Share

Bab 20

Author: Rainie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ceklek

Kriiettt

Suara derit pintu yang terbuka secara perlahan, telah membuat Pak Agus cepat-cepat menjauhi Esmeralda. Ia terlihat sedikit salah tingkah saat ia kembali ke meja makan.

Bu Edith keluar dari kamar, berjalan menuju ke ruang keluarga sambil menatap Esmeralda dengan sorot mata yang tajam.

Wanita tua itu duduk di sofa yang berhadapan dengan televisi.

Suara berisik acara televisi yang beberapa kali ia ganti salurannya, telah memecahkan keheningan yang berlangsung cukup lama.

Esmeralda bisa bernafas dengan lega. Ia bergegas pergi meninggalkan wastafel menuju ke kamarnya.

Ia segera menutup pintu kamar, dan bersandar di balik pintu sambil meneteskan airmatanya.

Ia menangis tanpa suara.

***

Sesekali Esmeralda menatap Bu Edith yang sedang menikmati makan siangnya. Setelah berpikir cukup lama, ia memutuskan untuk memberitahukan tentang kehamilannya pada ibu dan bapak mertuanya.

Esmeralda menarik nafas panjang. Kemudian menghembuskan kembali secara perlahan.

"Bu, pak...." S
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anggra
ini kenala si esme gk balek ke kota aja..yoh suaminy juga udah gk disana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 21

    Sinar matahari pagi yang memaksa menyeruak masuk melalui celah ventilasi udara pada jendela kamar yang terbuat dari kayu. Cahayanya telah menyilaukan kedua mata Esmeralda yang perlahan-lahan terbuka. Wanita itu mengusap lembut kedua matanya. Ia sedikit terkejut saat ia menyadari bahwa ia berada di dalam kamarnya. Padahal jelas sekali, semalam ia berada di depan pintu, hendak mengikuti ibu mertuanya. Ia sangat yakin bahwa ia melihat sosok itu di depan rumahnya. "Esme!" Suara teriakan yang berasal dari luar kamarnya, membuat wanita itu tersadar dari lamunan. Ia segera beranjak dari tempat tidur, menghampiri suara itu yang berasal dari dapur. Esmeralda berdiri di sebelah ibu mertuanya yang terlihat sedang sibuk membersihkan ikan di wastafel. "Wah! Enak banget kamu ya? Mentang-mentang kamu hamil, kamu bisa santai-santai, dan bangun siang? Kamu nggak perlu capek-capek beberes rumah, masak dan lain-lain," sindir wanita tua itu dengan sengit. Esmeralda tidak segera menyahut. "Jangan me

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 22

    "Bagaimana bayi saya, dok? Apakah laki-laki atau perempuan? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Esmeralda seolah tidak sabar menunggu penjelasan dari Dokter Lewis, saat ia menggunakan alat USG miliknya sambil menatap ke layar monitor. "Hm...." Dokter menggumam perlahan. Ia belum berani untuk mengambil kesimpulan dengan cepat. "Ada apa, dok? Apakah ada masalah pada kandungan saya?" tanya Esmeralda lagi dengan raut wajah yang mulai memancarkan kegelisahan. "Hm, kapan kamu terakhir datang bulan?" Dokter bertanya dengan raut yang serius. Ia masih ragu-ragu untuk mengambil kesimpulan dengan pemeriksaan yang telah ia lakoni. "Sudah sekitar tiga bulan, dok," sahut Esmeralda dengan pasti. Ia menatap wajah Dokter Lewis yang masih menggerakkan alat USG di atas perutnya, sambil menatap ke arah layar monitor yang terhubung dengan alat USG. "Seharusnya sudah terlihat janinnya," gumam dokter dengan suara yang terdengar sangat pelan. "Apa dok?" Esmeralda mengerutkan kedua alisnya. Ia tidak terla

