Malam ini Yasmin beserta orang tuanya bertandang ke kediaman Hendra. Dia melihat sekitar namun tampak tidak ada tanda-tanda kehadiran Revan di sana. Sedangkan Baskoro dan Hendra tampak sudah akrab karena ternyata mereka sudah berteman sejak lama."Tuan Hendra, kalau boleh tahu Tuan Revan di mana ya?" tanya Yasmin penasaran."Panggil Om saja, Revan mungkin sebentar lagi akan sampai. Kamu kenal sama Revan?" tanya Hendra balik."Kebetulan kami baru saja memulai bekerja sama, Om."Hendra ber oh ria saja. Dia tidak menaruh curiga sedikitpun pada Yasmin karena dia pikir Yasmin hanya sekedar bertanya saja.Tak berselang lama, deru mobil terdengar dari halaman depan. "Nah sepertinya itu mobil Revan," kata Hendra.Hendra tersadar saat melihat perubahan pada raut wajah Yasmin, anak temannya ketika mendengar Revan datang.'Sepertinya perempuan ini menyukai Revan," batin Hendra.Revan masuk ke dalam rumah bersama Anjani dan juga Mila. Melihat itu, senyum Yasmin yang semula merekah langsung lenya
Yasmin terdiam mencerna perkataan ayahnya, dia tersadar jika tindakannya memang tidak dibenarkan. Akhirnya dia memutuskan untuk melupakan Revan dan hanya akan berhubungan untuk urusan bisnis saja.***Keesokan paginya di rumah Hendra sedang terjadi keributan karena Anjani terus memaksa Revan untuk meminum jus buah mengkudu. "Nggak mau Yang, aku nggak suka jus mengkudu. Kamu jangan maksa gitu dong!" sungut Revan pada Anjani."Mas kasihan Bibik, dia sudah bersusah payah buatin jus mengkudu ini harusnya Mas apresiasi dong. Pokoknya kamu harus mau meminumnya!" paksa Anjani."Ya siapa yang suruh buat bikin jus mengkudu?" tanya Revan lagi."Ya aku lah Mas yang suruh bikin. Terus kamu harus minum.""Lho kamu yang suruh bikin kenapa yang harus minum, harusnya ya kamu saja yang minum!" sergah Revan.Tetapi Anjani terus memaksa Revan untuk meminum jus mengkudu, mau tidak mau akhirnya Revan meminum jus mengkudu itu walau sedikit jijik dengan rasa dan baunya. Anjani tersenyum senang melihat eks
Anjani dan Revan langsung menengok ke arah Arya dan Raisa yang juga ikut turun."Lho kalian ngapain ikut turun?" tanya Anjani."Kami juga lapar kali Dek, masa iya kalian tega ninggalin kami di pelaminan sementara kalian makan sih?" canda Raisa."Oh ternyata kalian bisa lapar juga ya," kelakar Anjani disambut gelak tawa.Akhirnya ke dua pasang pengantin itu makan setelah tamu mulai sepi. Dan setelah acara selesai mereka segera kembali ke hotel. ***Sesampainya di kamar hotel, Raisa segera melepas aksesoris yang menempel di tubuhnya. Ketika dia ingin melepas gaunnya dia nampak kesulitan."Butuh bantuan nggak? Sini Mas bantu," ucap Arya tiba-tiba datang.Raisa mendadak gugup dan malu. "Nggak usah Mas, aku bisa melepasnya sendiri kok," ucap Raisa canggung.Namun Arya tak mengindahkan penolakan Raisa, dia tetap membantu Raisa menurunkan resleting gaunnya. Arya mematung kala melihat kulit putih nan mulus milik Raisa terekspose. Dia langsung menyentuhnya. Seperti ada yang tegang tapi bukan
Agung dan Nurma saling melirik ketika melihat Revan juga menyusul Anjani ke kamarnya."Kalian kenapa? Habis berantem?" tanya Agung heran. Revan menggigit kedua bibirnya. Dia melirik ke arah ranjang di mana Anjani menatapnya dengan tatapan seperti ingin memakannya hidup-hidup. Revan menghela nafas panjang sebelum mengatakan alasan istrinya pergi ke kamar kedua orang tuanya."Anjani ingin mengacaukan malam pertama Kak Arya sejak tadi sore, dan karena Revan tidak mengizinkan akhirnya dia kabur ke sini karena marah permintaannya tidak aku kabulkan, Pa!" jelas Revan.Agung dan Nurma menepuk keningnya. "Ada-ada saja tingkah anak itu. Ya sudah tidak masalah, malam ini biarkan anak itu tidur dengan kami," tegas Agung.Dengan berat hati, Revan mengiyakan keinginan Agung. Revan sebal karena harus menahan hasratnya."Terpaksa solo karir deh," gumamnya lemas.***Sementara di dalam kamar, saat Agung dan Nurma hendak kembali ke kamar mereka menggelengkan kepala melihat putrinya sudah terlelap.
