Esmeralda melonjak dari tempat tidur. Ia gegas pergi ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Perutnya mendadak terasa sangat mual. Ia berusaha mengeluarkan sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. "Uwek... uwek..." Kedua mata Esmeralda tampak merah. Tak ada apa pun yang keluar. Ia terdiam mematung selama beberapa saat menatap bayangannya di dalam cermin yang berada di hadapan wastafel. Wanita itu membuka keran air, dan membasuh wajahnya. Dengan langkah yang enggan, ia berjalan keluar dari kamar mandi, kembali ke tempat tidurnya. Kedua matanya ia arahkan ke jam dinding yang berada di atas meja rias. Waktu telah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Wanita itu kembali menarik selimut tebalnya yang berwarna putih. Ia ingin tidur lagi, karena ia merasa sedikit tidak enak badan. "Kamu kenapa, Esme?" Ling yang baru menyadari bahwa istrinya sedang tidak baik-baik saja, mulai bertanya pada wanita itu. "Entahlah, sepertinya aku sedang tidak enak badan," jawab wanita i
Tring! Sebuah pesan chat masuk, saat Esmeralda masih tertidur di atas tempat tidurnya. Wanita itu membuka kedua matanya secara perlahan. Ia meraih ponselnya yang ia letakkan di atas lemari kecil yang berada di samping tempat tidurnya. Ia membuka pesan chat masuk yang dikirimkan oleh suaminya. [Ling] Malam ini aku pulang telat ya, sayang?Dengan kedua mata yang masih mengantuk, jemari Esmeralda bergerak untuk membalas pesan dari suaminya itu. [Esmeralda] Oke.Sebuah jawaban singkat telah ia kirim. Ia kembali meletakkan ponselnya ke tempat semula. Pandangannya bergerak menuju ke arah jam dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore lewat lima belas menit. Esmeralda yang enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya, kembali melanjutkan tidur. KriitttSuara derit pintu yang terbuka secara perlahan, telah membangunkan wanita itu untuk yang kedua kalinya. Ia melirik ke arah jam dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam lewat beberapa menit. Esmeralda bangun dari tidurnya. Ia m
Tok tok tok Suara ketukan pintu kamar terdengar cukup keras. Tok tok tokSuara ketukan itu semakin lama berubah menjadi suara gedoran dari arah luar kamar. "Esme, apakah kamu ada di dalam? Tolong jawab aku!" Suara Ling terdengar cukup keras di depan pintu kamar. Esmeralda yang menahan sakit akibat luka tusukan di perutnya itu, berusaha bangkit untuk membukakan pintu. Tapi ia tidak memiliki sisa tenaga lagi, sehingga wanita itu mengesot menuju ke pintu. Dengan segenap kekuatan terakhir yang ia miliki, ia berusaha meraih gagang pintu. Wanita itu menangis histeris karena tidak bisa lagi menahan sakit yang saat ini ia rasakan. Darah yang perlahan menetes, kian membanjiri piyamanya yang berwarna putih. Cklek! Pintu berhasil terbuka. Ling gegas masuk ke dalam kamar. Kedua matanya membelalak dengan lebar saat ia mengetahui keadaan istrinya yang sedang tidak baik-baik saja. "Esme, apa yang terjadi padamu?" Lelaki itu menatap dengan perasaan penuh kekhawatiran. Ia melihat lantai kama
Ling menatap wajah Esmeralda yang masih terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, dengan keadaan yang masih belum sadarkan diri. Ia meraih tangan lembut itu, dan menciumnya sambil terisak. Perlahan-lahan kedua mata Esmeralda mulai terbuka. Ia menatap langit-langit di sebuah ruangan yang tampak asing. Ling segera beranjak dari tempat duduknya, saat ia menyadari bahwa istrinya telah sadarkan diri. Ia menatap wajah Esmeralda yang masih tampak kebingungan itu, dengan tatapan mata yang tidak percaya. "Sayang? Kamu sudah sadar?" Ling terlihat antusias. Ia masih tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat. "Aku panggilkan dokter dulu ya? Untuk memeriksakan kesehatan kamu," ucap lelaki itu sebelum ia beranjak dari hadapan Esmeralda, yang tanpa memberikan kesempatan pada wanita itu untuk mengatakan jawabannya. Ling gegas keluar dari ruangan, mencari dokter yang telah menangani istrinya. Sementara Esmeralda hanya membeku menatap punggung Ling yang tiba-tiba menghilang dari balik pint
