Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 20**
Aku menghela nafas panjang setelah sampai di toko yang merupakan usaha kedua dari mertuaku. Kulihat dengan seksama betapa majunya toko ini sekarang, dibanding dulu saat mereka terpuruk dan tidak memiliki modal. Nama Toko Intan kini berubah menjadi Toko Barokah, tapi ternyata apa yang mereka lakukan selama ini tak menjadikan toko mereka Barokah karena semua itu dilakukan atas dasar kebohongan.
Aku yakin hidup itu adil, dulu ketika mereka terpuruk kami membantu. Tapi ternyata ketulusan yang kami berikan tak lain hanya lah dibalas dengan kebohongan oleh mereka. Maka saatnya kini aku mengambil alih lagi apa yang seharusnya menjadi milikku, karena kebohongan sampai kapan pun tidak akan dibenarkan.
Senyum lebar kusunggingkan ketika Ibu menyambutku yang baru saja tiba di toko. Pelanggan terlihat lumayan ramai, karena mertuaku membuka toko bahan pokok jadi hampir semua orang membutuhkannya.
"Nurma, tumben
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 21**Aku mematut diri di depan kaca, melihat tubuhku yang telah terbalut gamis merah maroon dengan riasan natural. Juga sebuah tas selempang kecil di pundak berisikan ponsel dan dompet, hijab senada sengaja kupadankan dengan gamisku supaya tak terlihat mencolok.Samar kudengar Mas Bayu menyalakan mobilnya, tapi hari ini aku sengaja ingin membawa fortuner baruku agar Linda tahu bahwa aku bukanlah seorang orang kaya baru. Melainkan memang sudah lebih dulu aku yang kaya daripada Mas Bayu dan keluarganya."Ayo, Dek. Sudah siap belum?""Sudah, tinggal pakai lipstik sebentar." Aku memoleskan lipstik merah muda pada bibirku, sengaja aku tak dandan terlalu menor karena memang bukan tipeku."Pakai mobilku saja, Mas. Kan syukuran mobil baru, masa mobilnya nggak di bawa," ucapku seraya meletakkan lipstik itu kembali ke tempatnya.Sejenak ia terdiam, lalu menatapku lewat pantulan cermin.
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 22**Mas Bayu terlihat bimbang, ia berulang kali menatapku dan Mira secara bergantian."Dek ... Tolong lah," ucap Mas Bayu sendu.Kutatap Mas Bayu lekat, seketika rasa kemanusiaanku sirna ketika melihat Mas Bayu begitu peduli pada mantan kekasihnya itu."Turunlah kalau kamu menginginkan pisah dariku." Lantang kuucapkan kata yang sebenarnya sangat ingin kuhindari.Namun apa boleh buat ketika sebuah larangan tak dapat lagi mencegahnya, melainkan harus menggunakan ancaman yang sedikit kasar.Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudi, tapi tetap dengan pandangan sayu. Hingga akhirnya lampu merah berganti dengan hijau dan Mas Bayu menginjak pedal gas meninggalkan tempat itu."Yasudah, ayo kita pulang aja." Dia bergumam lirih dan fokus pada jalanan.Aku melirik sekilas Mira yang masih terdiam terpaku di trotoar. Pandangannya kosong. Kasihan memang, tapi rumah tanggaku lebih kasiha
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 23**Kupukul setang kemudi kasar sembari menginjak pedal gas kuat. Mas Bayu sudah keterlaluan, ternyata dia masih begitu peduli dengan Mira, mantan kekasihnya.Apa yang aku perjuangkan selama ini tak cukup membuatnya bisa melupakan Mira. Baiklah, jika memang itu keinginanmu. Aku turuti saja permainan ini.Seharian ini aku bekerja dalam diam, berusaha menata hati setelah semua yang terjadi dalam hidupku akhir-akhir ini. Aku pikir, jika aku tidak bertindak lebih keras maka mereka akan terus menindasku. Berulang kali kuungkapkan, bahwa menjadi jahat itu memang tidak baik. Tapi semua yang terjadi padaku ini mengharuskanku menjadi seorang wanita yang jahat agar mereka tak lagi memperlakukanku semena-mena.Kututup tas selempang kecilku, lalu berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman. Hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi rumah Bapak. Tak lain juga karena ingin menceritakan semua yang sudah terjadi p