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 23

    Esmeralda berjalan dengan langkah yang mengendap mendekati rumah panggung yang terbuat dari geribik. Ia mencari celah rumah tersebut, dan menemukan sebuah lubang yang cukup besar. Esmeralda berusaha mengintip untuk melihat ke dalam rumah. Sayup-sayup, ia bisa mendengar suara ibu mertuanya yang sedang berbicara dengan seorang lelaki yang sudah terlihat sangat sepuh. "Sudah berapa bulan usia kandungan menantumu?" tanya dukun itu tanpa ragu. "Sepertinya sudah sekitar tiga bulan," sahut Bu Edith sambil terlihat berpikir sesaat. Dukun yang bernama Sartoni itu tampak manggut-manggut sambil mengelus janggut panjang yang berwarna putih. "Ingat, ketika anak genderuwo itu lahir, segera berikan kepadaku. Aku yang akan merawat bayi genderuwo itu," ucap dukun itu dengan tegas. Kedua mata Esmeralda membelalak dengan lebar. Ia mematung selama beberapa saat, setelah mendengar percakapan antara ibu mertuanya dengan Dukun Sartoni itu. Esmeralda hampir tidak mempercayai dengan apa yang telah ia

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 24

    Esmeralda menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, Bu. Bagaimana mungkin seorang bayi bisa berbahaya?" Esmeralda mengusap lembut perutnya. Ia merasakan janinnya bergerak. "Percayalah, nduk! Yang kamu kandung, bukanlah bayi manusia! Tapi anak genderuwo!" ucap Bu Valentine dengan tegas. Raut wajahnya memancarkan semburat kegelisahan. Esmeralda kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bu. Aku akan melahirkan bayi ini. Aku percaya bahwa ini adalah anak dari benih suamiku," sahut Esmeralda tegas. Ia beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju ambang pintu. sementara Bu Valentine hanya menatapnya dengan tatapan nanar. "Terimakasih karena ibu sudah menolongku," ucap wanita itu sebelum ia berlalu pergi dari hadapan Bu Valentine yang seketika wajahnya memucat. ***Esmeralda tiba di rumahnya. Ia membuka pintu rumah yang tidak terkunci. Wanita itu berjalan dengan perlahan. Suasana rumah tampak sunyi. Baru saja Esmeralda hendak masuk ke dalam kamarnya, ia dikejutkan dengan suara yang

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 25

    Bu Valentine gegas pergi ke luar saat ia mendengar suara gemuruh. Langit yang tampak gelap, disertai angin kencang menandakan hujan akan segera turun. Bu Valentine gegas mengangkat jemuran sebelum hujan turun. Saat ia hendak masuk ke dalam rumahnya, pandangannya tanpa sengaja menatap sosok yang memiliki tubuh yang besar dan sangat tinggi. Sosok itu dipenuhi dengan bulu hitam yang lebat. Bu Valentine mendongak ke atas. Tatapannya beradu dengan sorot mata yang berwarna merah menyala. Seluruh pakaian yang telah ia angkat, terjatuh berserak di atas tanah. Baru saja Bu Valentine hendak masuk ke dalam rumahnya, sosok itu menghalau dengan cepat. Ia menarik tubuh kecil itu, hingga Bu Valentine terjatuh. Wanita itu terperangah, saat kuku-kuku yang panjang dan runcing itu mendekat ke arahnya. Crack! Darah segar muncrat begitu saja saat sosok itu mencabik-cabik tubuh Bu Valentine, mengeluarkan semua organ dalam tubuhnya. Wanita itu tewas seketika dalam keadaan kedua mata yang melotot l

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 26

    Esmeralda termenung menatap langit-langit di kamarnya. Siang tadi, sebelum ia pergi ke warung, ia mampir sebentar ke rumah Bu Valentine untuk memastikan bahwa Bu Valentine baik-baik saja. Tapi, ia menemukan bendera berwarna kuning berkibar di depan rumahnya. Esmeralda yang merasa penasaran, terdorong untuk masuk ke dalam rumah Bu Valentine yang telah ramai orang berdatangan untuk mengurus jenazahnya. Esmeralda terpaku saat melihat sebuah peti mati yang dikerumuni orang-orang yang sedang membacakan doa. Wanita itu melihat dari kejauhan, Bu Valentine terbaring kaku dengan keadaan dada dan perutnya hancur. Kematiannya benar-benar mengerikan. Benar-benar seperti serangan hewan buas yang dibicarakan sekelompok ibu-ibu. Tubuh Esmeralda segera lemas. Ia cepat-cepat meninggalkan kediaman Bu Valentine. Ia gegas pergi ke warung untuk membeli bumbu dapur yang diminta ibu mertuanya, lalu ia cepat pulang. Lamunan Esmeralda terberai saat ia merasakan perutnya yang tiba-tiba terasa sangat sak

