Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 18"Nurma, tolong maafkan kami. Kami bersalah telah membohongimu selama ini," kata Bapak mencairkan suasana, tapi bukan berarti aku dapat luluh begitu saja dengan perkataannya.
Tanpa menjawab perkataannya aku lantas melenggang keluar dari rumah dan masuk ke dalam taksi online yang sudah kupesan. Sejenak kulirik mobil hitam Mas Bayu yang terparkir di halaman, lalu tersenyum miring dan menutup pintu taksi pelan.
"Pak, berhenti dulu di ATM, ya," ucapku sopan pada sopir taksi online tersebut.
Beliau mengangguk, lalu menghentikan mobilnya sejenak di depan sebuah bank yang terdapat mesin ATM. Aku turun, lalu masuk dengan menggenggam sebuah kartu milik Mas Bayu yang kubawa beberapa saat yang lalu.
Kutekan nomor pin yang dulu pernah kami buat bersama, aku tersenyum puas ketika nomor itu belum diganti oleh Mas Bayu. Dengan cekatan aku lantas mengirim sisa saldo dalam rekening itu ke dalam tabungan pribadiku
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 19Tak kusangka, sebuah notifikasi M-banking dalam ponsel Mas Bayu berimbas hingga sejauh ini. Kini hubunganku dengannya menjadi renggang setelah aku memergoki notifikasi itu dalam ponselnya. Namun, jika dulu aku tidak tahu tentang notifikasi itu mungkin kebohongan demi kebohongan ini akan terus berlanjut dan aku hanya dijadikan sebagai tumbal oleh mereka.Kupejamkan mataku setelah memastikan Mas Bayu benar-benar terlelap. Aku tidak ingin tertinggal satu langkah lagi darinya. Mungkin dia bisa membohongiku selama lima tahun ini, tapi tidak dengan sekarang. Tidak ada yang bisa mengelabuhiku lagi.Terhitung sudah hampir satu bulan ini aku tidak bertemu dengan Rio, bayi laki-laki mungil dan sangat menggemaskan itu. Andai saja aku punya bayi sendiri, pasti hidupku tidak akan semenderita ini karena ada seorang bayi yang bisa menghiburku ketika sedang sedih.Tapi tak apa, mungkin Tuhan memang telah merencanakan yang t
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 20**Aku menghela nafas panjang setelah sampai di toko yang merupakan usaha kedua dari mertuaku. Kulihat dengan seksama betapa majunya toko ini sekarang, dibanding dulu saat mereka terpuruk dan tidak memiliki modal. Nama Toko Intan kini berubah menjadi Toko Barokah, tapi ternyata apa yang mereka lakukan selama ini tak menjadikan toko mereka Barokah karena semua itu dilakukan atas dasar kebohongan.Aku yakin hidup itu adil, dulu ketika mereka terpuruk kami membantu. Tapi ternyata ketulusan yang kami berikan tak lain hanya lah dibalas dengan kebohongan oleh mereka. Maka saatnya kini aku mengambil alih lagi apa yang seharusnya menjadi milikku, karena kebohongan sampai kapan pun tidak akan dibenarkan.Senyum lebar kusunggingkan ketika Ibu menyambutku yang baru saja tiba di toko. Pelanggan terlihat lumayan ramai, karena mertuaku membuka toko bahan pokok jadi hampir semua orang membutuhkannya."Nurma, tumben
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 21**Aku mematut diri di depan kaca, melihat tubuhku yang telah terbalut gamis merah maroon dengan riasan natural. Juga sebuah tas selempang kecil di pundak berisikan ponsel dan dompet, hijab senada sengaja kupadankan dengan gamisku supaya tak terlihat mencolok.Samar kudengar Mas Bayu menyalakan mobilnya, tapi hari ini aku sengaja ingin membawa fortuner baruku agar Linda tahu bahwa aku bukanlah seorang orang kaya baru. Melainkan memang sudah lebih dulu aku yang kaya daripada Mas Bayu dan keluarganya."Ayo, Dek. Sudah siap belum?""Sudah, tinggal pakai lipstik sebentar." Aku memoleskan lipstik merah muda pada bibirku, sengaja aku tak dandan terlalu menor karena memang bukan tipeku."Pakai mobilku saja, Mas. Kan syukuran mobil baru, masa mobilnya nggak di bawa," ucapku seraya meletakkan lipstik itu kembali ke tempatnya.Sejenak ia terdiam, lalu menatapku lewat pantulan cermin.