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 24**"Mas ...."Jantungku hampir saja keluar dari tempatnya ketika kudengar seseorang mendesah dengan suamiku. Suara yang sangat kukenal.Sial! Skandal apa lagi ini?Belum selesai satu masalah, kini muncul lagi masalah baru. Mas, lihat saja jika memang kudapati kamu sedang selingkuh dengan wanita binal itu aku akan membabat habis semua yang kamu punya.Kutempelkan daun telingaku pada pintu kamar tamu, tapi ternyata pintu itu tidak tertutup dengan sempurna hingga gerakanku membuat pintu itu sedikit terbuka. Aku lantas mengintip apa yang sedang terjadi di dalam kamar yang biasa di tempati oleh orang tua kami jika sedang menginap di rumah ini."Astaghfirullah ...." Kubungkam mulutku setelah beristighfar lirih, ketika kulihat dengan jelas tubuh kekar Mas Bayu tengah menindih iparnya sendiri. Linda.Biadap! Seperti ini kah kelakuan mereka? Ternyata aku tak hanya dibohongi perihal uang, m
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 25**Dua menit berselang setelah aku mengirimkan foto itu ke dalam grup keluarga yang di dalamnya juga terdapat Mas Bayu dan Linda. Aku tersenyum puas ketika Om Santoso adalah orang pertama yang mengomentari foto kirimanku tersebut.[Nur, ini siapa? Kok kaya Bayu sama Linda?]Tak berselang lama, Bude Tutik, istri Om Santoso pun ikut berkomentar.[Iya, Pah. Ini kaya Bayu sama Linda]Lagi-lagi senyumku mengembang, ketika ibu mertuaku pun juga ikut andil untuk mengomentari foto kirimanku beberapa saat yang lalu.[Nur. Jangan macam-macam. Hapus sekarang juga, kita bicara lewat telepon]Huufftt haahhApa sebenarnya Ibu juga sudah tahu perihal ini? Sepertinya ia terlihat biasa saja dengan foto tersebut.[Kenapa, Bu? Bukankah sebaiknya kita tunggu klarifikasi dari orang yang bersangkutan terlebih dahulu? Soalnya aku udah berlaku baik tapi tidak ditanggapi]Maaf, aku me
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 26**[Malam ini kumpul di rumahku pukul tujuh malam. Semua harus datang. Terutama Bayu dan Linda]Kubaca sebuah pesan di grup keluarga Pradipta. Seketika itu juga tawaku meledak hingga membuat teman kerjaku melihatku aneh.Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, lalu kembali fokus pada laporan yang sedang kukerjakan. Rasanya hatiku sedang di atas awan, ketika sakit hatiku perlahan akan segera terbalaskan."Nur, nih aku tadi beli roti. Satu buat kamu," ucap Nadia teman kerjaku.Aku menerima roti pemberiannya, lalu membuka dan mulai makan. Kebetulan pekerjaanku sudah selesai. Hanya menunggu jam pulang saja. Beberapa temanku pun terlihat sudah santai dan bersendau gurau dengan yang lainnya."Semalem aku liat postingan suamimu di beranda EfBe-nya, itu ... Kaya Linda, ya?" tanya Nadia pelan, sepertinya ia takut jika aku tersinggung.Senyum tipis kusunggingkan. Lalu mengunyah roti
