JANGAN LUPA VOTE UNTUK MENDUKUNG CERITA INI.
Geby berusaha menarik napasnya dengan teratur karena perutnya mulai kram sejak mendengar Lily menembak Tobias. Semua bencana mengerikan untuk diakui oleh gadis muda yang belum genap tujuh belas tahun."Aku sangat panik dan ketakutan, aku kabur dengan meninggalkan tubuhnya tergeletak di tengah hutan." Meskipun takut luar biasa tapi Lily harus jujur pada pamannya."Bagaimana kau bisa kabur bersama Tobias Harlot!" tuntut Jeremy."Aku sangat bingung, sampai sekarangpun aku masih bingung." Lily berpaling pada Brandon yang kebetulan masih duduk di sampingnya. "Seharusnya kau juga sudah mati." Lily masih menatap Brandon. "Aku melihatmu mati dengan mulut berbusa setelah meneguk minuman kaleng beracun."Sebenarnya Brandon sama sekali tidak bersedih atas berita kematian Tobias Harlot yang sedang mengejutkan semua orang. Tapi karena hal itu sepertinya Brandon jadi harus ikut jujur, dia tidak memiliki pilihan di hadapan seorang Jeremy Loghan yang juga sedang menunggu penjelasanya."Dia Samuel, sau
"Kau masih beruntung karena dia hanya menembak perutmu!" kesal Jane setelah membebatkan perban ke perut Tobias.Tobias memang sangat beruntung karena memiliki wanita seperti Jane yang akan selalu mengurusnya seperti bayi."Jangan sampai nanti anakmu lahir tanpa ayah!" tambah Jane masih dengan nada ketus ketika memasangkan klip pengait di ujung tepi perbannya."Apa!" kaget Tobias setelah beberapa detik mencerna ucapan Jane. "Kau hamil?"Jane sudah tidak mau menjawab, dia justru menatap Tobias dengan sadis. "Aku yang membuatmu hamil?" Tobias langsung ingin bangkit kemudian ia meringis nyeri."Tetap berbaring jika kau tidak mau jahitanmu kembali terbuka!" Jane memperingatkan sambil mendorong bahu Tobias.Jane memang benar-benar kesal karena baru tahu beberapa minggu ini jika dirinya sedang hamil. Padahal Jane yakin mereka selalu memakai pengaman tiap kali berhubungan intim, kecuali Tobias memang sengaja berbuat curang karena selama ini Tobias yang paling bersikeras ingin membangun keluar
"Jadi kau hamil?" tanya Nathan ketika menghampiri Jane yang sedang berdiri menatap keluar jendela."Kupikir aku sudah tidak bisa hamil."Diam-diam Jane kembali meraba bekas sayatan kecil di bawah pusarnya. Jane pikir dirinya memang sudah tidak mungkin hamil setelah tindakan sterilisasi rahimnya beberapa tahun lalu. Meski masih tetap ada kemungkinan untuk hamil tapi sangat kecil, bisa dibilang satu banding seribu. Karena itu Jane sangat terkejut ketika beberapa minggu lalu mengetahui dirinya sedang hami. Lagi pula Jane juga selalu memastikan untuk tetap memakai pengaman tiap kali ia dan Tobias berhubungan intim. Atau mungkin ada kaitannya dengan genetika dari anak-anak spesial, semuanya masih sangat mungkin karena memang belum pernah ada yang melakukan penelitian sampai di situ."Kita akan merahasiakannya jika kau menginginkan bayi itu."Tanpa perlu bertanya lagi pun sebenarnya Nathan tahu seperti apa perasaan Jane. Jane yang selama ini hanya sibuk mengurus mereka sejatinya juga sangat
Lily sudah sangat licin dan bisa Brandon bayangkan bakal senikmat apa rasanya jika ia menenggelami tubuh gadis itu sekarang juga. Bujukan terkutuk yang sangat menggoda tapi Brandon yakin Lily tidak akan mempercayainya lagi jika dia sampai berbuat demikian, semua usahanya untuk mendapatkan kepercayaan dari gadis itu akan sia-sia.Lily ikut merasakan napas Brandon yang makin berangsur memberat. Brandon mencengkeram kedua gumpalan buah dada Lily untuk meredamkan denyut hebat di sekujur kejantanannya yang nyaris meledak. Lily ingin menjerit karena nyeri tapi Brandon segera mengigit bibir bawah gadis itu agar tidak bersuara. Lily menggeliat pedih tapi tetap Brandon tahan agar mau membantunya hingga tuntas.Brandon sangat panas, Lily bisa merasakannya mengalir hingga ke pusar. Meski tanpa penetrasi tapi mereka berdua tetap sedang melakukan hubungan sex, karena sudah terlalu intim untuk sekedar disebut bercumbu.Perbuatan mereka menyisakan rasa lengket yang manis untuk saling dibagi."Terima
