Share

Bab 15: Curiga

Author: Junatha Rome
last update Last Updated: 2022-08-21 22:35:58

‘ah perasaan apa ini,' merutuki perasaannya sendiri. Cemburu pada adik ipar? Bukankah ia yang menyerahkan apel pada Sofia lalu adik iparnya itu menurut duduk di kursi samping ranjang menggantikan posisi sang kakak ipar.

“Sofia, kita harus mengurus berkasmu di asrama,” tegur Inda memecah suasana romantis Sofia dan Zein.

“Sekarang Ka?” Sofia enggan beranjak dari situasi itu sebenarnya.

“Iya, kalau sudah tengah hari mereka tidak menerima pemberkasan lagi,” beber Inda

Mereka pamit keluar, Rena dan Firhan tetap di sana menunggu Zein, sebelum yang lain datang berbondong-bondong ingin menjenguk sang ketua keamanan.

Di bus, Inda dan Sofia hanya terdiam, saling mengingat sesuatu di ruang rawat tadi.

Masih terlihat dengan jelas dalam bayangan Sofia bagaimana jemari Zein dan Inda menyatu dengan erat. Begitu juga dengan Inda yang melihat adik iparnya menyuapkan sepotong apel pada Zein, mekipun mantan, rasanya aneh sekali kalau harus bersama Sofia.

“Aku dan Zein dulu memiliki hubungan, sebelum akh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 16: Masuk kamar Kyai tampan

    'Hmmm... sepertinya memang ada yang tidak beres' batin Jiddan mulai curiga.'dalam 3 hari ke depan, semua akan terkuak' lanjutnya.Data asli hasil tes sudah di tangan Jiddan, sengaja ia copy untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu, seperti berkas yang hilang dari ketua penerima beasiswa.Step pertama ia akan memeriksa data yang di miliki oleh Dani. Ia segera menelponnya memastikan dia berada dalam ruangannya atau tidak."Halo Pak, Assalamu'alaikum," ucapnya."Wa'alaikumussalam Pak Jiddan," jawab Dani. "Ada yang bisa saya bantu Pak?" lanjutnya basa basi."Apa Bapak ada di ruangan sekarang?""Iya Pak, saya di sini,""Bisa saya melihat berkas data mahasiswa Mesir Pak? semuanya," tanya Jiddan langsung kepada inti."Bisa Pak, ada yang sudah diprint dan bentuk FD Pak, Bapak perlu yang mana?" tawar Dani."Se... muanya Pak," Jiddan menegaskan."Baik Pak, saya siapkan,""Saya akan ke ruangan Bapak 5 menit lagi ya Pak,""Baik,"Telepon telah ditutup. Jiddan mengambil nafas dalam-dalam, lalu men

    Last Updated : 2022-08-25
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 17: perjanjian malam

    Waktu berjalan melambat, Kana tak sanggup lagi mengatur jantungnya yang berdegup begitu kencang, tercengang karena tatapan tajam yang menerjang dirinya seketika.“Kana!” ucap Jiddan heran.“Maaf Pak Yai, tadi Pak Yai yang menyuruh saya masuk Pak,” jelas Kana menunduk ketakutan.“Saya tidak sadar, maaf, hari ini saya terlalu capek sekali memikirkan masalah pekerjaan,” Jiddan mengerjapkan mata menyadarkan diri.“Apa mau saya bantu pijit Pak?” ceplos Kana.Ya, maklum saja dengan prilaku Kana yang cenderung berani melakukan apa saja pada kyai mudanya. Karena pendidikannya yang hanya sampai tamatan SMA, membuat wanita itu berbeda dengan wanita lain yang Jiddan kenal yang memiliki beground pendidikan pesantren, apalagi untuk disamakan dengan istrinya, sama sekali tidak bisa disamakan.“Eh? Tidak Kana terimakasih,” tolaknya.“Baik Pak Yai, saya permisi ke dapur lagi,” masih menunduk membalikkan tubuhnya dan meninggalkan tuan tampan.Berjalan menuju dapur, Kana tak henti membayangkan tatapan

