"Kalian tahu, siapa anak nuda yang mereka bicarakan?" melihat dua dewa yang nampak terdiam sembari mendengar percakapan yang dilakukan para anggota Naga merah, membuat Jasuke seketika melempar pertanyaan yang membuat Zano dan Nano menggeleng serentak."Mereka sedang membicarakan tentang Mato." Jika tadi Zano dan Nano nampak mengerutkan keningnya, sekarang mata mereka melebar begitu Jasuke memberikan jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan sendiri."Mato? Bagaimana bisa?" Zano bertanya, mendahului Nano yang juga akan melempar pertanyaan yang sama. Mereka tentu saja butuh penjelasan dari jawaban yang dikatakan oleh Jasuke."Kalian ingat, saat kalian pergi bertiga beberapa hari kemarin? Bukankah kalian berkelahi dengan beberapa orang. Ternyata, orang yang kalian lawan memang benar, mereka para anggota dari kelompok ini," terang Jasuke sambil mengedarkan pandangannya, kearah gerombolan anggota Naga merah."Lalu, darimana mereka tahu tentang Mato?""Di tempat kalian berkelahi itu ada kamer
"Mereka adalah majikanku, Paman," jawab si anak muda, membuat Paman yang bertanya langsung memberi anggukkan kepala. Entah apa arti anggukan kepala tersebut. Mungkin hanya sebagai jawaban tanpa ada maksud lain."Ya sudah, kalau majikan kamu mau berangkat bareng sama Paman, bilang sama mereka, nanti malam ke sini. Kita berangkat malam saja, biar pagi harinya kita sudah sampai di kota Jalla."Mendengar ucapan sang Paman, anak muda itu mengangguk. Karena anak muda itu datang ke tempat tersebut untuk menemui istri dari sang paman, maka dia meminta pamannya untuk mengajak anak muda itu masuk.Sosok tak terlihat yang sedari tadi memperhatikan interaksi paman dan anak itu, hanya mampu menunjukan sikap datar sampai dua orang itu hilang dari pandangannya. Sosok tersebut lantas berpikir sembari mengedarkan pandangan matanya ke arah lain."Berangkat malam? Memang malamnya kapan? Apa sebentar lagi?" gumam Dick, "ini aja udah hampir petang. Dasar, manusia, serba membingungkan."Tak lama kemudian,
"Loh, mereka kemana? Apa mereka pergi?" Nano yang baru saja masuk ke dalam rumah, seketika merasa heran dengan keadaan rumah yang sudah sepi tanpa penghuni. Hanya ada suara televisi yang masih terdengar, dan hal itu sukses membuat Nano dan Mato kebingungan."Apa mereka pergi lagi, Tuan?" tanya Mato sambil melangkah mencoba mencari dua majikannya ke ruangan lain. "Memang mereka pergi kemana?" Nano malah bertanya balik. Dia memilih duduk sembari meraih remot untuk mematikan televisi."Ya aku kurang tahu, mungkin ada keperluan mendadak," Mato membalas dengan suara yang agak kencang Tanpa keduanya sadari, Jasuke dan Zano sebenarnya masih berada di sekitar tempat mereka. Saat ini keduanya berada di halaman depan sembari mencari sosok yang membuat cincin di jari Jasuke menyala. Karena sosok yang dia cari juga sedang menggunakan keahlian menghilang tubuhnya, jadi mereka tidak bisa saling melihat satu sama lain.Meskipun Jasuke, Zano dan Dick masih memiliki beberapa kekuatan dan keahlian l
Mendengar tawaran dari anak muda yang ada di sana, tiga sosok dewa tidak langsung memberi jawaban. Untuk sejenak, mereka saling pandang satu sama lain, membuat anak muda itu menatap ketiga majikannya dengan tatapan penuh tanya."Apa Tuan keberatan? Kalau keberatan ya tidak masalah. Aku hanya mencoba memberi saran, siapa tahu aja Tuan berminat pergi bareng Paman saya" Mato kembali berkata dengan tenang agar tiga sosok dewa yang menjadi majikannya, tidak merasa sungkan dan tidak enak hati."Sebenarnya itu usulan yang bagus," Jasuke memberi tanggapan, "Tapi kamu tahu kan, kalau kami juga harus memikirkan keselamatan keluarga kamu? Kami khawatir, nanti di saat kamu pergi ke kota Jalla bersama kami, orang-orang dari Naga merah menemui keluarga kamu."Mato mengangguk paham. Sekarang anak muda itu tahu alasan tiga majikannya tidak langsung setuju dengan usulan yang dia tawarkan. "Sebelumnya, aku mengucapkan terima kasih, karena Tuan begitu peduli dengan keluargaku. Hanya mereka yang aku mil