Esmeralda menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskan kembali nafasnya dengan kasar. Wanita itu mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menatap wajah Ling yang tetap menatapnya dengan tatapan mata yang dalam. Ia masih menunggu wanita itu untuk berbicara. Baru saja Esmeralda hendak berucap, sebuah pintu mendadak terbuka secara perlahan. Perhatian dari keduanya segera tersita menatap ke arah pintu. Seorang wanita muda yang tampak mengenakan seragam suster di rumah sakit tersebut, berjalan menghampiri keduanya yang masih menatap wanita itu dengan tatapan yang penuh tanda tanya. "Bagaimana keadaanya, Bu?" tanya wanita itu dengan senyuman yang terlihat merekah di bibirnya. "Sudah lebih baik, sus," jawab Esmeralda dengan suara yang terdengar sedikit serak. "Apakah ibu sudah siap melakukan pemeriksaan?" tanya wanita itu hendak memastikan. Esmeralda tidak segera menjawab. Pandangannya beralih menatap Ling yang hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan, seolah memberi isyarat
"Aku masih penasaran, Esme. Makhluk apa yang tiba-tiba muncul dalam kehidupanku, dan telah mencelakai aku, kamu dan juga calon bayi kita? Kamu bilang, makhluk itu yang ada dalam mimpimu kan? Rasanya aneh, jika kamu sendiri tidak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan kita?" Ling menatap wajah Esmeralda dengan sorot mata yang sangat tajam. Wanita itu menunduk. Ia tidak bisa lebih lama lagi menyimpan rahasia itu dari suaminya. Esmeralda menarik nafas panjang. Ia lalu menghembuskannya secara kasar. Ia berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya untuk bercerita pada Ling dengan apa yang pernah terjadi dalam hidupnya. "Kamu tahu kan? Sebelum aku bersama denganmu, aku pernah menikah?" tanya wanita itu memulai ceritanya. Ia menatap wajah Ling dengan datar. Ling hanya menganggukkan kepalanya pelan, menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh istrinya itu. "Selama menikah dengan mantan suamiku, aku tidak diberikan keturunan. Sampai suamiku di PHK, aku terpaksa ikut dengan m
Tubuh Esmeralda gemetar saat wajah suaminya yang berdiri di hadapannya, perlahan-lahan berubah menjadi sosok Genderuwo yang sangat menyeramkan. "Grrr...." Suara geraman itu terdengar jelas bersamaan dengan desahan nafas kasar, yang berembus mengenai wajah Esmeralda. Esmeralda terduduk lemas. Kedua kakinya seolah tak bisa lagi menopang tubuhnya. Sesaat kemudian, jari-jari yang memiliki ujung kuku yang runcing itu, mencengkeram rambut Esmeralda yang hanya meringis. Ia tidak bisa berkutik, dan berpasrah diri terhadap apa yang akan dilakukan oleh makhluk itu. Tidak perlu menunggu lama, sosok itu menarik kepala Esmeralda dan membanting tubuhnya dari lantai dua. Bruk! Prang!Suara benda terjatuh yang terdengar cukup keras itu, telah menyita perhatian Ling. Lelaki itu buru-buru pergi untuk melihat. Dan betapa terkejutnya ia, saat dilihatnya Esmeralda telah terbaring di atas pecahan kaca meja dengan kepala yang berlumuran darah. Ling gegas menghampiri wanita itu dengan raut wajah yang
"Sayang? Kamu tidak tidur?" tanya Ling saat ia telah duduk di sisi pembaringan istrinya. Esmeralda tersenyum tipis. Ia menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Kenapa, sayang? Tidak bisa tidur?" tanya lelaki itu lagi, hendak memastikan pada istrinya yang pada kali ini menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ling terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia mulai terlihat mati kutu. Mulutnya seperti tidak bisa mengeluarkan suara. "Ada apa, Ling? Apa ada masalah?" tanya Esmeralda saat ia baru menyadari raut wajah Ling yang terlihat sedikit gelisah. "Ah, tidak, tidak ada masalah apa-apa," sahut lelaki itu dengan sedikit gugup. Sesekali pandangannya ia arahkan pada Esmeralda yang semakin curiga pada gelagat anehnya. "Ada apa, sih? Apa yang sedang kamu sembunyikan dariku?" desak Esmeralda pada Ling agar lelaki itu memberikan informasi yang tidak ia ketahui. Ling terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia terlihat berpikir dengan serius, berusaha untuk merangkai kata-kata yang akan ia sampa