    Last Updated : 2022-08-28
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 18: Festival Music Nusantara

    Ceg kleeek...Suara pintu perlahan terbuka.‘wanita itu, posisi tidurnya persis sekali dengan Inda’ batin Jiddan saat melihat Naya sudah terkulai di atas permadani biru bercorakkan bunga-bunga. Dengan posisi miring ke kanan, dan telapak tangan menjadi bantalannya, tampak seperti putri yang tertidur di atas hamparan bunga.Jiddan melangkah mendekati pemilik alis tebal itu, memandanginya sebentar.‘maafkan aku santriku, aku terlalu sibuk dengan duniaku, hingga aku melupakan kewajibanku, melupakan janjiku’ batinnya menyesal.Tak terasa lutut kaki menekuk hingga menyentuh permadani, menjadikan tubuhnya dekat dengan wanita yang tertidur pulas itu.“Pak Kyai, Kana minta maaf, ini salah Kana Kyai,” ratapnya memelas, ia sudah duduk simpuh pada jarak tiga langkah dari mereka.Jiddan pun menoleh, lalu mengisyaratkan dengan jari telunjuknya agar Kana tidak bersuara karena takut membangunkan Naya.Akan tetapi Naya adalah type manusia yang jika mendengar sedikit suara saja ia akan terbangun dari

    Last Updated : 2022-09-02
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 19: Mimpi yang nyata

    Ke empatnya menatap audiens, memberikan jeda terlebih dahulu untuk merilekskan diri, menarik nafas lalu dalam ketukan ketiga...Pria dengan rambut yang selalu belah tengah datang dengan gagahnya dari sisi yang tak terduga, melangkah maju dan terus maju hingga berdiri paling depan di antara kursi yang ditempati oleh ketua PPMI beserta stafnya.Pria itu datang berbarengan dengan Inda yang memulai permainannya sebagai intro. Suara tepukan tangan dan siulan terdengar bersahutan, menyambut ke indahan alunan musik yang ia mainkan.The song of secret garden.Lagu yang ia suka dan sering ia mainkan.Nada demi nada mengalun begitu syahdu merasuk ke setiap inci tubuh para penonton, hingga mereka dibuat merinding merasakan lembutnya irama musik yang dimainkan oleh wanita anggun nan cantik di atas sana.‘Kamu selalu membuatku tergila-gila Inda. Aku gila melihatmu bermain musik seperti ini Inda, kamu milikku, selamanya akan menjadi milikku’ ucap Zein dalam hatinya.Instrument itu kini terdengar d

    Last Updated : 2022-09-06
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 20: Ruang rapat

    Perasaan ini? Mengapa begitu nyaman sekali? Zein datang pada waktu yang tepat saat Inda patah hati dengan suaminya.Semua bersenang-senang di atas panggung, melompat dan menari riang mengekspresikan kebahagiaan mereka di akhir acara.“Dan kau hadir...Merubah segalanyaMenjadi lebih indahKau bawa cintakuSetinggi AngkasaKau buat ku merasa sempurna”Bait lagu dinyanyikan sang vokal mengiringi kekompakan mereka di atas panggung.Zein masih terus menghibur Inda agar bersemangat, entah apa yang membuatnya begitu gelisah setelah perform, Zein tidak mau bertanya dulu.“Lihat ke penonton... mereka ikut asik bersenang-senang,” wajahnya sedikit mendekat ke telinga Inda agar ia mendengarnya.Inda hanya tersenyum mencoba untuk bersemangat, namun kegelisahan masih tetap terpancar di wajahnya.***Pagi itu rapat terpaksa harus diundur pada sore hari karena berbagai urusan di kantor.Pukul 02 siang, beberapa orang terkait telah berkumpul di ruang rapat begitu juga dengan Jiddan yang siap mengut

