Aku sangat bahagia karena setelah sekian tahun hilang, kini aku telah menemukan keberadaan anakku. Dia sangat cantik perpaduan aku dan suamiku.
Namun hatiku sakit bagai teriris sembilu kala mengetahui hidup anakku tidak baik baik saja di luar sana. Aku bahkan melihat dengan mata kepalaku sendiri jika orang orang yang selama ini merawatnya ternyata tidak tulus dan hanya ingin memanfaatkannya saja.
Seperti siang ini ketika aku kekeh mengajak anak dan menantuku untuk mengunjungi orang tua angkatnya yang kebetulan sedang berada di rumah Anjani. Aku kaget melihat mereka sangat tamak dengan harta hingga saling mengorbankan nyawa.
"Nak, kita pulang saja ya. Ingat kesehatanmu lebih penting," ajakku kala kami mengantar orang tua angkat putriku ke rumah sakit.
"Tapi Mah kalau Jani pulang siapa yang akan menjaga mereka? Kasihan Ayah dan Ibu, Mah!" Bahkan ketika putriku sudah sangat disakiti dia pun masih sempat memedulikan orang yang sudah menyakitinya.
Aku terkejut dengan semua yang kudengar. Ternyata mereka bukan hanya sekedar saling kenal, tetapi sepertinya pernah terjadi sesuatu diantara mereka bertiga, bahkan mungkin mereka sedang ada masalah, pikirku. Aku terus saja melanjutkan kegiatan mengupingku."Aku tahu kalau sebenarnya dalam hatimu masih menginginkan suamiku untuk menjadi pendampingmu. Tapi aku berharap kamu tidak punya pikiran untuk kembali berusaha merebut suamiku. Apalagi kamu akan segera menikah dengan Kak Arya. Aku berharap semoga kelak kita bisa menjadi ipar yang rukun, aku tidak ingin kedua orang tuaku tahu tentang ini. Kasihan mereka!" ujar anakku lagi."Tenang saja, aku bukan perempuan yang akan tega merebut kebahagiaan perempuan lain. Aku akui waktu itu aku khilaf, tapi berkat Arya sekarang aku sadar jika aku tidak bisa memaksakan cinta. Aku masih dalam fase berusaha menerima takdir ini. Dan aku ingin memberikan Arya kesempatan untuk memenangkan hatiku. Anjani maafkan aku hampir merusak ru
Agung bergegas menyusul Arya ke lokasi yang sudah dikirimkan anaknya. Tak lupa dia membawa body guard demi keselamatan dan segera memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di sana, dia melihat Arya terkapar setelah melibas beberapa preman yang sempat menghadangnya. "Arya, bagaimana keadaanmu?""Aku kepayahan Pa, tapi untung saja aku bisa melumpuhkan mereka. Ada satu orang berhasil kabur Pa," Arya terbatuk batuk sebelum akhirnya pingsan. Agung segera membawanya pulang dan memanggil dokter keluarga. "Kalian urus preman itu dan cari tahu motif pengeroyokan ini. Aku akan membawa Arya pulang!" "Baik, Tuan!" ***Sesampainya di rumah, dia segera memapah Arya ke dalam kamar. Anjani dan Revan yang mendengar suara mobil Agung langsung bergegas ke luar kamar begitu juga dengan Nurma."Lho Kak Arya kenapa Pa? Kok babak belur dan berdarah gini?" tanya Anjani kaget. "Kakakmu baru saja dikeroyok preman, Van tolong bantu Papa membawa Arya ke kamar," pintanya pada Revan."Baik, Pa.
Rina hanya mengabaikan Alex yang terus saja mendesaknya untuk bicara. Dia memilih kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidurnya."Rina, jawab pertanyaanku dulu. Siapa lagi gundik yang kamu maksud itu? Jangan membuatku bertanya tanya Rin!"Rina akhirnya duduk di ranjang dan menatap tajam sang suami. "Siapa lagi kalau bukan si Linda. Bukankah dia gundikmu yang sangat kau manja? Sampai sampai segala keinginannya kamu turuti hingga kau berani memanggilku dengan sebutan nama?" ucap Rina sinis.Alex terperangah, dia sedikit aneh dengan sikap Rina yang begitu tenang kali ini."Tidak usah terkejut Pa, aku sudah tahu sepak terjangmu di luar sana. Jangan mengira jika diamku adalah karena aku bodoh dan tidak tahu apapun tentangmu. Kamu boleh menemuinya besok, tapi aku harus ikut!" perintah Rina."Ta-tapi ... ""Tenang saja, aku tidak akan ikut turun. Aku akan memantau dari jauh, jadi kau tidak usah khawatir lagi!""Sebenarnya apa yang