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 27

    Esmeralda membuka kedua matanya secara perlahan. Penglihatannya tampak samar-samar. Semakin lama, penglihatannya mulai terlihat semakin jelas. Ia tersentak saat ia melihat bahwa ia telah terbaring di atas tempat tidurnya, dan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak dikenal. Pandangannya beralih menatap perutnya yang sudah besar. Ternyata benar. Ia tidak bermimpi. Kehamilannya sungguh ajaib. "Kalian siapa?" Suara Esmeralda terdengar serak bertanya pada kedua wanita paruh baya yang tampak mengenakan kebaya jadul yang tampak lusuh, dengan rambut yang di sanggul berantakan. Tatapan mata Esmeralda bergantian menatap kedua wanita paruh baya yang berdiri di samping kanan dan kirinya dengan pancaran raut wajah yang terlihat gelisah. "Kami adalah orang yang ditugaskan untuk membantu proses kelahiran kamu," ucap wanita paruh baya yang mengenakan kebaya berwarna hijau stabilo. "Tapi, aku belum merasakan tanda-tanda bahwa aku akan melahirkan," sahut Esmeralda dengan tatapan yang heran. "Si

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 28

    Dukun itu melahap habis ari-ari yang telah berada di tangannya. Mulutnya penuh dengan darah, yang membuat wanita kebaya hijau itu merasa mual dan ingin muntah. Ia segera keluar dari rumah Bu Edith untuk mengeluarkan isi perutnya yang masih kosong. Sementara itu, wanita kebaya merah muda yang telah selesai membersihkan bayi yang penuh dengan bulu hitam itu, keluar sambil membawa bayi tersebut. Ia tampak celingukan mencari rekannya yang tidak ada di depan kamar. Ia hanya melihat seorang lelaki sepuh dan juga wanita tua yang telah memanggilnya untuk datang ke rumah itu. "Di mana Karsinah, rekanku?" tanyanya dengan penasaran. Ia masih celingukan mencari sosok temannya. "Ada di luar," sahut Bu Edith datar sambil menunjuk ke arah pintu depan. "Berikan bayi itu!" Dukun Sartoni mengambil alih bayi yang telah dibungkus dengan kain bedong berwarna hijau, dari tangan wanita itu. "Ini! Berikan juga untuk temanmu. Ingat ya? Kalian harus tutup mulut jika kalian masih ingin hidup," ucap Bu Edi

Latest chapter

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 125 Orangtua Asuh Xiena dan Xavier (Last)

    Melihat pemandangan di depannya, membuat Bu Layla berteriak dengan histeris. Wanita itu merangkak untuk menghampiri tubuh suaminya yang terlihat tidak berdaya. Pak Khaled batuk berdarah, yang membuat Bu Layla semakin panik. "Bu, cepat bawa Xiena dan Xavier keluar dari rumah ini. Ajak juga putri kita, " ucapnya dengan suara yang lirih. Lelaki tua itu tampak sekarat. "Tapi kami harus ke mana Pak? " tanya Bu Layla dengan panik. Belum sempat Pak Khaled menjawab pertanyaan istrinya, ia yang melihat Esmeralda berjalan maju ke arahnya, berusaha sekuat tenaga untuk kembali bangkit, melindungi anak dan istrinya. "Cepatlah pergi, bu! " ucapnya yang segera berdiri di hadapan Esmeralda. Sementara Pak Khaled mengalihkan perhatian hantu wanita itu, Bu Layla dan Camelia pergi meninggalkan kamar sambil membawa serta Xiena dan Xavier. Mereka berhasil keluar dari rumah itu. Sedangkan Pak Khaled mendapatkan serangan bertubi-tubi yang membuat lelaki tua itu semakin tidak berdaya. Pak Khaled yan

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 124 Esmeralda Pulang

    "Bu, coba lihat siapa yang datang? " ucap Pak Khaled memberikan perintah. Bu Layla tidak menyahut. Ia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu dengan perlahan, ia membelalakkan kedua matanya karena terkejut. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang pucat itu, benar-benar Esmeralda. Dia sudah pulang setelah hampir satu bulan menghilang tanpa jejak, dan juga tiada kabar. Bu Layla melongo. "Ini beneran kamu Esmeralda? " tanyanya hendak memastikan. Wanita itu diam. Bibirnya mengatup rapat. Pandangannya kosong. Ia tidak menyahut pertanyaan yang telah diajukan oleh Bu Layla. Tatapan matanya terlihat kosong. Ia berjalan masuk ke dalam, melewati Bu Layla yang masih terbengong memandangi punggung Esmeralda yang semakin jauh dari hadapannya. wanita itu menuju ke kamar si kembar. Bu Layla yang tersadar dari lamunannya, bergegas masuk ke dalam rumah. Pak Khaled yang semula terlihat f