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 27**"Nurma, bagaimana usahamu? Kudengar baru buka cabang kedua, ya?" tanya Bude Tutik memecah keheningan."Em ... Iya Alhamdulillah, Bude. Ternyata Tuhan itu tidak tidur Bude, dibalik sakit ini ternyata terselip sebuah kejutan dari Tuhan," jawabku setengah menyindir.Para keluarga Mas Bayu menundukkan kepala setelah aku memberikan pukulan telak pada mereka. Aku memang wanita polos dan pendiam. Tapi sekali aku disakiti maka pembalasanku akan jauh lebih kejam dari apa yang telah mereka lakukan."Yasudah, minum dulu sembari menunggu Bang Hamid datang," sahut Bude Tutik mengalihkan pembicaraan.Aku pun lantas menyeruput teh yang telah disediakan sembari mengecek beberapa pesan yang telah masuk ke dalam ponsel.Ternyata ada sebuah pesan balasan dari Deva yang belum sempat kubuka.[Baik, aku juga masih ada satu file yang belum kusampaikan padamu perihal kasus kita yang kemarin. Karena ak
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 28**Kukemasi beberapa bajuku yang tersimpan di dalam almari. Hidup ini serasa tak adil, lebih baik aku pergi meninggalkan mereka daripada aku merasakan sakit yang seperti ini.Tidak ada yang perlu aku pertahankan di sini. Mereka semua jahat, tak punya hati. Sia-sia saja selama ini aku memutuskan untuk tetap tinggal dan bersama Mas Bayu, karena nyatanya ia jauh lebih menyakitiku."Kamu mau kemana?" tanya Mas Bayu dari ambang pintu.Aku diam tak menjawab pertanyaannya, suhu tubuhku seakan naik tiba-tiba. Dia sudah keterlaluan dengan menyeretku masuk ke dalam lubang hitam ini."Jangan jadi istri durhaka. Jawab!" bentaknya ketika aku masih sibuk menata beberapa bajuku di dalam koper.Tanganku diam membeku, kemudian beralih menatapnya yang telah lebih dulu menatapku dengan tatapan dingin."Jika memang seorang istri dapat durhaka pada suami, lalu apa jika suami yang dengan sengaja mendzo
Janda Terhormat (39)Extra Part.."Pakeettt ...."Kutajamkan indera pendengaranku. Sepertinya ada seorang kurir yang mengantarkan paket di depan sana.Aku lantas berdiri dan membukakan pintu depan. Rupanya Pak Amin, satpam di rumahku hendak membawakan paket itu ke dalam rumah."Maaf, Bu. Ada paket," katanya.Aku tersenyum, lalu mengambil bungkusan itu dari tangannya. "Terimakasih, Pak," kataku lalu kembali masuk ke dalam rumah dan hendak membuka paket itu.Aku sedikit heran, karena setahuku aku sama sekali tidak mempunyai paket atau barang yang kubeli melalui online. Shima masih sekolah hari ini, jadi aku hanya di rumah sendirian.Kubuka perlahan paket yang tak kutahu dari siapa itu. Ukurannya besar, tapi tak terlalu berat. Sebetulnya aku sedikit khawatir, takut jika ternyata ini adalah sesuatu yang membahayakanku ataupun keluargaku karena memang paket ini ditujukan untukku, tertera nama dan nomor ponselku. Besar kemungkinan, orang yang mengirimkan paket ini adalah orang yang tela
Janda Terhormat (38).."Kenalkan, ini Adis, calon istriku," ucap Deva membuatku dan Adit terkejut.Secepat itu dia mendapatkan calon istri?Wanita itu mengulurkan tangannya padaku, lalu kusambut dengan senyuman lebar. Tak masalah bagiku Deva telah mendapatkan penggantiku, toh memang ini yang aku inginkan."Nurma ...." Dia tersenyum, manis sekali."Dia anak dari guru ngajiku, ayahnya memintaku untuk menikahinya. Jadi kuputuskan untuk menikah dua minggu lagi. Dan aku harap, kalian jadi anggota yang turut serta mengurus semua acaraku nanti, ya," tutur Deva menerangkan, bahwa ternyata wanita itu adalah anak dari seorang guru tempatnya belajar soal agama. Mungkin bisa jadi dia dan Adis bertaaruf, itulah sebabnya mereka langsung akan menikah."Tentu, kami akan menjadi orang pertama yang akan mengurus acara pernikahan kalian. Tenanf saja," terang Adit dengan gembira.Aku lantas menganggukkan kepala, setuju dengan kata-kata Adit bahwa kami akan membantu semua acara pernikahannya. Aku senang,