Alex tidak terlalu bisa bergerak bebas karena Rina terus mengawasi gerak geriknya. Dia bisa memberi Linda fasilitas karena dia menggunakan ponsel lain yang sama untuk mengecoh Rina."Ternyata tidak semudah itu melepas kebiasaan bermain dengan wanita. Shittt ... " umpat Alex.Siang ini, Rina berencana mengunjungi suaminya di kantor. Semua karyawan membungkuk saat Rina melewati setiap orang yang lewat. Namun kedatangannya dicegat oleh sekretaris yang sudah diberi tahu oleh Alex."Maaf Nyonya, Tuan Alex tadi berpesan agar tidak ada yang mengganggunya siapa pun orangnya sampai tamunya pergi. Katanya beliau sedang ada tamu penting." 'Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan lagi oleh Mas Alex dariku,' batin Rina.Rina menautkan alisnya, "Kamu melarang saya masuk? Asal kamu tahu ini perusahaan milik saya Vin. Saya berhak ke luar masuk perusahaan sesuka hati saya!" tegas Rina."Maafkan saya, Bu." Rina terus melangkah ke depan pintu ruangan Alex berada tanpa mengindahkan teguran Vindi. Nam
Amarah Linda langsung tersulut karena perkataan Rina. Dia tidak terima dikatai perebut suami orang walau kenyataannya dia sudah main gila dengan Alex."Jaga mulutmu Rina, kau sendiri tidak pandai menjaga suami. Harusnya kau salahkan dirimu sendiri. Masih untung aku tidak meminta Alex untuk menikahiku dan meninggalkanmu!" sentak Linda pada Rina."Percaya diri sekali kau kalau Alex akan mau menikahimu. Asal kamu tahu kalau Alex memang berani meninggalkanku apa lagi demi seorang wanita murahan sepertimu maka dengan senang hati akan aku persilahkan, aku tidak takut kehilangan dia. Justru dialah yang akan memohon padaku untuk tidak menceraikannya. Karena kalau sampai dia berani menceraikanku artinya dia siap kehilangan semua yang saat ini dia miliki, termasuk seluruh fasilitas yang dia berikan padamu!" "Apa hakmu berani mengatur hidup Alex? Dialah pemilik perusahaan dan seluruh kekayaan kalian. Jangan merasa kau paling berkuasa hanya karena berstatus istri sah Alex. Lex kamu jangan diam s
Sementara di tempat lain, Mayra sudah mulai bekerja di perusahaan Revan. Dia merubah identitasnya menjadi Bunga. Dia memulai aktivitas dan berbaur dengan teman-teman seperti biasanya. Saat hendak ke kantin dia mendengar beberapa karyawan sedang membicarakan Revan."Pestanya tadi malam meriah banget ya," ucap karyawan lain memulai percakapan."Ya jelaslah, semuanya horang kaya pasti pestanya mewah," timpal karyawan lain.Mayra terus menyimak percakapan karyawan itu demi mendapatkan informasi."Dengar-dengar istrinya Pak Revan lagi hamil ya, wahh topcer banget tuh Pak Revan sekali tembak udah isi lagi." Terdengar gelak tawa para karyawan. Telinga Mayra panas mendengar kebahagiaan Revan."Iya si Anjani itu beruntung banget ya dapat Pak Revan. Katanya dulu Pak Revan dijebak pakai obat perangsang lalu meniduri Anjani, atau jangan-jangan itu cuma alibi Anjani saja buat nutupin kalau dia sendiri yang menjebak Pak Revan?" ucap karyawan lain berargumen."Huss jangan menggiring opini, kita ngga
"Sayang, kamu kok tiba-tiba datang? Ini lho Papa sama aku rencananya mau ngajak kamu ke psikiater. Mau ya?" tanya Revan lembut."Nggak ah aku kan nggak sakit jiwa. Kalian ada-ada aja deh!" ujar Anjani sambil berlalu ke dapur.Revan dan Agung saling berpandangan. Sepertinya akan sedikit sulit membujuk Anjani karena dia pandai menyembunyikan sesuatu.***Seminggu setelah pesta pernikahan, Revan mengajak Anjani untuk memeriksakan kandungan ke dokter."Dek, nanti siang kita ke Dokter buat USG yuk. Aku ingin tahu perkembangan anak kita.""Ayo, Mas aku juga ingin melihat Dedek," jawab Anjani saat mengantar Revan ke depan.Siang harinya, Anjani meluncur ke perusahaan Revan dengan diantar sopir. Dia langsung menuju ke ruangan Revan begitu sampai di perusahaan."Selamat siang Bu," sapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan Anjani."Siang juga," jawab Anjani. Senyumnya