Yudha langsung keluar dari mobil dan mengecek apa yang terjadi, setelah memastikan kedua majikannya baik-baik saja. Untunglah Mira dipeluk oleh Aaron sehingga tidak membentur bagian manapun dari jok belakang karena benturan itu cukup keras dan untung saja balon otomatis langsung menggelembung ketika ia hampir saja terbentur setir mobil. Kalau tidak, ia mungkin tidak akan sadarkan diri. Aron juga sempat berteriak tadi memangg namanya agar sadar, lalu ia pun sadar sepenugnya. Saat keluar mobil, Yudha terkejut ketika melihat orang yang menabrak mereka pingsan di dalam sana. Ia langsung mengetuk pintu belakang dan meminta agar tuanya keluar dari sana. Maka, Aron meminta agar Mira tetap di dalam sana."Tapi aku ingin lihat," ujar Mira."No, ke dalem aja. Ini urusanku, nanti kamu kenapa-napa." Setelah Mira menurut dan tenang, ia beralih ke penabrak yang masih di dalam sana.Melihat situasinya yang kacau, mobil bagian belakangnya agak ringsek. Itu artinya benturannya sangat keras. Be
"Menempatkan diri sebagai korban?" gumam Aron menyeringai. "Dua anak muda ini sepertinya sudah terbiasa dengan banyaknya drama yang ia buat sendiri ya...." Awalnya Aron tidak tau dan tidak membaca berita itu, tapi sang asisten memperlihatkan berita itu secara rinci. ARON VICTORIUS MELAKUKAN TABRAK LARI PADA SEPASANG INFLUENCER DENGAN FOLLOWERS 3JT Bahkan ada yang buat video untuk merangkap kejadian itu dengan story telling yang menarik, sehingga banyak orang lain yang menontonnya dan percaya. Bahkan efeknya juga ada di media sosialnya dan media sosial milik Mira. Mira memang tidak menyebutkan akun media sosial aslinya, tapi banyak pihak yang mendoxing sehingga ketemulah akun media sosialnya, yang diketahui oleh teman-teman dekatnya saja. Kini istrinya juga dibully, bahkan pada sesuatu yang sebenarnya tidak nyambung dengan kronologi kejadian yang dikarang oleh dua influencer itu. Bagaiana bisa ada yang menuduh kalau Miralah yang membuat mobil Aron menabrak lari. Lucunya b
Mira benar-benar shock melihat itu.Bagaimana bisa ada orang yang mencium kaki suaminya?Bahkan terlihat sekali bahwa di sana, pria itu sedang memohon sesuatu pada sang suami, dan itu sangat memprihatinkan sekali. Tak lama kemudian, Aron keluar dan mendekati Mira yang duduk di sofa yang ada di dekat meja sekretaris dan asisten."Sayang, kenapa kamu ke sini nggak ngabarin aku?" tanya Aron mendekat.Akan tetapi Mira kemudian menggeser duduknya, menjauh darinya."Apa yang terjadi, kenapa dia sampai kayak gitu?" tanya Mira waspada. "Kamu apain dia?" tanyanya langsung."Sayang, aku minta maaf, tapi ini nggak sesederhana itu.""Aku tahu tapi kenapa sampai kayak gitu sih? Ya Allah Mas, dia sampai sujud kayak gitu loh. Menghinakan orang adalah perilaku yang biadab, kenapa sampe segitunya?""Sayang, aku tahu hal ini emang nggak harusnya kamu tahu, tapi apa yang dia lakukan nggak sebanding dengan apa yang mereka perbuat.""Apa yang kamu rencanakan?""Untik sekarang, aku ingin membuat mereka be
Mira pergi ke ruangan sang suami saat makan siang. Ia sangat mengkhawatirkannya. Apalagi suaminya sedang menangani kasus dan juga tidak pulang. Oma Zaenab juga sangat mengkhawatirkannya. Jadi, Mira berinisiatif untuk mengunjunginya sekaligus membawa makanan untuknya. Aron bilang, ia lebih suka makan makanan rumahan daripada makanan restoran yang mahal itu. Namun, saat itu juga, ia kaget karena wajah sang suami yang seperti akan pingsan. "Mas!" Asisten Aron juga terkejut ketika melihat bosnya yang memprihatinkan itu. Maka, sang asisten memanggil dokter agar tidak menimbulkan pertanyaan pada orang-orang. "Kenapa dia jadi kayak gini, emang gak tidur?" tanya Mira pada sang asisten. "Saya rasa tidak, Bu. Saya juga lihat saat saya baru datang, beliau tampak baik-baik saja, tetapi semakin lama wajahnya makin parah." "Ckckckck, kebiasaan memaksakan diri," gumam Mira prihatin. Kini Aron dibawa ke kamar pribadinya yang ada di kantornya, sepertinya Aron hampir pingsan kal
"Tapi kamu tahu kan, mungkin ada banyak pria brengsek di dunia ini yang menyia-nyiakan perempuannya. Sehingga ketika ada kasus yang dibuat seperti itu, orang-orang akan menganggapnya benar. Kalau aku yang salah dalam kasus percintaanku dengan Melka." "Terus gimana kamu ngadepin itu? Pasti orang ngebully kamu dengan sangat kejam kan?" tanya Dea. "Ya, tapi karena aku sudah punya pandangan yang lurus tentang menghadapi masalah. Aku bisa tetap stabil, terutama juga dukungan dari Papi kamu yang sangat bijak. Semuanya jadi mudah aku jalani. Sampai akhirnya, malam itu aku ketemu sama kamu. Orang yang selama ini sebenarnya sudah menarik perhatianku." Dea tersenyum malu karena, bisa-bisanya saat mereka sedang membicarakan hal serius, Juna malah mengalihkan pembicaraan ke arah yang membuatnya tersipu. "Kamu ih, kebiasaan nggak serius," protes Dea. "Aku serius, Sayang. Kan aku udah pernah bilang, kalau aku sebenarnya udah suka lama sama kamu. Cuman karena kamu anaknya Tuan Aaron, jadi m
Maka wawancara pun dimulai, Juna yang mengawasi sementara Dea di dalam kamar, menonton live streamingnya di media sosial. Kasus ini sangat heboh, sampai-sampai banyak yang menunggu wawancara ini. Mira dan Anggun sudah bersiam dan semua crew juga. "Action!" Anggun kemudian membuka percakapan mereka. "Selamat siang, pemirsa dalam acara Wawancara Ekslusive Viral. Siang ini, kita akan membahas sebuah insiden yang sedang menjadi perbincangan publik. Kasusnya, sebuah kecelakaan yang terjadi pada malam hari, tetapi dampaknya terus dibahas hingga sekarang. Yang lebih menarik adalah bagaimana opini publik berkembang. Ada begitu banyak klaim yang beredar, dan kita semua tahu bahwa media sosial bisa menjadi alat yang sangat kuat dalam membentuk persepsi. Hari ini, saya sudah bersama istri dari Tuan Victorius, seorang pengusaha sukses yang disebut-sebut terlibat dalam kecelakaan dengan dua influencer ternama Vincen dan Ellois. Bukan hanya kecelakaan, tetapi ada banyak drama yang meng
"Saya tidak perduli dengan faktor lain, apakah mereka punya banyak followers atau followers mereka akan menyerang saya. Saya sudah terbiasa. Yang sedang saya bicarakan adalah etis dan hukum. Artinya ini tentang dua hal, yakni benar atau salah." Anggun terlihat kaget dengan jawaban Mira yang di luar espektasinya, ini tak terduga. Mira terlihat polos dan tak memiliki ketegasan, ia seolah mudah ditindas, tapi ternyata lebih kuat dari yang ia kira. Bahkan Juna sendiri juga kaget, tatapan Mira benar-benar sangat tajam tetapi bukan yang menakuti, malah memperlihatkan kalau ia tidak lemah. Ia kuat memegang prinsip, dan tidak akan tumbang bahkan jika ditebas sekalipun. Namun, melihat situasinya yang tegang, Mira kembali tersenyum dan melihat ke arah Anggun dengan ramah. "Lalu, saya juga ingin mengajak masyarakat untuk berpikir lebih cerdas. Kritis terhadap informasi apapun yang sampai ke kita. Jangan langsung ditelan mentah-mentah bahkan jika itu idol yng kita sukai." Anggun mengangguk-