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 22**Mas Bayu terlihat bimbang, ia berulang kali menatapku dan Mira secara bergantian."Dek ... Tolong lah," ucap Mas Bayu sendu.Kutatap Mas Bayu lekat, seketika rasa kemanusiaanku sirna ketika melihat Mas Bayu begitu peduli pada mantan kekasihnya itu."Turunlah kalau kamu menginginkan pisah dariku." Lantang kuucapkan kata yang sebenarnya sangat ingin kuhindari.Namun apa boleh buat ketika sebuah larangan tak dapat lagi mencegahnya, melainkan harus menggunakan ancaman yang sedikit kasar.Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudi, tapi tetap dengan pandangan sayu. Hingga akhirnya lampu merah berganti dengan hijau dan Mas Bayu menginjak pedal gas meninggalkan tempat itu."Yasudah, ayo kita pulang aja." Dia bergumam lirih dan fokus pada jalanan.Aku melirik sekilas Mira yang masih terdiam terpaku di trotoar. Pandangannya kosong. Kasihan memang, tapi rumah tanggaku lebih kasiha
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 23**Kupukul setang kemudi kasar sembari menginjak pedal gas kuat. Mas Bayu sudah keterlaluan, ternyata dia masih begitu peduli dengan Mira, mantan kekasihnya.Apa yang aku perjuangkan selama ini tak cukup membuatnya bisa melupakan Mira. Baiklah, jika memang itu keinginanmu. Aku turuti saja permainan ini.Seharian ini aku bekerja dalam diam, berusaha menata hati setelah semua yang terjadi dalam hidupku akhir-akhir ini. Aku pikir, jika aku tidak bertindak lebih keras maka mereka akan terus menindasku. Berulang kali kuungkapkan, bahwa menjadi jahat itu memang tidak baik. Tapi semua yang terjadi padaku ini mengharuskanku menjadi seorang wanita yang jahat agar mereka tak lagi memperlakukanku semena-mena.Kututup tas selempang kecilku, lalu berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman. Hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi rumah Bapak. Tak lain juga karena ingin menceritakan semua yang sudah terjadi p
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 24**"Mas ...."Jantungku hampir saja keluar dari tempatnya ketika kudengar seseorang mendesah dengan suamiku. Suara yang sangat kukenal.Sial! Skandal apa lagi ini?Belum selesai satu masalah, kini muncul lagi masalah baru. Mas, lihat saja jika memang kudapati kamu sedang selingkuh dengan wanita binal itu aku akan membabat habis semua yang kamu punya.Kutempelkan daun telingaku pada pintu kamar tamu, tapi ternyata pintu itu tidak tertutup dengan sempurna hingga gerakanku membuat pintu itu sedikit terbuka. Aku lantas mengintip apa yang sedang terjadi di dalam kamar yang biasa di tempati oleh orang tua kami jika sedang menginap di rumah ini."Astaghfirullah ...." Kubungkam mulutku setelah beristighfar lirih, ketika kulihat dengan jelas tubuh kekar Mas Bayu tengah menindih iparnya sendiri. Linda.Biadap! Seperti ini kah kelakuan mereka? Ternyata aku tak hanya dibohongi perihal uang, m
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 25**Dua menit berselang setelah aku mengirimkan foto itu ke dalam grup keluarga yang di dalamnya juga terdapat Mas Bayu dan Linda. Aku tersenyum puas ketika Om Santoso adalah orang pertama yang mengomentari foto kirimanku tersebut.[Nur, ini siapa? Kok kaya Bayu sama Linda?]Tak berselang lama, Bude Tutik, istri Om Santoso pun ikut berkomentar.[Iya, Pah. Ini kaya Bayu sama Linda]Lagi-lagi senyumku mengembang, ketika ibu mertuaku pun juga ikut andil untuk mengomentari foto kirimanku beberapa saat yang lalu.[Nur. Jangan macam-macam. Hapus sekarang juga, kita bicara lewat telepon]Huufftt haahhApa sebenarnya Ibu juga sudah tahu perihal ini? Sepertinya ia terlihat biasa saja dengan foto tersebut.[Kenapa, Bu? Bukankah sebaiknya kita tunggu klarifikasi dari orang yang bersangkutan terlebih dahulu? Soalnya aku udah berlaku baik tapi tidak ditanggapi]Maaf, aku me
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 26**[Malam ini kumpul di rumahku pukul tujuh malam. Semua harus datang. Terutama Bayu dan Linda]Kubaca sebuah pesan di grup keluarga Pradipta. Seketika itu juga tawaku meledak hingga membuat teman kerjaku melihatku aneh.Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, lalu kembali fokus pada laporan yang sedang kukerjakan. Rasanya hatiku sedang di atas awan, ketika sakit hatiku perlahan akan segera terbalaskan."Nur, nih aku tadi beli roti. Satu buat kamu," ucap Nadia teman kerjaku.Aku menerima roti pemberiannya, lalu membuka dan mulai makan. Kebetulan pekerjaanku sudah selesai. Hanya menunggu jam pulang saja. Beberapa temanku pun terlihat sudah santai dan bersendau gurau dengan yang lainnya."Semalem aku liat postingan suamimu di beranda EfBe-nya, itu ... Kaya Linda, ya?" tanya Nadia pelan, sepertinya ia takut jika aku tersinggung.Senyum tipis kusunggingkan. Lalu mengunyah roti