebih dahulu? Soalnya aku udah berlaku baik tapi tidak ditanggapi]
Maaf, aku me
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 26**[Malam ini kumpul di rumahku pukul tujuh malam. Semua harus datang. Terutama Bayu dan Linda]Kubaca sebuah pesan di grup keluarga Pradipta. Seketika itu juga tawaku meledak hingga membuat teman kerjaku melihatku aneh.Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, lalu kembali fokus pada laporan yang sedang kukerjakan. Rasanya hatiku sedang di atas awan, ketika sakit hatiku perlahan akan segera terbalaskan."Nur, nih aku tadi beli roti. Satu buat kamu," ucap Nadia teman kerjaku.Aku menerima roti pemberiannya, lalu membuka dan mulai makan. Kebetulan pekerjaanku sudah selesai. Hanya menunggu jam pulang saja. Beberapa temanku pun terlihat sudah santai dan bersendau gurau dengan yang lainnya."Semalem aku liat postingan suamimu di beranda EfBe-nya, itu ... Kaya Linda, ya?" tanya Nadia pelan, sepertinya ia takut jika aku tersinggung.Senyum tipis kusunggingkan. Lalu mengunyah roti
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 27**"Nurma, bagaimana usahamu? Kudengar baru buka cabang kedua, ya?" tanya Bude Tutik memecah keheningan."Em ... Iya Alhamdulillah, Bude. Ternyata Tuhan itu tidak tidur Bude, dibalik sakit ini ternyata terselip sebuah kejutan dari Tuhan," jawabku setengah menyindir.Para keluarga Mas Bayu menundukkan kepala setelah aku memberikan pukulan telak pada mereka. Aku memang wanita polos dan pendiam. Tapi sekali aku disakiti maka pembalasanku akan jauh lebih kejam dari apa yang telah mereka lakukan."Yasudah, minum dulu sembari menunggu Bang Hamid datang," sahut Bude Tutik mengalihkan pembicaraan.Aku pun lantas menyeruput teh yang telah disediakan sembari mengecek beberapa pesan yang telah masuk ke dalam ponsel.Ternyata ada sebuah pesan balasan dari Deva yang belum sempat kubuka.[Baik, aku juga masih ada satu file yang belum kusampaikan padamu perihal kasus kita yang kemarin. Karena ak
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 28**Kukemasi beberapa bajuku yang tersimpan di dalam almari. Hidup ini serasa tak adil, lebih baik aku pergi meninggalkan mereka daripada aku merasakan sakit yang seperti ini.Tidak ada yang perlu aku pertahankan di sini. Mereka semua jahat, tak punya hati. Sia-sia saja selama ini aku memutuskan untuk tetap tinggal dan bersama Mas Bayu, karena nyatanya ia jauh lebih menyakitiku."Kamu mau kemana?" tanya Mas Bayu dari ambang pintu.Aku diam tak menjawab pertanyaannya, suhu tubuhku seakan naik tiba-tiba. Dia sudah keterlaluan dengan menyeretku masuk ke dalam lubang hitam ini."Jangan jadi istri durhaka. Jawab!" bentaknya ketika aku masih sibuk menata beberapa bajuku di dalam koper.Tanganku diam membeku, kemudian beralih menatapnya yang telah lebih dulu menatapku dengan tatapan dingin."Jika memang seorang istri dapat durhaka pada suami, lalu apa jika suami yang dengan sengaja mendzo
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 29**Pukul sepuluh siang, dan aku sudah berdiri di samping mobil fortuner yang baru kubeli beberapa saat yang lalu sembari menunggu Deva datang. Kami janjian pukul sepuluh siang di depan Toko Antara, aku juga menyuruhnya untuk tidak membawa mobil agar kami bisa pergi ke rumah Mira dengan satu kendaraan.Kutengok beberapa kali jam yang melingkar di lenganku, Deva terasa sangat lama sekali. Tak biasanya dia akan mundur dari waktu yang telah kami janjikan.Hari ini pun cuaca sangat lah terik, hingga akhirnya aku memutuskan untuk membeli dua air mineral di Toko Antara terlebih dahulu sembari menunggu Deva."Astaghfirullah," pekikku ketika masuk ke dalam mobil dan sudah mendapati Deva duduk di kursi depan samping kemudi.Deva menyeringai, lalu membuka masker yang menutupi wajahnya."Nyonya, lain kali kalau meninggalkan mobil tolong kunci mobilnya di bawa serta, ya. Sekalian di kunci pakai alarm