Sedangkan Alex masih saja diam tidak menanggapi Linda. Dia tetap terfokus dengan tablet yang ada di tangannya."Lex, kamu tuh dengar nggak sih apa yang aku bicarakan?" tanya Linda geram."Memangnya apa yang sering kita lakukan? Bukankah sudah lama aku memutuskan hubungan denganmu?""Lex, jujur aku rindu dengan sentuhanmu. Sudah lama aku tidak pernah mendapatkannya dari Mas Hendra," ucap Linda sendu."Kalau hanya itu yang ingin kau sampaikan, sebaiknya aku pulang saja. Masih ada banyak hal yang lebih penting yang harus kuurus!" Saat Alex beranjak pergi Linda mencekal tangannya.Rina yang bersembunyi di balik toilet privat room kafe mengepalkan tangannya dengan erat, namun dia masih tetap berusaha tenang dan terus merekam semua adegan di depannya walau hatinya sudah terbakar."Ada apa lagi? Jangan sentuh tanganku!""Apa kau tahu? Agung sudah menemukan anak mereka yang hilang!"DegggAlex menun
Linda tak bisa lagi menahan amarah yang sedari tadi dia tahan. Dia tidak terima dikatai pelakor oleh Rina."Jaga mulutmu Rina, jangan sembarangan mengataiku pelakor!" pekik Linda."Lalu kata apa yang pantas disematkan untuk wanita yang suka menggoda lelaki orang? Dasar pezina!" sarkas Rina.Alex merasa tersinggung dengan ucapan Rina karena dia sendiri juga menikmati setiap sentuhan yang diberikan Linda. Dia membiarkan orang lain masuk dalam rumah tangganya walau hanya sekedar memenuhi hasrat kelelakiannya saja."Rina hentikan ucapanmu! Semua itu hanya masa lalu dan juga sudah berlalu. Kuakui aku salah karena memberikan kesempatan pada Linda untuk masuk ke kehidupanku. Tapi apa aku sudah tidak punya kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya?" tutur Alex."Bagaimana mungkin kau bisa dengan semudah itu mengatakan ingin memperbaiki semuanya sedangkan pondasi saja sudah kau hancurkan? Kau sendiri yang sudah membuka tamu di rumah kita. Kalau kau t
Sementara di tempat lain, Revan dan Agung bergegas ke rumah sakit tempat orang tua angkat Anjani dirawat. Mereka langsung menuju ke ruangan VVIP rumah sakit.Ratin yang sudah sadar terkejut dengan kedatangan Revan."Selamat pagi Bu, bagaimana keadaan Ibu? Apakah sudah lebih baik?" tanya Revan lembut."Nak Revan, kabar Ibu sudah membaik tapi Ayahmu belum sadar juga," tutur Ratin berekspresi sedih. Sejujurnya dia berharap suaminya mati saja agar tidak ada lagi yang selalu menasihatinya setiap hari."Tidak ada apa apa Bu, Ayah mungkin masih dalam pengaruh obat bius. Nanti juga pasti sadar!" sambung Revan.Ratin melirik ke arah samping Revan. Dia tampak asing dan sepertinya belum pernah bertemu dengan lelaki di samping menantunya ini."Nak Revan membawa siapa? Sepertinya Ibu tidak pernah melihatnya?" 'Boleh juga orang ini. Dia terlihat gagah dan juga sepertinya orang kaya. Aku harus bisa mendapatkannya, persetan dengan Mas Danu kalau aku bisa mendapatkan yang lebih kaya maka aku bersedia
Para warga yang menolong korban itu langsung berlari ke mobil Agung dan mengetuk kaca mobil. Mereka sedikit meneriaki pada Agung dan Revan untuk dimintai pertanggung jawaban.“Pak tolong turun dulu karena mobil Bapak sudah menabrak anak itu!” seru salah satu warga.“Ayo kita turun dulu Van!” ajak Agung pada Revan.Agung dan Revan segera turun dari mobil dan mendekat ke arah korban tersebut.Saat mereka berdua mendekat, para warga langsung memberi jalan pada keduanya. Revan terkejut karena ternyata Dina lah yang jadi korbannya.“Dina ...”“Kamu mengenalnya Van?” tanya Agung seraya menengok ke arah Revan.“Dia adik angkat istriku Pa!”“Kalau begitu ayo kita harus segera membawanya ke rumah sakit sekarang!” ajak Agung.Mereka segera membawa Dina ke rumah sakit dengan dibantu warga. Darah tak berhenti mengucur
Nurma dan Anjani langsung menoleh ke arah suara itu berasal. Dia tak mengira jika akan bertemu Sandra di sini."Duh pantas aja tiba tiba hawanya jaid panas padahal ber AC, rupanya kedatangan titisan Mak Lampir," ejek Anjani balik."Eh coba ulang, apa lo bilang tadi?" tanya Salsa bersungut."Titisan Mak Lampir," ulang Anjani dengan wajah mengejek."Enak aja cantik cantik gini dibilang Mak Lampir," sungut Sandra mengepalkan tangan. Anjani terkekeh geli."Anjani, kamu kenal sama orang aneh ini?" tanya Nurma sedikit mengejek Sandra."Nggak tahu nih Ma, sok kenal sok dekat tuh orang," ujar Anjani pura pura lupa.Sandra yang tak terima dengan ejekan Anjani terlihat sangat kesal."Eh Anjani, songong banget lo sekarang mentang mentang udah jadi orang kaya. Orang kaya baru aja lagak lu udah ketinggian. Kalau kere ya kere aja nggak usah sok banyak duit!" hina Sandra."Idih kok nyolot sih Mbak? Situ ngiri ya? Ya udah deh aku nganan aja kalau gitu," tutur Anjani terus mengejek."Alah lagak lo, ba