    Last Updated : 2022-09-09
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 21: Pesan serius istriku

    Tiba-tiba ia teringat, malam ini akan ada pertemuan untuk membahas keuangan dengan Naya. ‘hampir saja terlupa’ gumamnya. Ia langsung beranjak dan langsung melanjutkan perjalanannya. *** [Maafkan aku Sayang, aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu. Karena rapat siang tadi sungguh menyita waktuku, aku tidak bisa mengabarkanmu] balas Jiddan saat dirinya sudah bersantai dalam senggang waktu sebelum bertemu Naya. Pesan yang ia kirim masih belum berwarna biru, melihat angka jam di ponsel, langsung memperkirakan bahwa istrinya pasti sudah tertidur. Perbedaan waktu yang cukup jauh, membuat ke duanya sulit untuk berkomunikasi, belum lagi harus terpotong karena kesibukannya masing-masing. [Sudah tidur ya? Selamat beristirahat bidadariku, mimpi yang indah. Besok pagi aku ingin melihat senyuman manis di wajahmu] pesan itu di lengkapi dengan emoticon peluk. “Bagaimana rapat tadi Nang? Apa sudah mendapat solusi?” tanya umi Ruqoyyah yang menghampiri Jiddan, ikut bersantai di atas sofa. “Mere

    Last Updated : 2022-09-13
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 22: Bertemu Kyai Nur

    Setelah membaca pesan mengejutkan dari sang istri, Jiddan dengan sigap menekan tombol hijau menghubungi sang istri.“Ada apa denganmu bidadariku, bukankah aku menunggu senyumanmu ketika kamu terbangun?” selidiknya saat Inda sudah menerima panggilannya setelah beberapa kali hanya berdering.“Aku...” kalimat Inda terhenti, terdengar isakan tangis dari seberang saluran sana.“Sayang, kenapa begini? Jangan menangis bidadariku. Ceritalah apa yang kau rasakan saat ini?” rayu Jiddan tak kuasa mendengar isakan itu.***Kebiasaan Inda sebelum tidur adalah menuliskan rentetan kegiatan yang akan ia lakukan untuk esok, mengurutkannya dari mulai bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, seperfecsionis itulah seorang istri kyai muda, wanita ambisius nan pintar memanfaatkan waktu.Wanita ayu berjalan kemudian melihat sebuah biola di dalam lemari yang terbuat dari kaca. Tampilannya amat menawan, jenis biola Jerman yang dimix dengan advenced Italian yang terukir mengikuti liukan indah badan biola.

    Last Updated : 2022-09-23
  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 23: Calon menantu

    Jiddan melangkahkan kakinya memasuki pintu ruang pertemuan. Kali ini ia berpakaian layaknya seorang ustadz, memakai sarung corak berwarna biru tua beraksen putih, koko lengan panjang serta lengkap mengenakan peci dan sorban yang semua itu serba putih. Dengan gagah kharismatik, santai nan santun ia menyapa.“Assalamu’alaikum,” Jiddan mengatupkan tangan ke arah semuanya mengisyaratkan tidak bisa bersalaman satu persatu.“Wa’alaikumussalam,” semua menundukkan kepala memberi tanda hormat padanya.Di sana sudah ada umi Ruqoyyah dan Ust Hanan selaku pembimbing santri. Pun sudah berkumpul keluarga korban dan 3 santri pulang pergi yang terlibat pada perkelahian.“Silahkan wali santri Fikri apa yang ingin disampaikan,” ucap Jiddan mempersilahkan.“Saya ingin meminta pertanggung jawaban atas kelalaian pesantren dalam menjaga santri, bagaimana bisa pondok sebesar ini tidak diawasi oleh pengurus? Kemana saja pengurusnya?” ketus seorang bapak yang terlihat masih bugar, berbicara dengan lantang tan