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 30**Sudah hampir seminggu ini aku dan Deva berusaha mencari keberadaan Mira, tentunya dengan bayaran yang setimpal, karena Deva juga butuh uang atas kerja kerasnya selama ini. Aku memilih mengajak serta Deva meskipun harus mengeluarkan uang daripada berjalan sendiri dan tak tau kemana arah tujuannya.Sejak kepergianku dari rumah, aku hanya sekali menghubungi Arfan, sekedar menanyakan istrinya dan suamiku. Apa mereka sudah bersatu atau belum."Mas Bayu masih tinggal di sana, Mbak. Kalau Linda juga masih di sini, dia belum wajib keluar sampai kami resmi bercerai," tuturnya kala itu lewat sambungan telepon."Kamu serius mau pisah sama dia?""Serius lah, bila perlu aku juga tak akan menganggap Mas Bayu sebagai kakakku lagi. Terlalu kejam, Mbak," ucap Arfan lagi dengan desahan nafas yang dapat kudengar."Sabar, kita harus kuat dan bangkit dengan kedua kaki kita sendiri. Jangan sampai mereka ta
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 31(POV Bayu)"Tapi aku juga butuh keturunan, Mas. Kamu itu mandul, sampai kapanpun nggak bakal bisa kasih aku anak." Itulah ucapan Linda yang masih terngiang di kepalaku hingga kini.Ya, aku mandul. Sampai kapanpun tak akan bisa memiliki anak. Tapi aku pun juga tak rela ketika harus melihat Linda pergi dariku. Ia bagai candu bagiku.Cintaku pada Linda mengalahkan segalanya, termasuk rasaku pada Mira, kakaknya. Jahat? Memang, tapi bukankah cinta itu tidak bisa di salahkan?"Lagipula kamu juga akan menikah dengan wanita pilihan orang tuamu," lanjutnya lagi, ketika aku menuntut kesetiaannya."Aku terpaksa, semua kulakukan bukan atas dasar cinta. Kamu tahu sendiri, kan? Keluargaku bangkrut. Dan hanya lewat wanita itu lah keuangan keluargaku akan kembali seperti dulu lagi. Tapi aku mohon dengan sangat, jangan tinggalkan aku," pintaku padanya. Karena sungguh, aku tak rela jika harus berpisah darinya.
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 32**"Nih, pesananmu," ucap Deva sembari menyodorkan semangkuk bubur ayam kesukaanku.Pagi ini kita akan berencana mengunjungi Mira setelah seminggu ini ia tinggal lagi di rumah sakit jiwa. Aku pun juga telah mengajukan berkas-berkas perceraianku dengan Mas Bayu setelah pertimbangan yang matang.Jika dulu aku bersamanya tanpa cinta, maka kini aku juga akan melepasnya tanpa cinta. Cinta bisa datang dengan seiring berjalannya waktu, tapi aku pun yakin bahwa cinta ini akan pudar dengan seiring berjalannya waktu pula. Karena untuk bertahan pun hanya akan menghancurkan diriku sendiri."Terimakasih," sahutku dengan menerima pemberiannya.Sudah seminggu ini pula Deva selalu menemaniku tanpa bayaran. Ia berkata bahwa kini ia hanya akan menjadi temanku, bukan orang suruhanku. Tak enak memang, tapi aku pun juga butuh teman yang bisa menemaniku saat aku butuh."Jangan lupa di aduk dulu, baru dimakan,
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 33**Kupandangi langit jingga di ufuk barat sana saat Deva sedang membeli minum untuk kami berdua. Angin berhembus pelan, menerpa tubuhku yang kian kurus dan kesepian ini. Deva berjalan kearahku dengan membawa dua botol air mineral, dia adalah sosok lelaki yang kuat dan tanggungjawab. Sayang, sampai detik ini dia masih betah menyendiri."Nih, minum lah," ucap Deva seraya menyodorkan minuman dingin itu padaku.Aku tersenyum dan meraih botol yang ia sodorkan. Kembali aku menatap pertunjukan indah di langit senja. Sepasang burung berterbangan menambah indahnya warna jingga di ufuk sana."Sini aku bukain, kamu lama banget," ucap Deva saat aku tak kunjung membuka botol minumanku."Aku bisa sendiri, Deva." Aku menatapnya sekilas dengan bibir mengerucut."Kamu kenapa? Kambuh lagi diemnya. Mau ikutan kaya Mira?" ledek Deva tak lucu."Apaan, sih. Kamu moga-mogain aku depresi? Gila? Git