Hamil di Malam Pertama
Bab 58 : Kangen-kangenan
Zaki langsung merentangkan tangannya saat Vaulin membalikkan badannya hendak berbaring dengan posisi di tengah-tengah. Fatihah di samping kanan, sedangkan Zaki di samping kirinya.
"Kakak kangen banget sama kamu, Dek." Zaki langsung meraih Vaulin ke dalam pelukannya.
"Sama, Kak, aku juga kangen banget sama kamu." Vaulin membenamkan kepalanya di dada suaminya, hatinya begitu terharu sehingga air mata langsung meluncur begitu saja.
Zaki mendaratkan kecupannya di dahi Vaulin dan langsung mengangkat wajah istrinya itu saat mendengar isakan pelan.
"Kok malah nangis lagi?" Zaki menghapus air mata di wajah istrinya.
"Air mata bahagia ini, Kak, terharu banget ... akhirnya bisa memelukmu lagi .... " jawab Vaulin.
"Udah ah, jangan nangis gitu! Ayo, tidur!" Zaki membalikan tubuh Vaulin untuk menghadap ke arah Fatihah yang sudah tertidur pulas dengan memeluk boneka hello kitty hadiah dari Will
Hamil di Malam PertamaBab 59 : Sah!Hari pernikahan pun tiba juga. Kali ini tak hanya ada Pak Penghulu dan dua saksi saja yang hadir, tapi semua tetangga, kerabat juga rekan bisnis. Malik dan Della tak merasa malu lagi atas cibiran para tetangga, lagipula Vaulin dan Zaki juga hanya saudara angkat yang memiliki ikatan darah, jadi sah-sah saja untuk menikah.Acara ijab kabul berlangsung khidmat, acara resepsi juga berlangsung meriah. Semua anggota kelurga bersuka cita dan mendoakan untuk kelanggengan pernikahan Vaulin dan Zaki."Zaki, Vaulin, ini kunci kamar hotel kalian. Dan ini tiket pesawat untuk besok, nanti langsung berangkat saja," ujar Malik saat acara resepsi sudah selesai."Ahhaaa ... yahyahh ... Bun ... bun .... " oceh Fatihah di gend
Hamil di Malam PertamaBab 60 : Malam Pertama“Kena!” Vaulin menyentuh tangan kakaknya dan segera berlari masuk ke kamar.“Jahil banget sih, Dek!” Zaki menghembuskan napas kesal.Terdengar tawa puas dari arah kamar mandi. Zaki melengos lalu tersenyum atas ulah nakal istrinya itu kemudian melangkah menuju lemari untuk mencari pakaian. Mau tak mau, ia harus menunggu istrinya selesai mandi, barulah ia wudhu kembali.Beberapa saat kemudian, kedua sudah selesai melaksanakan sholat subuh berjamaah. Vaulin mengulurkan tangannya ke arah sang suami.“Semoga jadi istri sholeha, dan Bunda yang baik untuk anak-anak kita.” Zaki mengecup dahi istrinya
Hamil di Malam PertamaBab 61 : HukumanHmm ... pasti ketinggalan pesawat ini, gara-gara keasyikan bermalam pertama?” Della menahan tawa.Zaki menahan malu karena ledekan sang mertua.“Kangen Fatihah, Ma, makanya kita putuskan untuk bulan madu di rumah saja,” jawab Zaki sambil memindahkan Fatihah ke dalam gendongannya dan melangkah meninggalkan dua mertuanya.“Kak, tungguin!” Vaulin mengejar suami dan anaknya.Della dan Malik hanya bisa geleng-geleng kepala saja dengan tingkah anak dan menantunya itu. Keduanya saling lirik dan melangkah masuk pula.“Fatihah udah bobo, Dek?” tanya Zaki saat istrinya itu sudah naik ke atas tempat tidur.
Hamil di Malam PertamaBab 62 : Balasan Tuhan“Kak, kayaknya Caroline benaran hamil deh .... “ ujar Vaulin saat mereka mampir di sebuah rumah makan pinggir laut karena keduanya memang sama-sama menyukai makanan jenis seafood.“Mungkin aja,” jawab Zaki sambil mencomot udang krispy ke saus sambal di hadapannya.“Kena karma deh dia, rasain .... “ Vaulin melengos puas walau tadi ia terkesan kecewa atas masa hukuman yang tak bisa maksimal itu.“Iya, Dek, pasti itu. Sebelum mendapatkan balasan di akhirat, Allah memberikan balasan di dunia juga. Dia menuai apa yang telah dilakukannya kepadamu dulu.” Zaki menatap istrinya itu.“Iya, Kak, Allah memang adil.
Hamil di Malam PertamaBab 63 : NgidamMargareta membawa pulang bayi yang baru dilahirkan kliennya itu, ia tak tega jika harus membuangnya di sembarang tempat. Lebih baik ia rawat, dan siapa tahu ketika sudah bebas nanti, Caroline mau mengambilnya. Ia berharap suatu hari nanti bayi mungil itu bisa mendapatkan kasih sayang mamanya.Ditatapnya lekat bayi berjenis kelamin laki-laki itu, dia mirip dengan Willy, berhidung mancung dan beralis tebal. Ia yakin bayi malang ini akan tumbuh menjadi anak yang baik jika dididik dengan baik pula.“Akan kuberi nama Crisly, anaknya Caroline dan Willy.” Margareta mengangguk mantap sambil menatap bayi yang masih tertidur di pangkuannya itu setelah ia beri susu formula tadi.Taklama kemudian, pengaca
Hamil di Malam PertamaBab 64 : Gara-gara Mangga“Kak, turunin, udah sampai di dapur ini .... “ ujar Vaulin.“Eh iya, Sayang. Kamu duduk di sini dulu, Kakak mau bongkar isi kulkas Bik Ijah. Mudah-mudahan saja, semua bahan yang kita perluin ada di sana.” Zaki menurunkan Vaulin di dekat meja makan, lalu menarikkan kursi untuknya.Vaulin segera duduk dan menatap suaminya yang kini sedang mengobok-obok isi kulkas persediaan bahan makanan yang biasanya tahan tiga hari atau lebih itu.“Gimana, Kak?” tanya Vaulin tak sabar.“Ada timun dan bengkoang aja, Dek.” Zaki membawa dua sayuran itu dan memasukkannya ke dalam piring. “Oh iya, apel juga ada ini. Kacang tanah juga ada, gula merah dan cabe juga. Untuk bumbunya udah oke ini,” sambung Zaki sambil meletakkan semua bahan yang sudah ia sebutkan tadi.“Terus mangganya?” tanya Vaulin dengan sedikit kecewa.“Kita
Hamil di Malam PertamaBab 65 : Sate KepitingSedangkan di dalam rumah, Malik dan Della yang mendengar suara nyaring Pak RT langsung membuka pintu dan menatap ke arah pagar. Zaki yang juga mendengar suara ngebas sang pria berambut jarang itu langsung berlari keluar dan bersiap untuk mengakui kesalahannya walau dengan konsekuensi apa pun.“Ada apa, Pak RT? Ayo masuk!” Malik menghampiri sang RT yang masih memasang wajah sangar.“Pak Malik, saya Cuma mau bertanya ... apakah sandal ini mikil satu anggota di rumah ini?” tanya Pak RT, ia tak mau berbelit-belit, maunya langsung menangkap si maling mangga.“Pak RT, saya mau minta maaf ... itu ... sandal saya ... saya mohon maafkan saya ... tadi malam ..
Hamil di Malam PertamaBan 66 : Dia PutramuZaki meraih jaketnya, lalu dompet juga ponsel.“Kakak pergi dulu, Sayang. Jangan tidur dulum tungguin sate kepitingnya!” Zaki mendaratkan ciumannya di pipi sang istri.“Iya, Kak, aku Cuma rebahan aja kok dan akan nungguin kamu pulang bawa pesananku,” jawab Vaulin sambil merebahkan diri di tempat tidur.Zaki melangkah menuju pintu lalu keluar dari kamar. Ia akan mencari rumah makan yang yang menjual kepiting dan akan meminta mereka membakarnya, dan nanti di rumah baru dikeluarkan isinya lalu ditusuh ke tusuk sate. Dahinya berkerut saat mengingat tekstur daging kepiting yang sepertinya tak bisa ditusuk itu.“Ah, pokoknya harus dap