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 123 Jasad Esmeralda tidak ditemukan

    Tok tok tokSuara ketukan nyaring telah menyita perhatian Pak Khaled, Bu Layla dan Camelia yang sedang bermain dengan Xavier dan Xiena di ruang keluarga. Ketiganya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. "Siapa ya yang datang? " tanya Pak Khaled yang terlihat penasaran. Camelia hanya angkat bahu, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap wajah Xavier dan Xiena. Bu Layla yang menyadari bahwa dirinya yang harus membukakan pintu, segera beranjak dari tempat ia duduk. "Biar ibu saja yang buka, " ucapnya yang melenggang pergi menuju ke pintu depan. Raut wajah Bu Layla berubah saat ia melihat seseorang yang berada di balik pintu, yang telah mengetuk pintu rumahnya adalah Pak Clint. Sebuah senyuman tampak tercetak dengan jelas di bibirnya. "Pak Clint? Ada apa ya? Tumben sore-sore datang bertamu? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Pak Clint terdiam selama beberapa saat. Wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan dan gelisah, membuat Bu Layla menyadari bahwa ada

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 122 Kecelakaan Esmeralda

    Seluruh bulu kuduk nya mendadak merinding. Esmeralda cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, dan kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit yang sebelumnya telah di beritahukan oleh Bi Masha lewat pesan singkat di aplikasi hijau. Setibanya di rumah sakit, Esmeralda segera turun dari mobil. Ia keluar dari halaman parkir menuju ke lobby rumah sakit. Ia menemui resepsionis yang berjaga di sana. "Permisi, mbak. Saya mau menjenguk pasien atas nama Bu Aurora yang katanya sedang kritis, " ucap Esmeralda dengan raut wajahnya yang terlihat serius. "Oh, Bu Aurora ya? dia sudah dipindahkan ke rumah sakit umum Daerah yang ada di seberang sana, Bu! Keadaannya semakin parah. kedua matanya terus mengeluarkan darah. "Mendengar penjelasan dari petugas rumah sakit yang berjaga, membuat Esmeralda termangu selama beberapa saat lamanya. Lamunan Esmeralda terberai saat ia mendengar suara dering ponsel yang berbunyi keras dari dalam tasnya. "Baik, mbak. Terimakasih infony

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 121 Panggilan dari Ibu Mertua

    Esmeralda melangkah dengan perasaan kecewa yang mendalam. Ia merasa patah hati setelah melakukan ritual sesajen itu, tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Tidak ada petunjuk atau tanda-tanda keberadaan bayi perempuannya. Bu Layla yang menyadari diamnya wanita itu, mengusap-usap dengan lembut bahunya seolah memberikan isyarat agar wanita itu tetap kuat dan bersabar. Kedatangan Mereka segera disambut oleh Camelia yang menghampiri mereka dengan raut wajah yang terlihat sangat antusias. "Bagaimana? Apakah Xiena sudah ditemukan? " tanyanya menyambar. Bu layla dan Pak Khaled saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Sementara Esmeralda hanya tertunduk dengan raut wajah yang murung. "Di mana Xavier, Mel? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Ia merasa heran kenapa putrinya tidak bersama dengan bayi laki-laki itu. "Sehabis ku mandikan dan kuberi susu, dia tidur di kamar, " sahut Camelia menjelaskan. "Nduk, kamu kembali ke kamar s

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 120 Ritual Persembahan Sajen