Untuk beberapa saat, Jasuke terdiam dengan tatapan yang cukup tajam. Otaknya bekerja dengan cepat, memikirkan sebuah cara untuk memberi pelajaran pada tiga orang yang memiliki rencana buruk kepada seorang wanita yang saat ini sedang tidak berdaya.Tidak membutuhkan waktu yang lama, sebuah ide langsung muncul dalam pikiran dewa tersebut. Jasuke menatap ke arah kemudi supir untuk melakukan sesuatu. Namun di saat Jasuke akan melaksanakan aksinya, dia mendengar rintihan kesakitan dari wanita yang tadi mendapat kekerasan.Jasuke kehilangan fokus. Seketika konsentrasinya pecah saat matanya menatap dan memperhatikan wanita yang kesakitan sambil memegang perutnya. Tiga orang yang ada di sana nampak tidak peduli, bahkan pria botak berperut buncit berdecih dan kembali menghina wanita itu.Jasuke hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan sikap manusia yang begitu kejam terhadap sesamanya. "Benar-benar berbeda jauh dengan kehidupan para dewa yang selelu damai," gumamnya.Jasuke memutuskan untuk
Tiga manusia yang memiliki rencana jahat terhadap seorang wanita, kini sedang berdebat di salah satu sudut rumah sakit. Ketiganya memilih tempat yang sepi untuk membicarkan rencana lain yang akan mereka lakukan pada kesempatan berikutnya.Peristiwa yang menimpa ketiganya saat ini cukup membuat mereka frustasi. Mereka masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada mereka, hingga ketiganya saat ini berada di sebuah rumah sakit. Yang semakin membuat mereka frustasi adalah, ketiganya nampak tidak bisa melakukan apapun untuk menghindar dari masalah yang menjerat mereka."Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" pria dengan postur tubuh tidak terlalu kekar, melempar pertanyaan sembari menenteng sebuah tas milik wanita yang sedang ditangani tim dokter. "Kita serahkan identitas wanita itu tidak?""Nanti aja, orang Aku sendiri juga bingung," seorang wanita berbaju seksi menyahuti ucapan si supir dan dia menatap pria botak yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi, tak jauh
"Jadi Lukito tidak akan pernah mau bertanggung jawab dengan semua wanita simpanannya, jika mereka hamil?" tanya Jasuke begitu dirinya mengetahui sedikit fakta tentang pria botak yang katanya adalah seorang wakil walikota di tempat tinggal Jasuke."Yah, seperti itu. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng, karena perbuatannya," balas wanita bernama Walanda. Terlihat dengan jelas, wanita itu begitu geram saat menceritakan pria berpengaruh itu kepada Jasuke. Dari sikap yang dia tunjukan, jelas sekali kalau Walanda juga memiliki dendam dan rasa sakit sendiri akibat perbuatan Lukito."Apa selama ini sudah ada korban jiwa dari perbuatan mereka?" Jasuke kembali melempar pertanyaan. Dia seperti tertarik dengan kisah yang diceritakan Walanda, dan juga merasa semakin geram kepada pria botak yang sudah pergi entah kemana."Yang aku tahu sih belum, cuma kalau menggugurkan kandungan sudah pasti ada beberapa wanita yang dipaksa melakukannya," terang Walanda."Astaga! Benar-benar keterlalun kalau suda
"Apa kamu mau menemaniku untuk membeli benda seperti itu dan mengajari cara menggunakannya?""Tuan mau membeli ponsel? Kapan?""Kalau bisa sekarang. Masih ada toko yang buka kan, malam-malam begini?"Mato melihat jam yang tertera pada ponselnya. "Sepertinya masih ada yang buka jam segini. Kalau begitu kita bawa mobil aja, Tuan, biar lekas sampai, gimana?"Jasuke setuju. Mereka lantas beranjak. Jasuke masuk ke dalam rumah untuk mengambil uang, sedangkan Mato mengambil kunci mobil. Tidak butuh waktu lama, keduanya saat ini sudah meluncur, mencari toko ponsel yang masih buka.Ternyata memang ada beberapa toko ponsel yang masih buka. Mato memilih toko ponsel yang cukup terkenal di kota kecil itu. Setelah menemukan benda yang dianggap cocok, keduanya segera membayar, lalu mereka memilih kembali ke rumah untuk belajar menggunakan ponsel baru."Begini Tuan, cara mengambil video. Tuan bisa melakukannya secara diam-diam ataupun tidsk," dengan serius Mato langsung mengajari segala hal yang berh
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba