Agung terpana, rasanya seperti mimpi jika dia akan segera menggendong cucu. "Be-benarkah itu Ma?" tanya Revan penuh haru. "Benar Pa, ternyata Anjani sedang berbadan dua sejak di Eropa. Makanya aku takut kalau pesta mereka dijadikan satu nanti Anjani kelelahan bagaimana?" "Tapi kamu tadi nggak bilang apa-apa Ma?" "Ya karena rencananya Mama mau bilang pas makan malam biar Arya juga tahu eh tapi Mama udah keceplosan duluan," jawab Nurma cengengesan. Agung menggeleng pelan, dia yang sedang sangat bahagia atas kehamilan Anjani segera menginginkan untuk mengadakan tasyakuran atas kehamilan Anjani. Namun hal itu segera ditepis oleh Nurma. "Pa, sebaiknya kita adakan syukuran sekalian pas sudah empat bulan saja!" kata Nurma. "Ya sudah kalau begitu aku ngikut saja Ma," jawab Revan. *** Malam harinya ketika mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, Anjani yang masih ngambek dengan Agung tidak mau menyapanya sama sekali. Dia tetap memasang wajah manyunnya hingga menarik perhatian Arya.
Malam ini Anjani bisa tidur dengan pulas setelah ngidamnya terkabulkan, tapi tidak dengan Revan. Dia mendapat informasi jika Mayra kabur dari penjara. Dia khawatir wanita gila itu akan terus mengejar Anjani. Revan duduk di balkon sambil memikirkan cara untuk mengamankan Anjani dari kejaran Mayra."Aku yakin ingatan Mayra pasti sudah kembali. Aku tidak mungkin mengurung Anjani di dalam rumah terus, pasti dia akan merajuk. Tapi kalau aku membebaskan Anjani aku takut dia akan kembali diburu Mayra. Lebih baik aku kerahkan pengawal saja untuk menjaga Anjani," gumamnya sendiri. Tiba-tiba Anjani menyusul Revan ke balkon."Mas, kamu kok di sini sih?" ucapnya sambil mengucek mata."Sayang kamu kok bangun?" "Aku bangun karena kamu nggak ada di sampingku," ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur."Ya sudah ayo kita tidur lagi," ajak Revan kemudian."Gendong!" pinta Anjani.Revan menggendong Anjani kembali ke ranjang dan mereka mulai terlelap.***Di sisi lain, Mayra kini berada di luar ne
"Bu-buat apa Nyonya Muda?" tanya mbok Nem. Perasaannya mendadak tidak enak."Udah buat aja Mbok jangan banyak tanya!" Setelah mbok Nem selesai membuatkannya, dia segera memberi tahu Anjani."Jus pete dan sate cabai permintaan Anda sudah jadi Nyonya Muda.""Kalau sudah jadi silakan dimakan ya Mbok," ucap Anjani tersenyum manis."A-apa?" Mbok Nem terkejut. Ternyata apa yang dia takutkan akan terjadi. "Ta-tapi Mbok Nem nggak bisa makan pedas Nyonya Muda," kilahnya.Wajah Anjani mendadak murung. Disaat bersamaan, Nurma datang menghampiri keduanya."Sayang ada apa ini? Kok kamu udah turun? Kamu masih harus istirahat Nak untuk memulihkan tenaga," ucap mamanya mengingatkan."Na, Mbok Nem nggak mau makan sate cabai sama jus pete Ma. Padahal aku pengen banget lihat Mbok Nem makan itu."Nurma tercengang, dia meneguk ludahnya kasar. 'Makin lama mengidamnya Anjani kok makin aneh saja, jangan-jangan korban selanjutnya aku lagi. Duh jangan sampai deh!' batinnya dalam hati."Mama kok diam sih?" ta
Malam ini Yasmin beserta orang tuanya bertandang ke kediaman Hendra. Dia melihat sekitar namun tampak tidak ada tanda-tanda kehadiran Revan di sana. Sedangkan Baskoro dan Hendra tampak sudah akrab karena ternyata mereka sudah berteman sejak lama."Tuan Hendra, kalau boleh tahu Tuan Revan di mana ya?" tanya Yasmin penasaran."Panggil Om saja, Revan mungkin sebentar lagi akan sampai. Kamu kenal sama Revan?" tanya Hendra balik."Kebetulan kami baru saja memulai bekerja sama, Om."Hendra ber oh ria saja. Dia tidak menaruh curiga sedikitpun pada Yasmin karena dia pikir Yasmin hanya sekedar bertanya saja.Tak berselang lama, deru mobil terdengar dari halaman depan. "Nah sepertinya itu mobil Revan," kata Hendra.Hendra tersadar saat melihat perubahan pada raut wajah Yasmin, anak temannya ketika mendengar Revan datang.'Sepertinya perempuan ini menyukai Revan," batin Hendra.Revan masuk ke dalam rumah bersama Anjani dan juga Mila. Melihat itu, senyum Yasmin yang semula merekah langsung lenya
Yasmin terdiam mencerna perkataan ayahnya, dia tersadar jika tindakannya memang tidak dibenarkan. Akhirnya dia memutuskan untuk melupakan Revan dan hanya akan berhubungan untuk urusan bisnis saja.***Keesokan paginya di rumah Hendra sedang terjadi keributan karena Anjani terus memaksa Revan untuk meminum jus buah mengkudu. "Nggak mau Yang, aku nggak suka jus mengkudu. Kamu jangan maksa gitu dong!" sungut Revan pada Anjani."Mas kasihan Bibik, dia sudah bersusah payah buatin jus mengkudu ini harusnya Mas apresiasi dong. Pokoknya kamu harus mau meminumnya!" paksa Anjani."Ya siapa yang suruh buat bikin jus mengkudu?" tanya Revan lagi."Ya aku lah Mas yang suruh bikin. Terus kamu harus minum.""Lho kamu yang suruh bikin kenapa yang harus minum, harusnya ya kamu saja yang minum!" sergah Revan.Tetapi Anjani terus memaksa Revan untuk meminum jus mengkudu, mau tidak mau akhirnya Revan meminum jus mengkudu itu walau sedikit jijik dengan rasa dan baunya. Anjani tersenyum senang melihat eks
Anjani dan Revan langsung menengok ke arah Arya dan Raisa yang juga ikut turun."Lho kalian ngapain ikut turun?" tanya Anjani."Kami juga lapar kali Dek, masa iya kalian tega ninggalin kami di pelaminan sementara kalian makan sih?" canda Raisa."Oh ternyata kalian bisa lapar juga ya," kelakar Anjani disambut gelak tawa.Akhirnya ke dua pasang pengantin itu makan setelah tamu mulai sepi. Dan setelah acara selesai mereka segera kembali ke hotel. ***Sesampainya di kamar hotel, Raisa segera melepas aksesoris yang menempel di tubuhnya. Ketika dia ingin melepas gaunnya dia nampak kesulitan."Butuh bantuan nggak? Sini Mas bantu," ucap Arya tiba-tiba datang.Raisa mendadak gugup dan malu. "Nggak usah Mas, aku bisa melepasnya sendiri kok," ucap Raisa canggung.Namun Arya tak mengindahkan penolakan Raisa, dia tetap membantu Raisa menurunkan resleting gaunnya. Arya mematung kala melihat kulit putih nan mulus milik Raisa terekspose. Dia langsung menyentuhnya. Seperti ada yang tegang tapi bukan
Agung dan Nurma saling melirik ketika melihat Revan juga menyusul Anjani ke kamarnya."Kalian kenapa? Habis berantem?" tanya Agung heran. Revan menggigit kedua bibirnya. Dia melirik ke arah ranjang di mana Anjani menatapnya dengan tatapan seperti ingin memakannya hidup-hidup. Revan menghela nafas panjang sebelum mengatakan alasan istrinya pergi ke kamar kedua orang tuanya."Anjani ingin mengacaukan malam pertama Kak Arya sejak tadi sore, dan karena Revan tidak mengizinkan akhirnya dia kabur ke sini karena marah permintaannya tidak aku kabulkan, Pa!" jelas Revan.Agung dan Nurma menepuk keningnya. "Ada-ada saja tingkah anak itu. Ya sudah tidak masalah, malam ini biarkan anak itu tidur dengan kami," tegas Agung.Dengan berat hati, Revan mengiyakan keinginan Agung. Revan sebal karena harus menahan hasratnya."Terpaksa solo karir deh," gumamnya lemas.***Sementara di dalam kamar, saat Agung dan Nurma hendak kembali ke kamar mereka menggelengkan kepala melihat putrinya sudah terlelap.
Alex tidak terlalu bisa bergerak bebas karena Rina terus mengawasi gerak geriknya. Dia bisa memberi Linda fasilitas karena dia menggunakan ponsel lain yang sama untuk mengecoh Rina."Ternyata tidak semudah itu melepas kebiasaan bermain dengan wanita. Shittt ... " umpat Alex.Siang ini, Rina berencana mengunjungi suaminya di kantor. Semua karyawan membungkuk saat Rina melewati setiap orang yang lewat. Namun kedatangannya dicegat oleh sekretaris yang sudah diberi tahu oleh Alex."Maaf Nyonya, Tuan Alex tadi berpesan agar tidak ada yang mengganggunya siapa pun orangnya sampai tamunya pergi. Katanya beliau sedang ada tamu penting." 'Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan lagi oleh Mas Alex dariku,' batin Rina.Rina menautkan alisnya, "Kamu melarang saya masuk? Asal kamu tahu ini perusahaan milik saya Vin. Saya berhak ke luar masuk perusahaan sesuka hati saya!" tegas Rina."Maafkan saya, Bu." Rina terus melangkah ke depan pintu ruangan Alex berada tanpa mengindahkan teguran Vindi. Nam