    Last Updated : 2022-09-28

Latest chapter

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 90: TAMAT

    Jum’at, 13 maret 2023. Acara akad dan walimatul ‘ursy akan dilaksanakan. Semua persiapan selama tiga minggu lalu telah berbuah pada hari ini.Koordinasi pengurus yang sangat solit hingga terlihat begitu memuaskan. Mulai dari pengaturan para santri, tata letak dekorasi, serta sususan acara telah siap dimulai pada detik ini.Acara sakral, yaitu pengucapan janji suci, akan segera dimulai. Para tamu agung mulai berbondong menuju masjid dengan pelataran yang sangan indah. Dikhiasi bunga-bunga cantik bernuansa putih hijau, kursi-kursi yang berjejer rapi berselimutkan putih, karpet merah yang terbentang Panjang hingga tangga masjid yang sudah di dekor lengkungan bunga di depannya sebagai tempat penjemputan mempelai wanita saat ijab qabul telah dilantunkan. Semua tersusun rapi dan sangat khidmat.“Jidan sudah siap?” tanya penghulu.“Insyallah siap,” jawabnya mantap.“Ankahtuka wazawwajtuka Inayatu Shalihah binti H. Hasan Asy-Syadzuli bi mahril madzkur haaaalan,”“Qobiltu nikahaha wa tazwijaha

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 89: Harmonis

    “Sofi,” panggil Inda yang sangat mengerti apa yang sedang terjadi pada Sofia.“Ya Ka,” Sofia menoleh masih dengan wajah lesunya.“Dengarlah apa yang dikatakan oleh hatimu,” titah Inda tiba-tiba.Sofia hanya mengangguk lalu kembali berlalu.“Banyak yang menderita hatinya di rumah ini karena aku,” ucap Inda menyesal.“Kalau saja Ustadzah Inda saat itu tidak berterus terang memberitahu perasaan Kana pada Pak Kyai. Mungkin sampai kapanpun Kana akan terjerat oleh rasa yang membingungkan itu, dan menjadi benalu di rumah tangga Ustadzah. Karena untuk pergi dari pesantren ini pun Kana tidak mampu. Ternyata, cinta Kana pada pesantren ini, ketulusan Kana pada Umi dan Abi lebih besar dari apapun,”Inda terdiam, tertegun mendengar ucapan Kana.“Hingga akhirnya, Kana menemukan hikmah saat Kana berada di kampung. Seorang pria yang selama ini hanya sibuk dalam mempertaruhkan nyawa seseorang datang untuk menyatakan perasaannya dan telah berhasil membuka fikiran Kana dan memberi ruang padanya,”“Janga

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 88: kabar bahagia

    “Tapi…”“Kenapa?”“Naya malu Pak Kyai,”“Malu pada siapa?”“Anak santri. Mereka belum mengetahui acara ini. Dengan pergi berdua seperti ini, Naya khawatir ini akan menjadi fitnah,”Jidan menghela napas memperbaiki posisi duduknya berhadapan dengan Naya.“Kana,” panggil Jidan.“Baik Pak Kyai,” sahut Kana yang muncul dari ruang keluarga.“Tolong kumpulkan semua pengurus disini sekarang,”“Sekarang Pak Kyai?” tanya Kana memastikan.“Ya,”“Nggeh Pak Kyai,” angguk Kana lalu bergegas keluar mengerjakan perintah Jidan.Naya terbelalak mendengar ucapan Jidan yang tiba-tiba memanggil semua pengurus untuk berkumpul disini. Keputusan itu, pasti karena ucapannya barusan yang merasa malu karena para santri belum ada yang tahu.“Pak Kyai?” suaranya lirih tak percaya.“Kita cukup memberitahu pengurus saja kan?”“Kenapa tiba-tiba begini Pak Kyai? Pak Kyai semakin membuat Naya malu,” ujarnya mengerucutkan bibir manisnya.“Siap-siap saja dengan tanggapan mereka nanti,”Mendengar kalimat itu, wajah Naya

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 87: Ruang bunga

    Dua hari kemudian, kondisi bayi dalam kandungan Inda dinyatakan normal, dan sudah diperbolehkan pulang.Sore hari, Inda dan Jidan sudah sampai di halaman pesantren. Suasana yang tenang, beberapa kegiatan masih berlangsung. Ada yang sedang menghafal di gazebo, ada yang sedang gotong royong membersihkan kamar masing-masing, dan ada juga yang sedang mengikuti ekstrakulikuler karena hari ini adalah hari minggu, dimana kegiatan kesenian dijadwalkan pada hari itu sebagai waktu refreshing bagi para santri.Juga, di area lahan kosong yang terletak di samping rumah pengasuh terlihat Pak Maman sedang mengkordinasi para pegawai yang mulai merancang Pembangunan sebuah rumah yang akan dihadiahkan untuk Naya nanti.“Apa Naya sudah memilih desain interiornya Mas?” tanya Inda yang melihat-lihat area tersebut.“Dia masih melihat-lihat katalog yang diberikan arsitek kemarin Sayang,” jawab Jidan santai.“Assalamu’alaikum Ustadzah?” sapa para santri yang berlalu didekatnya dan tak lupa mereka menyalami J

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 86: Titik terang

    Sungguh ingin ia mempertahankan sang mantan agar dapat kembali padanya. Sudah sejauh ini ia memperjuangkan sang kekasih, berharap masih ada ruang baginya untuk mendapat cinta yang selama ini telah ia pupuk hanya untuk wanita pemilik wajah anggun nan cantik, yang matanya mampu meluluh lantakkan hati yang memandangnya, yang senyumnya mampu meruntuhkan benteng pertahanan.‘In, siapa yang akan menutup luka yang tergores dalam di hati ini In? Aku masih menyayangimu bahkan entah sampai kapan. Bisakah kamu melihat itu In? aku akan selalu menunggumu’ Pemandangan di balik jendela bus menuju kota Jakarta terasa sedang mengiba ikut merasakan pilunya cinta seorang pria yang baru saja menerobos masuk dalam kehidupan sang mantan. Dengan penuh resiko dan bahaya.KLING KLINGPonsel Zein berbunyi. Panggilan dari Firhan sang wakil keamanan.“Halo assalamu’alaikum Han,”“wa’alaikumussalam Zein,” jawab Firhan tergesa. “Zein gawat Zein. Ada pengeroyokan antar kekeluargaan di distrik 10 Zein,”Zein terteg

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 85: Rancu

    TAK TAK TAKLangkah kaki terdengar gagah mendekat memasuki ruang tunggu.“Sofi. Bagaimana keadaan Kakak?” panik Jidan.“Kak Inda masih harus istirahat Kak,” jawab Sofia.Zein hanya melirik sinis pada Jidan dan Naya yang baru saja sampai di ruangan itu. Jidan melangkah sampai di depan Zein yang hanya duduk tak menghiraukan kedatangan Jidan.“Silahkan tinggalkan ruangan ini,” perintah Jidan pada Zein.Zein beranjak dari kursinya dan memandang tajam pada lawan bicaranya.“Jika kamu tidak bisa membahagiakannya. Lepaskan dia dari jerat hidupmu yang rumit itu!” ucapannya penuh penekanan dan mengintimidasi.“Apa hak kamu berbicara seperti itu hah?” cecar Jidan.“Aku. Tidak akan pernah menyerah untuk ini! Ingat itu!”“CUKUP!” teriak Sofia menghentikan perdebatan keduanya. “Jika masih ada yang belum selesai antara kalian, kenapa kamu meminta aku untuk memulai suatu hubungan Kak Zein? Kenapa?” derai air mata tak sanggup untuk dibendung. Kenyataan itu cukup menyakitkan bagi Sofia yang hanya menj