Janda Terhormat (37)...Hari ini kami bertiga berencana pergi ke kebun binatang. Tak lain, itu semua untuk menyenangkan hati anak perempuan kami, Shima. Sedari pagi dia sudah sangat antusias dengan liburan kami kali ini.Sudah seminggu ini aku resmi tinggal di rumah Adit, menemani tumbuh kembang Shima sembari belajar menjadi istri yang baik dari sebelumnya. Jika kemarin aku gagal dalam pernikahan, tapi kali ini aku tidak boleh gagal lagi. Sebisa mungkin pernikahan ini harus menjadi yang terakhir di hidupku."Bundaaa ... Ayo berangkat," teriak Shima dari ruang tamu ketika aku tengah menyiapkan bekal.Ya, sejak aku resmi menjadi ibunya dia memanggilku dengan sebutan bunda. Bukan aku yang meminta, melainkan dia sendiri yang memanggilku seperti itu.Tak masalah, toh semua panggilan itu tetap bagus, terlebih jika ditujukan kepada orang tersayang. Adit pun juga setuju ketika Shima ingin memanggilku dengan sebutan bunda."Iya, sebentar, Sayang. Panggil papamu, sudah siap belum," jawabku dar
Janda Terhormat (36)..Tiga bulan kemudian ...."Bagaimana para saksi? Sah?" ucap penghulu menggema di ruangan yang telah di dekor dengan nuansa warna pastel ini.Dadaku bergemuruh, ketika kutunggu jawaban dari para saksi yang duduk di samping penghulu. Kulihat butiran bening sebesar jagung juga memenuhi dahi Adit yang tengah duduk di sampingku dengan berjabat tangan dengan penghulu.Ya, hari ini adalah hari pernikahanku dan ayah mewakilkan kepada penghulu karena tak kuasa menikahkanku sendiri. Seketika tubuhku terasa ringan ketika para saksi mengatakan kata 'SAH' secara serempak. Adit mengulurkan tangannya, lalu kusambut dengan menciumnya penuh takzim. Hatiku sejuk, ketika bibirku menyentuh punggung tangan Adit yang kini telah menjadi suamiku.Akhirnya, kesendirianku selama ini terbayar sudah dengan acara hari ini. Kekosongan dalam hatiku beberapa tahun ini telah terisi dengan hadirnya sosok Adit di sampingku saat ini.Adit lantas mengambil kotak cincin, lalu memasangkannya di jari
Janda Terhormat (35).."Hallo, Tante ...." sapa Shima begitu sampai di rumahku.Aku sengaja menunggunya di teras, selain tak ada pekerjaan juga karena memang aku sangat senang begitu Shima akan kemari. Meskipun dia tidak ada ikatan darah denganku, tapi rasa sayangku melebihi apapun padanya. Mungkin jika aku memiliki seorang anak, rasaku akan seperti ini juga."Hallo, Sayang," sapaku dengan mencium pipinya singkat.Adit berdiri di belakang Shima, lalu mengelus singkat puncak kepala anaknya itu. Tak kusangka, sebentar lagi Shima akan menjadi anakku. Semoga saja aku bisa menjadi seorang ibu yang baik untuknya."Kamu nggak sibuk, Nur?" tanya Adit begitu Shima telah melepaskan pelukannya dari tubuhku.Aku menggeleng singkat lalu menatapnya, "enggak, emangnya kenapa?""Kalau kamu sibuk, Shima nggak aku tinggalin."Mendengar penuturannya aku lantas mencebik. "Enggak lah. Kalau aku sibuk mana mungkin sekarang santai-santai di sini," jawabku dengan sedikit cemberut."Ya siapa tahu kamu sedang
