Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 14**
"Mira sudah sembuh?" tanyaku dengan debaran jantung yang tak beraturan.
Deva mendesah pelan, seakan menyembunyikan sebuah beban berat dalam hatinya.
"Belum ...."
Refleks aku menutup mulutku yang menganga tak percaya dengan penuturan Deva.
"Lalu?"
"Dia kabur dari rumah sakit jiwa,"
"Astagfirullah ...."
"Menurut informasi yang kuperoleh, orang tuanya juga tidak berniat mengembalikannya ke rumah sakit jiwa. Itulah sebabnya pada foto yang tempo hari kutunjukkan padamu ada seorang wanita tengah duduk di teras dengan tatapan kosong. Itu Mira,"
Detak jantungku seakan berhenti berdetak. Mira, mantan kekasih Mas Bayu, masuk rumah sakit jiwa, kabur, Linda adik Mira, minta uang setiap bulan pada Mas Bayu.
Aarrgghh
Kepalaku hampir pecah. Sebenarnya apa yang terjadi sekarang? Kenapa semua begitu rumit?
"Hentikan, Va. Kepalaku serasa mau pecah, kita b
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 15**Kusandarkan kepalaku di sisi jendela kamar, menatap jingga di ufuk barat sana. Hancur, itulah yang kini tengah menyelimuti hatiku. Ketika sebuah notifikasi M-banking di ponsel suamiku menghancurkan semuanya.Terlebih hari ini, saat ada seorang wanita datang dan merengkuh tubuh suamiku hangat. Ia pun juga mengatakan bahwa aku telah merebut Mas Bayu darinya. Sungguh, semua hal yang terjadi akhir-akhir ini serasa membuatku gila.Bahkan wanita yang tampak gangguan jiwa itu terlihat sangat mencintai Mas Bayu meski kini pikirannya sedang terganggu. Sedangkan Mas Bayu, kulihat ia pun juga masih memiliki perasaan yang sama pada wanita itu.Kuremas dadaku sendiri, merasakan setiap jengkal rasa sakit yang kian menelusup dalam dada. Ya Allah ... Andai saat itu aku tak menerima perjodohan ini, mungkin semua ini tak akan terjadi.Kulirik sekilas, saat Mas Bayu melintas di taman sisi kamar den
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 16**"Dek ...."Aku terperanjat ketika mendengar suara Mas Bayu mengangetkanku yang masih tersungkur di lantai saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian yang membuat Mira harus tinggal di rumah ini.Sepatah katapun serasa tak mampu keluar dari mulutku. Kecewa. Itu lah yang kini tengah aku rasakan. Tak hanya sekali ini dia telah menyakiti hatiku, tapi berkali-kali, membuatku serasa sudah sangat kebal dengan rasa sakit yang kian mendera hidupku.Ia terlihat berjalan mendekat ke arahku, lalu berjongkok dihadapanku. Seorang imam yang baik, tak akan memasukkam wanita lain ke dalam rumahnya dalam keadaan apapun. Namun tidak dengan Mas Bayu, ia dengan mudahnya memasukkan Mira ke dalam rumah ini dengan dalih kesembuhannya. Apa itu masuk akal?"Dek, maafkan aku,"Aku masih diam bergeming, serasa mulutku kaku tak dapat mengucapkan satu patah katapun. Hi
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 17**Kubaringkan Mira di tempat tidurnya, lalu beranjak meninggalkannya yang mulai tenang. Setengah jam kutunggui dia yang diam tak bergerak hingga akhirnya matanya terpejam dan terdengar dengkuran halus dari bibirnya.Wajahnya cantik, putih, rambutnya juga halus dan hitam. Mungkin, dia sangat cantik ketika belum mengalami gangguan jiwa seperti ini. Sebesar ini kah rasa cintanya pada Mas Bayu hingga ia harus depresi karena ditinggal oleh kekasihnya itu?Lalu, sebenarnya apa motif Linda menikah dengan Arfan jika memang Mira adalah mantan kekasih Mas Bayu?"Dek ...."Aku mengacungkan jari telunjuk di depan mulut ketika melihat Mas Bayu masuk ke dalam kamar tamu tempat Mira tidur. Ia mengerti lalu mundur kembali dan menutup pintunya pelan.Sehalus mungkin aku juga meninggalkan Mira sendiri di dalam kamar agar ia bisa beristirahat. Ini tidak boleh dibiarkan terus menerus, Mira buka
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 18"Nurma, tolong maafkan kami. Kami bersalah telah membohongimu selama ini," kata Bapak mencairkan suasana, tapi bukan berarti aku dapat luluh begitu saja dengan perkataannya.Tanpa menjawab perkataannya aku lantas melenggang keluar dari rumah dan masuk ke dalam taksi online yang sudah kupesan. Sejenak kulirik mobil hitam Mas Bayu yang terparkir di halaman, lalu tersenyum miring dan menutup pintu taksi pelan."Pak, berhenti dulu di ATM, ya," ucapku sopan pada sopir taksi online tersebut.Beliau mengangguk, lalu menghentikan mobilnya sejenak di depan sebuah bank yang terdapat mesin ATM. Aku turun, lalu masuk dengan menggenggam sebuah kartu milik Mas Bayu yang kubawa beberapa saat yang lalu.Kutekan nomor pin yang dulu pernah kami buat bersama, aku tersenyum puas ketika nomor itu belum diganti oleh Mas Bayu. Dengan cekatan aku lantas mengirim sisa saldo dalam rekening itu ke dalam tabungan pribadiku
