"Esme, bagaimana? Kita lepaskan saja alat-alat Ling? Dokter bilang, dia bahkan tidak bisa bernafas tanpa bantuan alat-alat rumah sakit," ujar Bu Aurora yang telah memberaikan lamunan Esmeralda. Wanita itu menarik nafas panjang, dan kembali menghembuskan secara perlahan. Dadanya terasa sesak ketika tidak ada pilihan lain selain merelakan suaminya pergi. "Jika tidak ada pilihan lain, apa lagi yang bisa kita perbuat, Bu?" sahut wanita itu dengan nada yang terdengar putus asa. Bu Aurora menyentuh bahu menantunya dengan lembut. Ia seolah bisa mengerti bagaimana perasaan wanita muda itu. "Ibu akan berbicara dengan dokter dulu, ya? Ibu masih belum memberikan jawaban pada dokter," ucap Bu Aurora yang segera beranjak dari hadapan Esmeralda. Ia berjalan menelusuri koridor rumah sakit menuju ke ruangan dokter. Sementara Esmeralda, tanpa ragu masuk ke dalam ruangan ICU. Ia berjalan menghampiri suaminya yang tidak akan mungkin bisa kembali sadar. Wanita itu duduk di samping pembaringan. Ia m
"Bu? Kenapa jenazah suamiku wajahnya membiru seperti ini? Apa ada yang salah dengan jenazahnya?" Esmeralda memekik, yang membuat perhatian para tetangganya yang datang untuk membacakan doa, tersita padanya. Bu Aurora seolah memberi kode pada menantunya itu dengan kedipan mata. Tapi Esmeralda tidak mengerti kode-kode yang telah diberikan oleh ibu mertuanya. Sehingga Bu Aurora segera beranjak dari tempat duduknya. Ia meraih tangan Esmeralda, dan menjauhkan menantunya dari jenazah putranya. "Apa yang terjadi dengan Ling, Bu?" tanya wanita itu hendak memastikan. Bu Aurora meletakkan jari telunjuknya pada bibir menantunya itu, saat keduanya telah berada di ruang keluarga. Ia seolah hendak memberikan isyarat pada Esmeralda untuk tutup mulut. "Ada apa, Bu?" tanya wanita itu yang seolah tidak sabar menunggu jawaban dari ibu mertuanya. Kedua matanya menatap wajah Bu Aurora dengan tatapan mata yang dalam. "Nak, dokter bilang hal itu wajar karena proses pembusukan. Suamimu sebenarnya sudah
"Aaahhhh" Esmeralda berteriak keras saat ia mendengar suara ketukan dari jendela kaca mobilnya. Ia memejamkan kedua matanya untuk mengurangi perasaan takut di hatinya.Dug dug dug!Suara ketukan itu perlahan berubah menjadi gedoran, yang telah menyita perhatian dari Esmeralda.Wanita itu pun perlahan-lahan membuka kedua matanya.Ia bisa bernafas dengan lega saat ia mengetahui bahwa yang mengetuk kaca jendela mobilnya, bukanlah makhluk halus. Melainkan manusia biasa, sama seperti dirinya. Dan itu adalah Franky, mantan suaminya.Esmeralda gegas membuka kaca jendela mobilnya. Ia menatap wajah lelaki itu dengan sorot matanya yang tajam."Ada apa, mas?" Raut wajahnya terlihat jutek, sama seperti saat terakhir kali keduanya bertemu."Dek, kita bisa bicara sebentar nggak?" tanya lelaki itu dengan tatapan mata yang menyimpan harapan pada Esmeralda.Wanita itu tidak langsung menjawab. Ia terdiam selama beberapa saat untuk berpikir dengan serius. Kedua alisnya tampak mengerut menatap wajah mant
Krieeett!!!Suara derit pintu yang tiba-tiba terbuka, membuat Esmeralda terkejut setengah mati. Pandangannya segera beralih menatap ke pintu, yang dibaliknya terlihat ibunya berdiri menatap putrinya itu dengan sedikit kebingungan. "Kamu udah pulang, nak? Sejak kapan? Kok nggak langsung masuk, malah berdiri di depan pintu saja?" Serentetan pertanyaan segera dilayangkan oleh Bu Melisa, seolah tidak memberikan kesempatan untuk putrinya berbicara. "Aku baru saja sampai, Bu," sahut Esmeralda dengan suara yang terdengar datar. "Yuk masuk! Kamu belum makan kan? Pasti sudah sangat kelaparan. Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu. Kamu makan yang banyak ya, supaya kamu dan bayi kamu sehat," ucap wanita itu lagi dengan panjang dan lebar sambil menggiring putrinya untuk masuk.Sebelum pintu ditutup, Esmeralda sempat menoleh. Kedua matanya membelalak dengan lebar saat ia melihat sosok hitam yang berada dibalik pohon sawo yang berada tidak jauh dari depan rumahnya. Bu Melisa segera menutup pin