Melihat pemandangan di depannya, membuat Bu Layla berteriak dengan histeris. Wanita itu merangkak untuk menghampiri tubuh suaminya yang terlihat tidak berdaya. Pak Khaled batuk berdarah, yang membuat Bu Layla semakin panik. "Bu, cepat bawa Xiena dan Xavier keluar dari rumah ini. Ajak juga putri kita, " ucapnya dengan suara yang lirih. Lelaki tua itu tampak sekarat. "Tapi kami harus ke mana Pak? " tanya Bu Layla dengan panik. Belum sempat Pak Khaled menjawab pertanyaan istrinya, ia yang melihat Esmeralda berjalan maju ke arahnya, berusaha sekuat tenaga untuk kembali bangkit, melindungi anak dan istrinya. "Cepatlah pergi, bu! " ucapnya yang segera berdiri di hadapan Esmeralda. Sementara Pak Khaled mengalihkan perhatian hantu wanita itu, Bu Layla dan Camelia pergi meninggalkan kamar sambil membawa serta Xiena dan Xavier. Mereka berhasil keluar dari rumah itu. Sedangkan Pak Khaled mendapatkan serangan bertubi-tubi yang membuat lelaki tua itu semakin tidak berdaya. Pak Khaled yan
"Bu, coba lihat siapa yang datang? " ucap Pak Khaled memberikan perintah. Bu Layla tidak menyahut. Ia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu dengan perlahan, ia membelalakkan kedua matanya karena terkejut. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang pucat itu, benar-benar Esmeralda. Dia sudah pulang setelah hampir satu bulan menghilang tanpa jejak, dan juga tiada kabar. Bu Layla melongo. "Ini beneran kamu Esmeralda? " tanyanya hendak memastikan. Wanita itu diam. Bibirnya mengatup rapat. Pandangannya kosong. Ia tidak menyahut pertanyaan yang telah diajukan oleh Bu Layla. Tatapan matanya terlihat kosong. Ia berjalan masuk ke dalam, melewati Bu Layla yang masih terbengong memandangi punggung Esmeralda yang semakin jauh dari hadapannya. wanita itu menuju ke kamar si kembar. Bu Layla yang tersadar dari lamunannya, bergegas masuk ke dalam rumah. Pak Khaled yang semula terlihat f
Tok tok tokSuara ketukan nyaring telah menyita perhatian Pak Khaled, Bu Layla dan Camelia yang sedang bermain dengan Xavier dan Xiena di ruang keluarga. Ketiganya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. "Siapa ya yang datang? " tanya Pak Khaled yang terlihat penasaran. Camelia hanya angkat bahu, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap wajah Xavier dan Xiena. Bu Layla yang menyadari bahwa dirinya yang harus membukakan pintu, segera beranjak dari tempat ia duduk. "Biar ibu saja yang buka, " ucapnya yang melenggang pergi menuju ke pintu depan. Raut wajah Bu Layla berubah saat ia melihat seseorang yang berada di balik pintu, yang telah mengetuk pintu rumahnya adalah Pak Clint. Sebuah senyuman tampak tercetak dengan jelas di bibirnya. "Pak Clint? Ada apa ya? Tumben sore-sore datang bertamu? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Pak Clint terdiam selama beberapa saat. Wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan dan gelisah, membuat Bu Layla menyadari bahwa ada
Seluruh bulu kuduk nya mendadak merinding. Esmeralda cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, dan kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit yang sebelumnya telah di beritahukan oleh Bi Masha lewat pesan singkat di aplikasi hijau. Setibanya di rumah sakit, Esmeralda segera turun dari mobil. Ia keluar dari halaman parkir menuju ke lobby rumah sakit. Ia menemui resepsionis yang berjaga di sana. "Permisi, mbak. Saya mau menjenguk pasien atas nama Bu Aurora yang katanya sedang kritis, " ucap Esmeralda dengan raut wajahnya yang terlihat serius. "Oh, Bu Aurora ya? dia sudah dipindahkan ke rumah sakit umum Daerah yang ada di seberang sana, Bu! Keadaannya semakin parah. kedua matanya terus mengeluarkan darah. "Mendengar penjelasan dari petugas rumah sakit yang berjaga, membuat Esmeralda termangu selama beberapa saat lamanya. Lamunan Esmeralda terberai saat ia mendengar suara dering ponsel yang berbunyi keras dari dalam tasnya. "Baik, mbak. Terimakasih infony
Esmeralda melangkah dengan perasaan kecewa yang mendalam. Ia merasa patah hati setelah melakukan ritual sesajen itu, tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Tidak ada petunjuk atau tanda-tanda keberadaan bayi perempuannya. Bu Layla yang menyadari diamnya wanita itu, mengusap-usap dengan lembut bahunya seolah memberikan isyarat agar wanita itu tetap kuat dan bersabar. Kedatangan Mereka segera disambut oleh Camelia yang menghampiri mereka dengan raut wajah yang terlihat sangat antusias. "Bagaimana? Apakah Xiena sudah ditemukan? " tanyanya menyambar. Bu layla dan Pak Khaled saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Sementara Esmeralda hanya tertunduk dengan raut wajah yang murung. "Di mana Xavier, Mel? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Ia merasa heran kenapa putrinya tidak bersama dengan bayi laki-laki itu. "Sehabis ku mandikan dan kuberi susu, dia tidur di kamar, " sahut Camelia menjelaskan. "Nduk, kamu kembali ke kamar s