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 19Tak kusangka, sebuah notifikasi M-banking dalam ponsel Mas Bayu berimbas hingga sejauh ini. Kini hubunganku dengannya menjadi renggang setelah aku memergoki notifikasi itu dalam ponselnya. Namun, jika dulu aku tidak tahu tentang notifikasi itu mungkin kebohongan demi kebohongan ini akan terus berlanjut dan aku hanya dijadikan sebagai tumbal oleh mereka.Kupejamkan mataku setelah memastikan Mas Bayu benar-benar terlelap. Aku tidak ingin tertinggal satu langkah lagi darinya. Mungkin dia bisa membohongiku selama lima tahun ini, tapi tidak dengan sekarang. Tidak ada yang bisa mengelabuhiku lagi.Terhitung sudah hampir satu bulan ini aku tidak bertemu dengan Rio, bayi laki-laki mungil dan sangat menggemaskan itu. Andai saja aku punya bayi sendiri, pasti hidupku tidak akan semenderita ini karena ada seorang bayi yang bisa menghiburku ketika sedang sedih.Tapi tak apa, mungkin Tuhan memang telah merencanakan yang t
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 20**Aku menghela nafas panjang setelah sampai di toko yang merupakan usaha kedua dari mertuaku. Kulihat dengan seksama betapa majunya toko ini sekarang, dibanding dulu saat mereka terpuruk dan tidak memiliki modal. Nama Toko Intan kini berubah menjadi Toko Barokah, tapi ternyata apa yang mereka lakukan selama ini tak menjadikan toko mereka Barokah karena semua itu dilakukan atas dasar kebohongan.Aku yakin hidup itu adil, dulu ketika mereka terpuruk kami membantu. Tapi ternyata ketulusan yang kami berikan tak lain hanya lah dibalas dengan kebohongan oleh mereka. Maka saatnya kini aku mengambil alih lagi apa yang seharusnya menjadi milikku, karena kebohongan sampai kapan pun tidak akan dibenarkan.Senyum lebar kusunggingkan ketika Ibu menyambutku yang baru saja tiba di toko. Pelanggan terlihat lumayan ramai, karena mertuaku membuka toko bahan pokok jadi hampir semua orang membutuhkannya."Nurma, tumben
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 21**Aku mematut diri di depan kaca, melihat tubuhku yang telah terbalut gamis merah maroon dengan riasan natural. Juga sebuah tas selempang kecil di pundak berisikan ponsel dan dompet, hijab senada sengaja kupadankan dengan gamisku supaya tak terlihat mencolok.Samar kudengar Mas Bayu menyalakan mobilnya, tapi hari ini aku sengaja ingin membawa fortuner baruku agar Linda tahu bahwa aku bukanlah seorang orang kaya baru. Melainkan memang sudah lebih dulu aku yang kaya daripada Mas Bayu dan keluarganya."Ayo, Dek. Sudah siap belum?""Sudah, tinggal pakai lipstik sebentar." Aku memoleskan lipstik merah muda pada bibirku, sengaja aku tak dandan terlalu menor karena memang bukan tipeku."Pakai mobilku saja, Mas. Kan syukuran mobil baru, masa mobilnya nggak di bawa," ucapku seraya meletakkan lipstik itu kembali ke tempatnya.Sejenak ia terdiam, lalu menatapku lewat pantulan cermin.
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 22**Mas Bayu terlihat bimbang, ia berulang kali menatapku dan Mira secara bergantian."Dek ... Tolong lah," ucap Mas Bayu sendu.Kutatap Mas Bayu lekat, seketika rasa kemanusiaanku sirna ketika melihat Mas Bayu begitu peduli pada mantan kekasihnya itu."Turunlah kalau kamu menginginkan pisah dariku." Lantang kuucapkan kata yang sebenarnya sangat ingin kuhindari.Namun apa boleh buat ketika sebuah larangan tak dapat lagi mencegahnya, melainkan harus menggunakan ancaman yang sedikit kasar.Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudi, tapi tetap dengan pandangan sayu. Hingga akhirnya lampu merah berganti dengan hijau dan Mas Bayu menginjak pedal gas meninggalkan tempat itu."Yasudah, ayo kita pulang aja." Dia bergumam lirih dan fokus pada jalanan.Aku melirik sekilas Mira yang masih terdiam terpaku di trotoar. Pandangannya kosong. Kasihan memang, tapi rumah tanggaku lebih kasiha