    Esmeralda tidak langsung menjawab. Ia terdiam selama beberapa saat lamanya. Wajahnya ia tundukkan dalam-dalam. Ia menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskan kembali secara perlahan. "Saya.... Dulunya menikah dengan orang sini, " ucap Esmeralda yang memulai ceritanya. Sementara Bu Layla dan Camelia tampak menyimak penuturan wanita itu. "Saya sempat tinggal di sini bersama dengan mantan suami saya. Ibu mertua saya kurang menyukai saya karena saya belum memiliki keturunan. Lalu saya tiba-tiba hamil. Tapi mantan suami saya malah menceraikan saya. Katanya dia mandul, bagaimana mungkin saya bisa hamil? Dia menuding saya selingkuh." Airmata kembali mengalir perlahan membasahi pipi Esmeralda. "Ya, saya merasakan ada yang aneh dengan kehamilan saya. Hanya beberapa bulan saja, tiba-tiba perut saya membesar, dan saya merasakan kontraksi yang hebat hingga saya tidak sadarkan diri. Saat saya terbangun, ibu mertua saya bilang bahwa bayi saya tidak selamat.""Lalu, apa yang terjadi? " tanya

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 119 Jangan ambil Xiena!

    *Special Part*Dokter wanita itu tertegun selama beberapa saat. Dia melirik wajah Esmeralda yang balas menatapnya, sebelum pandangannya kembali beralih menatap wajah sang perawat. "Ada apa dengan bayi lelaki itu?" tanyanya hendak memastikan. Dokter wanita itu menyerahkan bayi perempuan yang sejak tadi berada di tangannya, pada sang ibu yang segera menampungnya. Dokter itu berjalan perlahan menghampiri sang perawat yang kembali menatap bayi lelaki yang tidak bergerak sama sekali. "Dia tidak menangis, dan juga tidak bergerak, dok. Apakah dia sudah meninggal?" Perawat itu menatap wajah dokter yang berdiri di hadapannya dengan perasaan khawatir. Dokter itu kemudian menggendong bayi laki-laki itu. Dan benar, ia tidak merasakan nafas bayi itu. Dia memijat perlahan dada bayi itu, memberikan pertolongan. dia pikir, bayi itu tersedak air ketuban. Setelah beberapa menit ia berusaha, tapi hasilnya nihil. dokter mulai berputus asa. Dia menarik nafas panjang, dan menghelanya dengan kasar. D

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 118 Kelahiran Bayi Kembar

    Angin berembus dengan semilir. Pintu terbuka semakin lebar, yang membuat kedua mata Camelia dan Esmeralda terbelalak dengan lebar. Tak seorang pun yang berdiri di sana untuk membuka pintu. Padahal mereka sudah sangat yakin bahwa pintu kamar sudah ditutup dengan benar. Tidak mungkin terbuka oleh angin.Camelia dan Esmeralda saling menatap satu sama lain. Keduanya saling menelan ludah."Siapa yang membuka pintu itu? " Camelia menatap wajah Esmeralda dengan tatapan tajam.Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Mungkin tadi saat Pak Kyai Khaled keluar, dia tidak menutup pintu dengan rapat, jadi terbuka sedikit oleh angin, " Sahut Esmeralda berusaha menenangkan dirinya dan juga putri Pak Kyai yang hanya menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita itu."Ya, masuk akal juga, " Ucapnya dengan intonasi yang datar. Ia tersenyum kaku, berusaha menyamarkan perasaan takut yang sedang menguasai dirinya.Esmeralda balas tersenyum. "Biar aku tutup pin

  • Hamil Anak Genderuwo    Bab 117 Jangan Ganggu!

    Mendengar teriakan Camelia, perhatian Pak Kyai Khaled dan Bu Layla, segera tersita. Keduanya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, sebelum keduanya beranjak dari tempat mereka menuju ke dapur untuk melihat apa yang telah terjadi pada putri mereka.Keduanya tercengang saat melihat Camelia tergeletak di lantai dapur, dengan pecahan gelas yang sedikit basah.Mereka melangkah dengan hati- hati agar tidak terkena pecahan kaca, mendekati putri mereka yang tidak sadarkan diri."Nduk? " Pak kyai mengusap lembut wajah Camelia. Wanita itu sama sekali tidak merespon."Pak, kita bawa dia ke kamar saja, " Ucap Bu Layla dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.Sementara Pak kyai Khaled membopong tubuh putrinya, membawanya ke kamar, Bu Layla membereskan pecahan gelas."Apa yang telah dilihat putri kita, pak? Sampai dia tidak sadarkan diri seperti itu, " Ucap Bu Layla menatap wajah Pak kyai, setelah wanita itu masuk ke dalam kamar putrinya, dan duduk di sebelah suaminya."Entahlah, Bu

DMCA.com Protection Status