Esmeralda tidak langsung menjawab. Ia terdiam selama beberapa saat lamanya. Wajahnya ia tundukkan dalam-dalam. Ia menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskan kembali secara perlahan. "Saya.... Dulunya menikah dengan orang sini, " ucap Esmeralda yang memulai ceritanya. Sementara Bu Layla dan Camelia tampak menyimak penuturan wanita itu. "Saya sempat tinggal di sini bersama dengan mantan suami saya. Ibu mertua saya kurang menyukai saya karena saya belum memiliki keturunan. Lalu saya tiba-tiba hamil. Tapi mantan suami saya malah menceraikan saya. Katanya dia mandul, bagaimana mungkin saya bisa hamil? Dia menuding saya selingkuh." Airmata kembali mengalir perlahan membasahi pipi Esmeralda. "Ya, saya merasakan ada yang aneh dengan kehamilan saya. Hanya beberapa bulan saja, tiba-tiba perut saya membesar, dan saya merasakan kontraksi yang hebat hingga saya tidak sadarkan diri. Saat saya terbangun, ibu mertua saya bilang bahwa bayi saya tidak selamat.""Lalu, apa yang terjadi? " tanya
*Special Part*Dokter wanita itu tertegun selama beberapa saat. Dia melirik wajah Esmeralda yang balas menatapnya, sebelum pandangannya kembali beralih menatap wajah sang perawat. "Ada apa dengan bayi lelaki itu?" tanyanya hendak memastikan. Dokter wanita itu menyerahkan bayi perempuan yang sejak tadi berada di tangannya, pada sang ibu yang segera menampungnya. Dokter itu berjalan perlahan menghampiri sang perawat yang kembali menatap bayi lelaki yang tidak bergerak sama sekali. "Dia tidak menangis, dan juga tidak bergerak, dok. Apakah dia sudah meninggal?" Perawat itu menatap wajah dokter yang berdiri di hadapannya dengan perasaan khawatir. Dokter itu kemudian menggendong bayi laki-laki itu. Dan benar, ia tidak merasakan nafas bayi itu. Dia memijat perlahan dada bayi itu, memberikan pertolongan. dia pikir, bayi itu tersedak air ketuban. Setelah beberapa menit ia berusaha, tapi hasilnya nihil. dokter mulai berputus asa. Dia menarik nafas panjang, dan menghelanya dengan kasar. D
Angin berembus dengan semilir. Pintu terbuka semakin lebar, yang membuat kedua mata Camelia dan Esmeralda terbelalak dengan lebar. Tak seorang pun yang berdiri di sana untuk membuka pintu. Padahal mereka sudah sangat yakin bahwa pintu kamar sudah ditutup dengan benar. Tidak mungkin terbuka oleh angin.Camelia dan Esmeralda saling menatap satu sama lain. Keduanya saling menelan ludah."Siapa yang membuka pintu itu? " Camelia menatap wajah Esmeralda dengan tatapan tajam.Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Mungkin tadi saat Pak Kyai Khaled keluar, dia tidak menutup pintu dengan rapat, jadi terbuka sedikit oleh angin, " Sahut Esmeralda berusaha menenangkan dirinya dan juga putri Pak Kyai yang hanya menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita itu."Ya, masuk akal juga, " Ucapnya dengan intonasi yang datar. Ia tersenyum kaku, berusaha menyamarkan perasaan takut yang sedang menguasai dirinya.Esmeralda balas tersenyum. "Biar aku tutup pin
Mendengar teriakan Camelia, perhatian Pak Kyai Khaled dan Bu Layla, segera tersita. Keduanya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, sebelum keduanya beranjak dari tempat mereka menuju ke dapur untuk melihat apa yang telah terjadi pada putri mereka.Keduanya tercengang saat melihat Camelia tergeletak di lantai dapur, dengan pecahan gelas yang sedikit basah.Mereka melangkah dengan hati- hati agar tidak terkena pecahan kaca, mendekati putri mereka yang tidak sadarkan diri."Nduk? " Pak kyai mengusap lembut wajah Camelia. Wanita itu sama sekali tidak merespon."Pak, kita bawa dia ke kamar saja, " Ucap Bu Layla dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.Sementara Pak kyai Khaled membopong tubuh putrinya, membawanya ke kamar, Bu Layla membereskan pecahan gelas."Apa yang telah dilihat putri kita, pak? Sampai dia tidak sadarkan diri seperti itu, " Ucap Bu Layla menatap wajah Pak kyai, setelah wanita itu masuk ke dalam kamar putrinya, dan duduk di sebelah suaminya."Entahlah, Bu