Saat Esmeralda menoleh, ia terkejut bukan main. Sosok itu berdiri persis di belakangnya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa dari sosok yang begitu jelek dan menyeramkan baginya."Akhhhh!!!!" Esmeralda berteriak sangat keras dan nyaring. Meskipun ia menyadari bahwa tak akan ada yang mendengar suara teriakannya, karena ia berada di kantor sendirian di waktu yang sangat pagi.Tubuh Esmeralda mendadak lemas. Ia terduduk, masih menatap sosok yang terus menatapnya dengan sorot mata berwarna merah menyala, yang membuat wanita itu ketakutan setengah mati."Ja-jangan ganggu aku," ucap Esmeralda dengan suara yang terdengar gemetar. Nadanya terdengar sedikit memohon.Sesaat kemudian, sosok itu mengeluarkan kuku-kukunya yang tampak runcing dan panjang, yang membuat Esmeralda kembali berteriak histeris. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.Ia terus berteriak, dan semakin berteriak keras saat ia merasakan sesuatu yang menepuk bahu
"Ibu?" Esmeralda memekik saat ia melihat ibunya yang terjatuh dari tangga besi yang berada di dapur.Wanita itu dan juga ibu mertuanya gegas pergi ke dapur untuk melihat keadaan Bu Melisa yang telah tergeletak di lantai. Barang-barang seperti panci dan mangkuk yang ditaruh di lemari di atas dinding, tampak berserakan."Bu, apa yang terjadi?" Esmeralda gegas membantu ibunya untuk duduk.Wanita tua itu tampak meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya."Ibu mau ambil barang di atas lemari, nak. Tapi sepertinya ada yang menggoyangkan tangga, atau mungkin ibu yang kurang keseimbangan jadinya jatuh," jawab Bu Melisa menjelaskan pada putrinya.Bu Aurora hanya mengernyitkan dahinya menatap wajah besannya."Ibu istirahat saja ya? Biar aku saja yang masak," ucap Esmeralda yang terlihat khawatir melihat ibunya.Wanita itu pun menuntun ibunya menuju ke kamar yang berada di lantai dua, di sebelah kamarnya."Sebentar ya
Bu Melisa yang melihat perubahan ekspresi putrinya secara tiba-tiba, membuat ia semakin khawatir.Wanita tua itu gegas menghampiri putrinya yang duduk di kursi rias."Ada apa? Apa yang terjadi?" bisiknya bertanya dengan suara yang sangat pelan nyaris tak terdengar, hanya terlihat gerakan bibirnya saja.Esmeralda tidak langsung menyahut. Ia hanya melirik wajah ibunya yang semakin terlihat memancarkan kegelisahan."Oh, begitu ya om? Makasih ya om. Maaf sudah mengganggu," ujar Esmeralda sebelum ia mengakhiri panggilannya.Ia termenung selama beberapa saat lamanya. Ia bingung, bagaimana ia harus mengatakan berita itu pada ibunya yang memang dari tadi sudah terlihat sangat mengkhawatirkan bapaknya."Nak, bagaimana? Bapakmu masih lembur kan di pabrik?" tanya wanita tua itu sekali lagi hendak memastikan.Esmeralda menundukkan wajahnya dalam-dalam sambil menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Nggak, Bu. Teman kerja b
Suasana kamar tampak sepi dan sunyi. Tak ada seorang pun di sana yang membuat Bu Melisa sedikit tercengang.Ia menoleh menatap wajah putrinya yang balas menatapnya seolah tak percaya dengan apa yang terjadi."Bapak beneran pulang, Bu?" tanya Esmeralda sekali lagi hendak memastikan.Bu Melisa tidak menyahut. Ia gegas menuruni anak tangga. Sementara Esmeralda masih membeku di depan kamar yang pintunya terbuka dengan lebar.Ia merasa ada sedikit keanehan. Jika ibunya berbohong, tapi ia melihat ada jejak kaki di lantai. Ya, seperti yang sebelumnya Bu Melisa katakan bahwa Pak Belerick pulang dengan keadaan kotor.Esmeralda merasa ada yang tidak beres. Ia segera menyusul langkah ibunya menuruni anak tangga.Ia melihat wanita tua itu berdiri mematung di depan pintu kamar mandi yang berada di bawah tangga.Pandangannya beralih menatap Esmeralda yang telah berdiri di sebelahnya, yang kemudian menganggukkan kepalanya seolah member