"Kau beruntung keponakanku hanya menembak pusarmu, bukan kepalamu! Karena jika aku sendiri yang menemukanmu, kupastikan kali ini otak jeniusmu itu sudah berlobang!" Jeremy tetap luar biasa kesal tiap kali memikirkan Tobias Harlot telah mencium Lily yang masih belum genap tujuh belas tahun. "Di mana Lily sekarang?" tanya Tobias tetap mengkhawatirkan gadis muda itu. "Urus saja perusahan Loghan! jangan berani lagi mendekati keponakanku!" Rahang Jeremy mengeras kaku ketika menunjuk Tobias yang dari tadi cuma bisa duduk menyimak kemurkaannya dengan pasrah. Geby juga tidak mau ikut campur, dia cuma ikut menyimak sambil membelai perutnya yang mulai semakin membesar. Jika satu anak perempuan saja sudah membuat Jeremy kalangkabut seperti ini, lantas bagai mana nanti ketika kelima putri mereka beranjak dewasa. Geby jadi cuma bisa terus berdoa, semoga malaikat kecil yang sedang tumbuh di perutnya kali ini adalah laki-laki. "Aku tetap tidak bisa mempercayai Brandon Lington," tambah Tobias deng
Properti milik keluarga Lington di kawasan Highland merupakan komplek kastil dengan benteng tebal yang dulu merupakan warisan dari sang Duke dan masih terjaga hingga sekarang.Pada masa revolusi industri keluarga Lington menguasai hampir semua bisnis batu bara, galangan kapal, dan jaringan perdagangan hingga ke Jepang, Cina, serta India. Keluarga Lington juga membiayai pengembangan pusat penelitian dan tekhnologi yang mengalami kemajuan pesat sejak masa revolusi industri. Mereka menemukan teknologi pertama untuk kapal yang digerakkan dengan turbin dan menjadikan Glasgow sebagai kota pertama yang diterangi oleh listrik tapi juga menjadi kota yang sangat polusi serta tidak sehat untuk dihuni. Wabah TBC merenggut banyak nyawa dan melanda hampir di tiap kota besar yang tidak siap mengelola limbah industri mereka, sama halnya dengan sungai Thames di London yang menjadi hitam pekat. Banyak bangsawan pindah dari Glasgow untuk bermukim di kawasan yang lebih sehat.Sang Duke membangun propert
"Aku samasekali tidak percaya padamu!" tegas Lily begitu Brandon memberi kesempatan untuk melepaskan bibirnya. "Siapa yang kau percaya?" tanya Brandon dengan nada sarkastik. "Apa Tobias Harlot?" senyum pemuda itu jelas meremehkan. "Ingat dia sudah menyelamatkanku dan aku malah menembaknya." Lily juga belum bertemu Tobias sejak kejadian itu meski mendengar kondisinya sudah membaik. "Dia layak mendapatkannya karena sudah berani menyentuh milikku!" "Aku bukan milikmu!" Lily tidak pernah terima untuk dimiliki seperti properti. Lily pikir Brandon akan marah tapi ternyata tiba-tiba dia kembali berdiri dan menarik lengan Lily untuk ikut bangkit. "Ikutlah denganku." Lily mengikuti Brandon yang sudah menarik lengannya untuk diajak keluar. "Kita mau ke nama?" tanya Lily sambil berjalan tersaruk-saruk untuk mengimbangi langkah Brandon. "Ada yang ingin kutunjukkan padamu." Brandon membawa Lily melalui sayap kiri bangunan yang melengkung melalui bagian samping menara Lonceng. Brandon mend
"Apa kau hanya akan menghabiskn sepanjang hari di perpustakaan?"Brandon mulai kesal dengan Lily nyang sejak kemarin tidak mau melakukan kegiatan apapun kecuali membongkar buku tua di perpustakaan keluarga Lington.Ini sudah hari ke empat dan Lily tetap berada di perpustakan tanpa mau diajak berkegiatan yang lain. Sudah hampir lima kali Brandon mengajaknya berkuda tapi Lily tetap tidak mau, dia lebih suka membaca.Brandon jadi ikut bosan dan dari tadi hanya mengotak-atik layar laptop di pangkuanya tanpa benar-bemar melakukan sesuatu yang berarti. Brandon iseng membuka akun media sosial milik Lily, diam-diam meperhatikan foto-foto Lily dan sesekali membandingkanya dengan gadis bernetra biru yang masih tekun membaca di hadapannya.Tidak ada seseorang yang pernah Brandon kenal dan mencintai belajar serta membaca seperti Lily. Gadis itu bisa tidak perduli sama sekali jika sudah fokus pada tiap lembar buku yang sedang dia tekuni. Sebenarnya Brandon juga sudah pernah membaca semua buku yang
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut