Share

Tidak terduga

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2022-12-02 15:46:34

“Aku cuma mau jalan-jalan sendiri, Kak, mau nikmati suasana aja,” ujar Nadia beralasan.

“Hmmh … yaudah, nanti aku bilang Ayah dan Bunda kamu kalau kamu pergi sama aku, ya. Besok rencana mau kemana? Kita samain dulu sebelum aku bantu kamu berbohong.”

“Bilang aja kita mau nonton, sama ke pusat belanja, gimana?!” Nadia begitu tampak bersemangat. Rana mengangguk, ia lalu mengajak Nadia naik ke lantai atas menuju kamar masing-masing.

Setibanya di kamar hotel, Nadia di sambut Calvin yang sedang bercanda dengan Arkana yang juga sudah pulang bekerja.

“Dari mana kamu? Terlambat lima belas menit,” tegur Arkana.

“Pergi sama Kak Rana, Yah. Ayah curiga aja.” Lalu Nadia mengambil alih Calvin dari pangkuan ayahnya. “Calvin main sama Kakak, yuk!” ajaknya. Ia menciumi pipi bayi gembul itu. “Bunda mana, Yah?” Nadia celingukan.

“Pergi beli makanan, malas masak katanya, mau beli aja. Kamu makan di mana tadi?” tanya Arkana sambil berjalan ke arah Nadia. Ia menjawab seingatnya, alias tempat yang tadi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hamil anak siapa?   First kiss

    Nadia pergi dari apartemen kecil tempat tinggal Deva dengan isi pikiran terus kepada lelaki itu yang ia rasakan memiliki masalah besar tapi disembunyikan. “Deva kenapa? Mendadak cium kening aku, baru juga bertemu lagi.” Ia bergumam sendiri. “Aduh!” teriak Nadia saat seseorang berlari dari arah belakang dan menabrak dirinya hingga terjatuh. Nadia beranjak cepat, kedua matanya menyipit melihat lelaki yang sedang berlari dikejar dua orang laki-laki juga. Nadia membekap mulutnya lalu ikut berlari. Saking cepatnya tiga lelaki itu berlari, Nadia sampai kelelahan sendiri. Ia mencari jalan lebih cepat tapi tidak tau kemana, ia juga takut nyasar. Akhirnya Nadia kembali mengejar semampunya dan berhenti di dekat satu gang kecil yang tidak terlihat banyak orang lalu lalang. “Deva!” pekiknya seraya menghampiri. Deva tengah duduk bersandar dengan kepala menunduk juga sedikit terbatuk-batuk. Nadia mendongakkan wajah Deva hingga menatap ke arahnya. “Ya ampun! Kamu kenapa!” pekiknya lalu membersihkan

    Last Updated : 2022-12-03
  • Hamil anak siapa?   Mencari Alasan

    Nadia baru merasakan memiliki rasa suka kepada seseorang. Ya, ia jatuh cinta dengan Deva. Setelah pulang dari kencan dadakan hingga ditutup dengan ciuman, Nadia terus tersenyum, tidak bisa melupakan momen tadi saat bersama Deva. Bahkan saat ia beranjak tidur, pikirannya masih terus ke Deva. Layar ponselnya menyala, Nadia meraih dari atas nakas lalu menggeser kunci layar. Deva mengirim foto dengan pesan di bawahnya. ‘Terima kasih untuk ciuman tadi. Itu ciuman pertama kamu dan aku beruntung menjadi yang pertama melakukan.’ Pesan tadi ia tulis di bawah foto genggaman tangan mereka yang sempat diabadikan Deva. Nadia segera membalas pesan. Nadia : “Jangan bahas, aku malu.” Tak lama Deva membalas lagi. Deva : “Muka kamu pasti merah. Gemas. Rasanya aku mau cubit terus.” Nadia memekik sambil membekap mulutnya, takut Risa atau Arkana dengar. Ia beranjak dari ranjang, membuka tirai kamar hotel yang ia tempati, menyuguhkan pemandangan malam kota yang hampir tidak pernah tidur. Nadia menghu

    Last Updated : 2022-12-04
  • Hamil anak siapa?   Ladang Lavender

    Sesuai rencana, mereka akan pergi tiga hari dua malam ke pulau Hokkaido, tepatnya ke daerah Furano, di mana terdapat ladang bunga lavender dan bunga matahari yang cantik jika dilihat pada musim panas seperti saat mereka sedang berada di Jepang. Rana berjalan bersisian bersama Nadia yang tampak senang juga bersemangat karena kedua orang tuanya tidak curiga dengan liburan singkat dirinya bersama Rana. Alih-alih mengunjungi pulau tersebut, ia ingin menghabiskan waktu bersama Deva sebelum kembali ke tanah air. Rana sendiri pergi bersama Asaki, lelaki yang semakin dekat dengannya. Ratu dan suaminya mengizinkan mereka pergi karena yakin Rana bisa menjaga diri juga menjaga Nadia. Dua sepupu perempuan itu sedang kasmaran, jadi kebohongan pun menjadi hal biasa. “Kak, semua baik-baik aja, ‘kan?” bisik Nadia. “Udah … tenang, selama kita tidak akan melakukan hal diluar batas, semua aman. Kamu, harus bisa jaga diri juga. Aku juga perlu menghabiskan waktu dengan Asaki.” Rana mengedipkan sebelah

    Last Updated : 2022-12-05
  • Hamil anak siapa?   Diam-diam

    Deva membuka kedua matanya, ia menatap jam dinding yang masih diangka empat pagi. Tubuhnya ia miringkan ke kanan, tidak ada siapa-siapa di rumah itu. Ia lalu beranjak, mengusap wajahnya kemudian beranjak pelan. Ia berdiri di depan pintu kamat tempat Nadia tidur. Tangannya perlahan membuka pintu, terlihat Nadia masih pulas tidur di sebelah Rana yang juga tampak kelelahan setelah semalam pulang pukul satu dini hari. Deva tersenyum seraya menutup pintu, bergegas ke dapur untuk membuat minuman hangat. Mendadak tubuhnya menegang, tangan Nadia memeluk pinggangnya dari belakang. Deva mengusap jemari Nadia lembut lalu ia berbalik badan. “Kenapa udah bangun?” tanyanya lalu mengecup kening gadis itu. “Kamu tau alasannya, ‘kan?” Nadia mengulum senyum. Deva memalingkan wajah lalu membawa Nadia ke dalam pelukan. Ia menghujani Nadia dengan ciuman ke pelipis lalu kedua pipi. “Bikin apa? Biar aku saja,” ujar Nadia mengambil alih Deva yang sebelumnya hendak membuat teh. Lelaki itu berdiri di belaka

    Last Updated : 2022-12-06
  • Hamil anak siapa?   Kabur

    Risa panik saat tak ia dapati Nadia di kamar. Ia langsung meminta Arkana mencari putri mereka ke semua tempat yang pernah Nadia kunjungi di Tokyo. “Benar instingku, ‘kan! Anak Devinta itu kurang ajar!” teriak Risa tak bisa menahan emosinya. “Nadia kemana kamu, ‘Nak? Kenapa kamu jadi nakal begini!” lirihnya sambil duduk di sofa. Ia menjambak rambutnya saking tidak bisa menyembunyikan darah yang mendidih ditambah ketakutan jika hal buruk sampai terjadi kepada Nadia. Calvin digendong Ratu yang langsung meminta suaminya mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari keponakannya. Rana tak enak hati, ia hanya bisa merutuki diri karena merasa kecolongan dan juga sudah terlibat atas hubungan Nadia dengan Deva. Sementara itu, Nadia dan Deva sudah merencanakan tempat mereka akan pergi. Deva akan menjaga Nadia dengan baik. Cinta yang menggebu membuat keduanya sudah mengambil keputusan yang tak tepat. Pagi menjelang, Deva dan Nadia pergi menuju terminal bus bahkan sebelum matahari terbit. Lelak

    Last Updated : 2022-12-07
  • Hamil anak siapa?   Terpisah

    Nadia sedang menjemur pakaian saat Deva membuat makan siang untuk mereka. Sudah dua minggu mereka kabur dan tidak ada satu pun yang bisa menemukan keberadaan mereka. Matahari bersinar terik, Nadia merasa kehausan. Setelah selesai menjemur pakaian, ia masuk ke dalam rumah dan melihat Deva sedang menata makan siang di atas meja kecil, tidak ada kursi, mereka melantai. Deva tersenyum tampan, membuat Nadia mengusap wajah kekasihnya begitu lembut. "Jangan lihatin kayak gitu, kamu bikin aku--""Deva! Nadia!" suara beberapa orang berteriak di depan rumah. Nadia panik, ia lalu beranjak cepat mengintip ke depan rumah lewat jendela kecil yang tertutup tirai. "Deva! Mereka… bagaimana, Deva ayo pergi, kita kabur. Deva!" panik Nadia yang langsung mengeluarkan tas ransel lalu memasukkan pakaian. Deva beranjak, ia berjalan ke arah pintu, hal itu membuat Nadia menarik tangan lelaki itu dengan cepat. "Mau apa?" Wajah Nadia panik. Deva diam, kedua matanya berkaca-kaca. Perlahan, tangannya merengkuh

    Last Updated : 2022-12-09
  • Hamil anak siapa?   Apa ini karma?

    Bulan berganti, kini terhitung sudah tiga bulan Nadia dan Deva berpisah. Ia mulai masuk kuliah setelah dibujuk Risa dan Arkana tanpa kenal lelah. Menjadi fashion designer masih menjadi impiannya. Nadia memiliki teman, setidaknya hal itu mudah karena ia anak dari Arkana dan Risa yang namanya terkenal di kampus itu. Arkana juga merupakan penyumbang dana untuk berlangsungnya kegiatan akademi mode itu. Nadia asik menggambar baju pengantin rancangannya, mendadak kedua matanya melihat ke kalender meja yang ada di dekatnya. Meja belajar dengan nuansa warna putih kontras dengan kalender duduk yang berwarna pink cerah. Ia menatap lekat, lalu beranjak cepat masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Tangannya dengan gemetar pelan membuka kabinet di dekat wastafel, begitu terkejut dengan apa yang ia lihat. Nadia membungkam bibirnya lalu memejamkan mata. Kembali ia tutup pintu kabinet dan berjalan ke arah meja belajarnya lagi. Pagi harinya ia terbangun karena Rana menggoyangkan tubuhnya.

    Last Updated : 2022-12-11
  • Hamil anak siapa?   Sosok berbeda

    “Kamu salah kalau meminta Nadia menggugurkan kandungannya! Sama aja kamu pembunuh, Risa!” teguran Arkana tidak main-main, ia begitu tidak menyangka istrinya bisa berpikir seperti itu. “Lalu, aku tidak bisa membiarkan Nadia hidup seperti aku, Arkana! Tidak bisa!” Risa segera duduk, tubuhnya terasa lemas dengan semua tekanan yang datang kepadanya. Arkana berlutut di depan Risa, menggenggam kedua tangan istrinya begitu erat. “Berarti, kamu menyesal kita menikah? Saling mencintai dan hidup bahagia sampai detik ini?” lirihnya begitu sendu. Risa terhenyak, ia membingkai wajah suaminya dengan kedua tangan. “Bukan, bukan… bukan begitu. Aku… aku tidak mau Nadia menjadi ibu diusia muda seperti ku, dia bahkan masih delapan belas tahun Arkana, satu tahun lebih muda dariku saat mengandung dia. Apa… apa… Nadia bisa bertanggung jawab atas anaknya?! Apa–”“Untuk itu, kita cari Deva, Sa. Kita nikahkan mereka,” sela Arkana yang bicara dengan nada begitu pelan, ia tak mau membuat Risa semakin tegang

    Last Updated : 2022-12-12

Latest chapter

  • Hamil anak siapa?   Restu

    Restu “Ma,” panggil Arlan sambil memeluk wanita yang sudah membesarkannya. Keduanya berpelukan semakin erat, melepas rindu setelah Arlan pergi hampir dua bulan lamanya dari rumah itu. Nadia masih menggandeng tangan Kenan yang mengangkat kepala, menatap Arlan dan calon neneknya mengharu biru. Mereka duduk bersama, Arlan dan Nadia juga diperkenalkan dengan calon suami Lisa. “Mama senang, Arlan mau mengerti dan memaafkan Mama.” “Arlan … minta maaf, Ma. Ini semua—“ “Mama paham, Lan,” selanya. “Kita makan siang, yuk. Mama masak sup buntut sapi kesukaan kamu. Nadia, bisa bantu Mama siapkan?” “Iya, Ma, bisa.” Nadia beranjak, walau ada pembantu, tetapi wanita itu ingin Nadia ikut serta menyiapkan, bukan tanpa alasan, ia mau dekat dengan calon menantunya yang sudah ia kenal sejak kecil—semenjak keluarga besar tau jika Nadia anak Arkana. “Ma, apa Mama nggak masalah kalau nanti pernikahana kami dilakukan di rumah orang tua Nadia?” ujarnya sambil menata piring. “Iya, sayang, kenapa harus d

  • Hamil anak siapa?   Tersadar

    Arlan mondar mandir berjalan di ruang tengah rumah Nadia, bahkan hal itu membuat Kenan terus menatap calon papa sambungnya dengan heran. "Papa, kenapa dari tadi mondar mandir?" tanyanya sambil mewarnai buku gambar. "Nggak apa-apa, Nan. Udah selesai PRnya?" Arlan mendekat, duduk sembari mengusap kepala Kenan penuh kasih sayang. Arlan begitu menyayangi Kenan, benar-benar seperti darah dagingnya sendiri. Nadia berjalan dari arah tangga, ia sudah selesai membersihkan diri. Pekerjaan di butik membuatnya harus pulang jam 8 malam. "Nan, PRnya udah selesai?" Nadia duduk di sebelah Arlan."Sedikit lagi, Ma," jawab Kenan yang masih fokus mewarnai ikan paus. "Setelah selesai tidur, ya," pesan Nadia. "Oke." Kenan mengacungkan ibu jari. Nadia bersandar manja pada bahu kekar Arlan, lalu mengendus bahu tunangannya. "Wangi," bisik Nadia. Arlan menoleh, tersenyum. Ia tadi menjemput Nadia setelah dari kosan, naik ojek online sampai ke butik. Dari butik baru lah ia yang mengemudikan mobil Nadia. "

  • Hamil anak siapa?   Bertemu Lisa

    Arlan belum mendapatkan pekerjaan, semenjak meninggalkan semua yang sebelumnya dimiliki, ia kini tinggal di kosan sederhana sambil terus mengirim lamaran kerja. Ponselnya berbunyi, satu pesan singkat membuatnya mengalihkan pandangan dari laptop hasil dipinjamkan Nadia. Setelah pergi, Arlan bahkan membuka rekening baru untuk mulai menyimpan uangnya. Tetapi kenyataannya ia meminjam uang Nadia untuk mulai hidup barunya. Arlan berdecak, tak mau menggubris pesan singkat itu. Fokusnya kembali menatap laptop, kepintarannya tidak selalu mudah mencari pekerjaan, walau banyak orang menganggapnya begitu. Menjelang siang, Arlan menjemput Kenan, bocah itu tampak senang, bahkan melompat memeluk Arlan yang berjongkok. "Papa nggak kerja?" Pertanyaan polos terucap. Arlan mengusap kepala Kenan lembut. "Libur. Eh, Nan, kita pulang naik buwsay, yuk, seru pasti," ajaknya. "Sama Mama boleh?" Kening Kenan berkerut, seumur-umur, ia bahkan belum pernah naik motor dibonceng siapapun, apalagi busway. "Bo

  • Hamil anak siapa?   Satu rahasia lagi

    Acara lamaran dilaksanakan di salah satu restoran favorit Arkana. Nadia yang booking sejak seminggu lalu. Ia dan Kenan tampak rapi dengan busana formal, bahkan Kenan meminta memakai kemeja dengan dasi kupu-kupu. Menggemaskan. Keluarga Nadia sudah hadir, menunggu kedatangan Arlan beserta mama dan keluarga inti lainnya. Risa tersenyum saat melihat putrinya cantik juga dewasa. Tak salah memilih Arlan untuk dijadikan suami. "Nadia, jangan gugup," kata Risa. "Nggak, Bun ... Nadia cuma nggak nyangka kalau sekarang bisa ada diposisi ini dan udah ada Kenan," seloroh Nadia mencoba tampak tenang. "Arlan itu anak baik. Jadi dia pasti nggak akan bikin kamu kecewa." Arkana menyahut. Nadia mengangguk. Keluarga lainnya yang hadir hanya kakak tertua Arkana, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada, jadilah sulung dari keluarga yang mewakilkan. Dua saudara kandung Arkana lainnya berhalangan hadir. Menit berganti jam, Nadia mulai gelisah karena Arlan tidak menjawab teleponnya juga membalas chat.

  • Hamil anak siapa?   Sport day

    Nadia sibuk di butik juga studio, ia sedang mengurus baju pengantin pernikahan sepupu dan klien lainnya. Kenan datang, ia pulang sekolah di jemput sopir."Mama, hari sabtu besok ada lomba olahraga di sekolah," ujar Kenan. "Mama bisa datang, 'kan?" sambungnya."Aduh ... Kenan, Mama ada acara pernikahan klien Mama, gimana, ya?"Nadia menoleh sejenak sebelum lanjut membantu memasang beberapa payet cantik digaun pengantin yang terpasang pada manekin.­"Yah ...," keluh Kenan sedih."Acaranya jam berapa?""Jam tujuh pagi, Ma." Kenan duduk di sofa, menatap mamanya bekerja. Tiga asisten Nadia melirik ke arahnya."Mbak Nadia, minta tolong Pak Arlan aja," bisiknya.Nah, Nadia tidak ingat jika sekarang ada Arlan yang pasti senang dimintai tolong apalagi urusannya untuk Kenan.***Hari sabtu tiba, Arlan sudah sampai di depan rumah Nadia. Kenan juga sudah rapi memakai seragam olahraga sekolah, topi, sepatu dan membawa tas berisi handuk kecil, baju ganti juga botol minum."Udah siap, Nan?" sapa Arl

  • Hamil anak siapa?   Cemburu

    Momen penuh air mata pun selesai, Nadia membantu memakaikan sepatu Kenan, mereka akan berbegas malam mingguan ke mal. Kemana lagi, hiburan instan jika bukan ngemal. Arkana keluar dari kamar mandi, ia baru saja membasuh wajahnya yang sembab karena menangis bahagia.“Ayo,” ajaknya sembari mengusap kepala Kenan yang mengangguk. Nadia menarik tangan Arlan, lalu ia peluk erat. Arlan menenggelamkan wajah di ceruk leher Nadia. “Aku senang,” lirihnya.“Aku juga. Semoga kamu bisa jadi Papa yang baik Kenan dan … jadi … um ….” Nadia malu sendiri. Arlan merenggangkan pelukan, menatap wajah cantik Nadia dengan semburat merah dipipi.“Suami kamu yang begitu besar mencintai kamu,” bisik Arlan tepat didepan wajah Nadia, ia kecup pangkal hidung Nadia begitu lama.“Mama, Ay—“ Kenan geram, ia masuk lalu memukul paha Arlan, lelaki itu mengaduh.“Kenan nggak mau punya adek bayi!” teriaknya kesal.“Hah?!” Arlan dan Nadia kompak terkejut.***Jadi, Kenan ternyata dengar cerita dari teman-temannya di sekolah

  • Hamil anak siapa?   Luluh

    Kenan menatap jutek ke Arlan yang duduk menikmati sarapan pagi di rumah Nadia. Dengan mulut penuh mengunyah sereal coklat dengan susu putih, Kenan sepertinya lupa semalam ia tidur dengan lelaki yang dipanggilnya Papa. Arlan tesenyum, lalu meneguk kopi, setelahnya ia bertopang dagu.“Nan, tidurnya nyenyak?” pertanyaan itu membuat Nadia melirik cepat. Ia takut masih pagi sudah terjadi perang dingin.“Hm.” Kenan menjawab dengan enggan.“Kamu tidur sama Om Arlan, Nan,” sambar Nadia dari pada Arlan yang bicara.“Kenan tau,” sambung bocah itu.“Kamu ingat?!” Alran memekik.“Ingat. Terus kenapa?” lirikan Kenan masih menunjukkan ketidak sukaannya.“Kenapa kamu sekarang judes banget. Semalam aja … minta panggil Om, Papa.”“Nggak boleh?” sinis Kenan lagi. “Kenan kenyang. Mama, Kenan mau nonton di kamar, ya.”“Nonton di sini aja, jangan di kamar,” larang Nadia.“Oke, Ma.” Dengan langkah enggan, Kenan menuju ke sofa yang semalam ditiduri Arlan. Lelaki itu menoleh ke Nadia.“Kenan gengsi, Lan, sab

  • Hamil anak siapa?   Menginap semalam

    Arlan menggendong Kenan yang tertidur di dalam mobil menuju ke dalam rumah Nadia. Wanita itu menyambut dengan senyuman."Hai," lirih pelan Arlan lalu mencium pipi Nadia. Wanita itu tersenyum seraya menutup pintu rumah. Harum masakan membuat air liur Arlan mengumpul di rongga mulut, ia melirik ke atas meja makan, benar-benar calon istri idaman.Nadia membuka pintu kamar Kenan, Arlan merebahkan perlahan tubuh bocah kecil itu, tak lupa melepaskan sepatu."Jangan dibangunin, biar aja," bisik Arlan."Kamu kemalaman, anakku tidur pake baju sekolah, jorok, Lan," keluh Nadia yang juga berbisik."Udah ... nggak papa, sesekali, kasihan capek banget. Sibuk gambar sama makan di ruang rapat. Terus sama Bu Ratu dibeliin pizza, kenyang banget Kenan."Nadia mengangguk. Arlan menarik pinggang Nadia, ia peluk erat dengan posisi dirinya duduk di kursi meja belajar Kenan."I Miss you," bisik Arlan seraya mengulum senyum. Nadia menangkup wajah Arlan."Aku juga," jawab Nadia. Ia mengecup kening Arlan lama.

  • Hamil anak siapa?   Jemput sekolah

    Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status