Setelah Mira mengantarkan Anggun dan krunya pergi. Ia pun segera masuk ke dalam kamar. Ia melihat Dea dan Aaron menatapnya dengan bangga. "Cie yang abis wawancara, keren banget!" ujar Dea menggoda. Ia merangkul Mira dan memuji-mujinya kalau Mira sangat keren saat wawancara, ia seolah melihat sosok yang berbeda. "Aku gak nyangka loh, orang kalem pendiem kayak kamu bisa bikin Anggun yang belagu itu diem!" ujarnya heboh sendiri. "Apaan sih, lebay." "Serius!" Mira tersenyum kaku dan mendekati suaminya yang duduk di ranjang. "Aku minta maaf kalau hasilnya nggak bagus, Mas," ujar Mira. Ia duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan suaminya yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Sementara Dea, ia duduk di sofa ruangan itu menatap mereka berdua. Kemudian Juna menyusulnya untuk duduk di sampingnya. Baby Adam dititipkan ke pengasuh tentu saja. Oma dan Opa juga sedang ada di sana, karena mengetahui Dea dan Juna akan ke kantor untuk menemani Mira dan Aron. Keduan
"Mami!" teriak Dea pada sang ibu. Namun yang dipanggil, malah sedang asyik berenang dengan bikininya. "Apa sih Sayang?" tanya Julia dengan santai setelah menepi. Dea pun melihat ibunya dengan tatapan geram. Ia membawa Baby Adam dan langsung menyerahkannya pada sang pengasuh. "Mami apa-apaan sih?!" tanya Dea kesal. "Ke mana Papi sama Mama?!""Oh jadi kamu udah manggil dia Mama?" tanya Julia.Ia bukannya fokus pada apa yang dibahas Dea, malah fokus pada panggilan Dea pada Mira."Mereka lagi pergi," kata Julia santai.Ia duduk di pinggiran kolam sambil memainkan air di kakinya.Dea ingat betul kalau hobi sang ibu adalah berenang, dan kolam renang itu jarang dipakai sejak sang ibu pergi. Hanya Dea yang memakai, dengan mood yang sering tidak singkron."Mami tadi bilang, Mora di sini sama Mami.""Nggak... nggak... Mami cuma alasan doang buat godain kamu. Mami juga nggak ekspek kamu bakal ke sini beneran, Mama kira kamu cuma mengancam doang."Dea tidak mengerto jalan pikiran sang
"Sejak awal jiwanya sudah terluka, yang harusnya disembuhkan malah dibiarkan. Bahkan difasilitasi untuk berpikir buruk pada orang lain. Ia mendendam dan terus seperti itu, sampai akhirnya perasaan itu menumpuk dan menjadi sebuah penyakit jiwa."Dea dan Juna mendengarkan penjelasan dokter yang menangani Rani dengan seksama.Lalu, Dea merespon, berharap itu menjadi pendukung data tentang Rani untuk sang dokter."Hem... tapi Rani belum pernah ke dokter atau ke psikiater," ujarnya.Sang dokter tersennyum tipis, "Ya... orang-orang yang akhirnya menjadi gila awalnya karena deni dengan dirinya sendiri atas tekanan psikologos yang ia hadapi. Sejak awal mereka merasa sok kuat menghadapi masalahnya sendiri, padahal mereka tak sekuat itu. Merasa mampu untuk bertahan sendiri, tapi aslinya... mereka adalah manusia biasa yang perlu disembuhkan juga, perlu ditemani dan didengadkan. Mereka perlu sembuh dulu, sebelum menghadapi dunia ini yang keras ini," jelas sang dokter.Dea merenung, benar apa yang
"Aaaaaa!" Bug! Mira diangkat dan ditidurkan di atas kasur empuk di kamar mereka. Hal itu membuat Aron senang, istrinya akhirnya menatapnya dengan benar. Sejak tadi misuh dan melengos, ia jadi tidak bisa melihatnya. "Tolong berikan aku kesempatan untuk menebusnya, Sayang," rayu Aron dengan suara yang lembut.Mira pun menggeleng dan mencoba untuk lepas dari kungkungan suaminya."Ah ggak mau.""Kalau nggak mau, ya udah, aku mending mengunjungi Dede bayi aja," ujar Aron. Mira yang sudah tahu dengan istilah itu pun langsung terkejut dan mencoba untuk mendorongnya, bahkan menendang suaminya tapi, Mira lupa kalau suaminya jauh lebih besar daripada dirinya, dan ototnya juga jauh lebih kuat. Akhirnya, Aron benar-benar melancarkan aksinya untuk mengunjungi Dede Bayi dengan cara bersenggama.Namun hal itu, tentu saja tidak bertujuan untuk menyakiti Mira, itu pure untuk menghentikan penolakan Mira dan memperbaiki hubungan.Sehingga, pasca kejadian itu Mira jadi mau mendengarkannya dan Aron
"Aku gak bermaksud gitu Sayang." "Tapi kamu begitu... hiks." "Oke-oke, aku minta maaf. Maafin ya." Mira tetap fokus memasukkan barangnya ke dalam tas, ia tak mau lagi tinggal satu atap dengan Julia. Ia tidak ingin menahan diri terus, ia cemburu. "Sayang...." panggil Aron lagi. Mira tetap diam saja, sementara tangannya terus memasukkan barang-barangnya ke tasnya. "Sayang dengerin aku...." Mira tak menjawab, ia benar-benar kesal. Aron juga bingung, ia tak bisa menyalahkan istrinya, tapi situasinya berbeda dari biasanya. "Sayang, ayo bicara dulu," ajak Aron. Namun, Mira tetap diam tak bersuara, ia terus mengabaikan suaminya. Hingga akhirnya, Aron mendekat dan memeluknya tiba-tiba dari belakang. Mira kaget dan secara otomatis berhenti memasukkan barang ke tasnya. "Oh, Sayang, maafin aku ya." Mira mencoba melepaskan, tapi Aron terus saja memeluknya dan malah semakin erat. Hal itu membuat Mira sesak, "Lepaaaas, kegencet Dedenya!" protes Mira. "Hah?! Sakit?!
"Tuh kan...." bisik Dea pada Juna. "Apa?" tanya Juna. Mereka sedang makan malam bersama di Mansion Dea dan Juna. "Kamu sih nyuruh Papi buat jemput Mami, kan Mira jadi cemburu!" jawab Dea kesal. "Kulihat, Mora diem aja tuh," ujar Juna santai. "Ya iya diem, kamu tuh sama Papi emang sama aja ya, nggak peka banget! Dia jelas diamlah, orang dia karakternya begitu, diem. Lihat deh, dia kayak nggak nafsu makan gitu." "Bukannya ibu hamil emang sering gak nafsu makan gitu?" "No, dia nggak mungkin mau jujur kalau nggak ditanya." "Ya kenapa nggak jujur? Ribet amat," ujar Juna. Dea pun mulai kesal dengan suaminya, tapi kemudian Juna berkata sebelum emosi istrinya meledak. "Ya udah ita, aku minta maaf. Nggak lagi-lagi kayak gitu deh." Dea diam saja berusaha mengendalikan emsoinya. Ukuran meja memang besar, jadi jaraknya agak jauh sehingga jika bisik-bisik, mereka tidak dengar. "Tapi... Mami kamu kok kayak masih suka sama Papi kamu?" "Ya emang iya, makanya aku ngomelin ka
"Tapi itu berbahaya, Sayang," ujar Dea memperingatkan saminya. Ia khawatit suaminya kenapa-napa. "Iya, tapi penjahat tetaplah penjahat, Sayang. Mereka harus dihukum sebagaimana harusnya! Jika ada yang melawan, aku nggak segan-segan mengeluarkan kekuatanku yang sebenarnya." "Hem... kamu yakin?" Juna mengangguk, "Ya, Sayang. Percayalah sama aku." Dea pun menyetujuinya. Meskipun ia memiliki kekhawatiran, itu wajar tapi, sungguh ia mempercayai suaminya. Ia percaya kalau Juna bisa mengatasi semuanya. ••• Keesokan harinya, tiba-tiba saja ada seorang pembantu yang berteriak. "Aaaaaaaa!" Hal itu membuat kepala pembantu terkejut dan langsung bertanya. "Ada apa sih teriak-teriak?!" tanyanya menggeram. Hampir mengomel, tetapi ia langsung melihat ke arah objek yang membuat pembantu itu berteriak. "Apa-apaan ini?" gumamnya. Pembantu bernama Dila itu menerima paket dan langsung ia ambil dan ia taruh di dapur. Ia kira, itu paket pesanannya karena ia berbelanja online. Di
"Rani ketahuan akan bunuh diri, tapi segera digagalkan oleh Tim.""Lalu di mana suami Mamiku?""Pergi. Kami menemukan celah ketika ia pergi, dan kami kemudian menemukan Rani yang ingin bunuh diri di sebuah kamar di rumah yang ada di pedesaan." "Hah?! Bagaimana bisa kejadiannya seperti itu? Padahal, Rani adalah sosok yang sangat kuat selama ini. Dia bahkan selalu menentang orang-orang yang bunuh diri, karena kakaknya pernah mengalami hal itu. Dan sudah meninggal," ujar Dea tak menyangka. Sosok yang selalu menjadi penguatnya ternyata punya masalah jauh lebih banyak."Ya seperti yang dia ceritakan ke kamu, kakaknya benar-benar meninggal karena bunuh diri. Lalu Rani, dia menganggap bahwa aku adalah sumber masalah dari kakaknya, sehingga kakaknya mengakhiri hidupnya. Dia menganggap juga, kalau akulah yang membuat hidup keluarganya hancur!""Bisa-bisanya," gumam Dea tak habis pikir."Rani sangat menyayangi kakaknya, sampai ketika kehilangannya, ia menjadi depresi dan mengalami gangguan me
"Aku udah berhasil ngamankan Mami kamu. Tapi sayangnya, Rani sepertinya dibawa kabur atau disembunyikan oleh ayah tiri kamu." "Serius, terus gimana?!" tanya Dea kaget. "Aku masih mencari, dan sayangnya karena mereka di luar negeri agak susah, tapi tenang aja... aku punya banyak koneksi di sana. Jadi masih bisa diatur, tinggal nunggu hasilnya." "Aku harap dia secepatnya ditangkap," ujar Dea. Ia sama sekali tidak merasa kasihan, ia sudah menumpuk amarah pada temannya itu. Sudahlah hampir membunuhnya dan anaknya, Rani juga menghancurkan rumah tangga ibunya. Setelah pembicaraannya dengan Juna selesai, Dea pun makan sesuatu bersama Mira dan Angel. Kemudian Angel pun pulang, karena sudah dicari ibunya. Untung saja Dea juga sangat akrab dengan orang tua Angel, sehingga kedua orang tua Angel mengizinkan anaknya untuk menghibur temannya itu. Kejadian-kejadian itu kemudian diupload ke media sosial Da, agar orang-orang tidak menyalahkan ia dan Juna terus, terhadap kejadian anak
"Tentu saja itu sangat mengejutkan dan menjijikan sekaligus," ujar Dea. "Jadi apa yang harus aku lakukan? Rani dilindungi olehnya kan?" "Betul Mami diancam oleh suami Mami, hiks...""Diancem apa Mami?""Diancem, kalau lapor sama kamu mungkin dia akan melakukan hal yang buruk ke Mami!""Oh my God! Mami! Lebih baik Mami pulang ke Indonesia, Mami bisa tinggal sama aku. Juna akan ngelindungin kita!""Tapi...""Dea nggak mau Mami harus mengalami semua ini, dan bertahan sama pria brengsek yang sakit jiwa itu!""Bukan gitu Sayang, tapi Mami ....""Apa yang kamu bicarakan dengan anakmu?" tanya sebuah suara.Itu suara pria dan..."Ah!"Julia teriakan kencang, suaranya berasal dari seberang sana. Hal itu membuat Dea langsung terkejut, itu jelas suara suami Julia dan Julia berteriak karena sebuah tindakan yang sayangnya tidak Dea ketahui."Mami!!!" panggil Dea panik.Akan tetapi, tidak ada jawaban. Ia berkali-kali memanggilnya, dan sambungannya pun terputus."Apa yang harus aku lakukan sekaran