Janda Terhormat (34).."Bagas gimana, Nur?" tanya Adit ketika aku telah berada di dalam mobilnya.Aku yang semula masih melamun lantas menoleh kearahnya. "Em ... Dia udah mendingan. Semoga saja dalam waktu dekat ini kondisinya semakin membaik."Kuhela nafas panjang, "sedih rasanya melihat ada orang yang sampai sedepresi itu hanya karena kegagalan cinta."Adit justru terkekeh, "untung aja kamu dulu enggak, ya?""Maksud kamu?""Ya, untung aja kamu nggak depresi setelah kegagalam cintamu yang berkali-kali itu. Kamu kan bucin parah sama suamimu dulu," ucapnya meledek.Aku hanya mencebik, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela lagi. Memang benar kata Adit, dulu aku terlalu cinta dengan mantan suamiku. Hingga rasanya duniaku telah tertutup dengan semua sikap manisnya yang palsu.Tak hanya sekali, aku seakan terombang-ambing dalam dunia percintaan tak hanya sekali. Dengan Deva sekalipun. Saat itu hatiku sempat patah, rapuh dan seakan tak ingin membuka hati lagi sampai pada akhirnya soso
Janda Terhormat (33)..Aku masih berdiri dengan seluruh tubuhku bergetar. Ya, sejujurnya saja aku juga takut kalau Bagas beralih menyerangku. Hanya saja aku tak punya pilihan lain ketika Della pun sedang ada di posisi sulit.Kuhembuskan nafasku panjang, berusaha menenangkan diriku untuk berusaha mendekati Bagas. Sebenarnya dia tidak jahat, hanya saja saat ini pikirannya sedang terguncang. Jadi wajar jika dia bersikap demikian."Bagas, tolong lepaskan pecahan vas itu dari tanganmu," kataku lembut.Entah kenapa Bagas bisa kambuh seperti ini. Aku belum sempat mencari tahu penyebabnya, yang penting sekarang adalah aku menyelamatkan Della terlebih dahulu.Bagas masih terdiam, memandangku tanpa menurunkan vas bunga dari hadapan Della. Aku maju selangkah demi selangkah mendekatinya.Meskipun Della memberi isyarat agar aku tak mendekat, tapi rasa kemanusiaanku tetap berjalan di depan. Terlebih, aku tahu bahwa sebe
Janda Terhormat (32)..Hari ini mungkin bisa kukatakan adalah hari yang sangat bahagia untukku. Dimana hari ini, Adit menyatakan perasaannya langsung di depan kedua orang tuaku.Ya, setelah kemarin siang aku juga mengutarakan perasaanku bahwa aku pun juga memiliki rasa padanya. Malam ini dia datang dengan di temani Shima, anak perempuannya yang sebentar lagi akan menjadi anakku juga."Nak Adit. Terimakasih kamu sudah mau menerima kekurangan dan keburukan Nurma. Bapak dan Ibu tidak bisa berbuat banyak untuk kalian. Semua hal kami serahkan pada kalian," tutur ayahku menasehati.Aku dan Adit saling berpandangan, tapi kini aku sudah mulai membiasakan diri untuk tidak terlihat gugup di depannya. Padahal sebelum ini, aku sama sekali tidak canggung ataupun gugup jika sedang berada di dekatnya. Namun entah kenapa, sekarang justru seperti ini."Baik, Pak. Terimakasih juga, Bapak dan Ibu mau menerima saya. Semoga kedepannya kita bisa menjadi keluarga
Janda Terhormat (31)..Dear Nurma ....Hai, semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Maaf jika aku terkesan seperti pecundang yang tak berani menghampirimu secara langsung, atau mengatakan hal ini secara langsung padamu.Nurma, maaf jika kehadiranku selama ini selalu mengganggu harimu, membuat hidupmu seakan penuh dengan tekanan. Kini aku sadar, bahwa aku tidak bisa memaksakan apa yang kuinginkan. Aku salah ... Dan sangat berdosa.Tidak sepantasnya, aku memaksa cintaku pada Adit. Atau menginginkan agar Adit kembali lagi padaku. Sejujurnya, aku melakukan semua itu semata-mata bukan karena aku terlalu tergila-gila atau terobsesi pada Adit, melainkan semua itu hanya kujadikan pelarian atas kisah cintaku dengan Bang Dewa.Sekarang kamu tahu, bagaimana rusaknya hidupku, kan? Mengenai skandalku dengan Bang Dewa hingga akhirnya aku keguguran. Rasanya hidupku sangat hina, ketika aku telah menyia-nyiakan pria sebaik Adit. Bahkan kini kamu pu