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 84: keadaan genting

    Pagi yang segar di hari sabtu, Inda memutuskan untuk memulai harinya dengan menyirami tanaman bunga di halaman depan rumah. Para santri pun yang hendak masuk ke kelas berlalu Lalang menyapanya dengan santun, beberapa mereka menyalami Inda dengan takzim.“Kamu tau gak Ser? Kemarin Pak Kyai pergi sama Ka Naya loh!”“Kemana ya kira-kita?”“Kalo akau perhatiin ya, akhir-akhir ini Ka Naya selalu dipanggil ke rumah pengasuh tau,”Tak sengaja Inda mendengar percakapan segerombol santriwati sedang membicarakan suaminya dengan ketua putri. Rasanya tidak etis sekali ada pembicaraan seperti itu di pesantren ini, terlebih itu menjurus kepada fitnah nantinya.Larut dalam fikiran, seketika perut Inda terasa nyeri seperti ada yang meremasnya dengan kuat. Inda merintih kesakitan, wajahnya memucat, tubuhnya membungkuk menahan sakit. Selang air yang semula di tangan, ia jatuhkan seketika.Dua oran santriwati yang melihat Inda hampir terjatuh di tanah, segera berlari untuk menopang tubuh Inda. Seluruh s

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 83: Menghadap calon mertua

    “Kyai?” panggil Naya.“Ya?” sahut Jidan.“Apa Ustadzah Inda telah menyiapkan semua isi tas Pak Kyai?” tanya Naya yang masih terkesima dengan ketelatenan Inda dalam menyiapkan perjalanan Jidan.“Iya. Kenapa?”“Masyaallah sekali Pak Kyai, sangat lengkap dan rapi,” puji Naya.“Kamu sudah membuka semua bagian?” tanya Jidan memastikan. Naya menggeleng.“Di bagian paling besar, itu berisi pakaian, termasuk handuk kecil dan sapu tangan, di bagian ke tiga, ada perlengkapan untuk perawatan mulut. Dan yang paling kecil ini, Inda berpesan,”kalau ada receh kembalian, taruh disini ya Mas, biar dompet Mas tidak gembung” Begitu katanya,”Naya tersenyum mendengar penjelasan Jidan, kemudian menunduk merasa insecure denga napa yang dilakukan Inda untuk Jidan. Dia tidak yakin bahwa dirinya akan seperfeksionis Inda atau malah menyusahkan mereka.“Kamu, tetaplah jadi dirimu sendiri. Aku akan mencintaimu dengan apa adanya dirimu,” kata Jidan melihat perubahan sikap Naya.“Terimakasih Pak Kyai,” ucap Naya

  • Hadiah Madu Untuk Suamiku   Bab 82: Insecure

    Waktu itu telah tiba. Hari dimana Jidan dan Inda akan segera berangkat menemui ibunda Naya.Jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, seperti jadwal yang sudah ditentukan, Inda akan pergi untuk memeriksakan kehamilannya terlebih dahulu Bersama Jidan.Setelah mengantri menunggu giliran, akhirnya Inda dan Jidan sudah berada di ruangan dan akan segera dilakukan USG yang ditangani langsung oleh bidan Laila.“Sepertinya Ustadzah terlalu banyak fikiran ya?” tebak Laila.“Tidak juga sih Dok, biasa saja, tidak ada yang saya fikirkan berlebihan,” tanggapan Inda mencoba mengelak.“Harus badrest dulu ya Ustadzah. Jangan terlalu melakukan yang berat-berat dulu,”“Apa melakukan perjalanan jauh akan berpengaruh pada bayi kami Dok?”“Kemana?”“Bandung misalnya,”“Emmm. Sepertinya tidak bisa Ustadzah, khawatir terjadi sesuatu pada bayinya nanti,”Inda hanya melirik pada sang suami. Mengisyaratkan hari ini ia tidak akan bisa menemani sang suami.“Baik kalau begitu Dok, terimakasih ya Dok,” ucap Jida

DMCA.com Protection Status