Baca juga cerita baruku yang berjudul GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU
Properti milik keluarga Lington di kawasan Highland merupakan komplek kastil dengan benteng tebal yang dulu merupakan warisan dari sang Duke dan masih terjaga hingga sekarang.Pada masa revolusi industri keluarga Lington menguasai hampir semua bisnis batu bara, galangan kapal, dan jaringan perdagangan hingga ke Jepang, Cina, serta India. Keluarga Lington juga membiayai pengembangan pusat penelitian dan tekhnologi yang mengalami kemajuan pesat sejak masa revolusi industri. Mereka menemukan teknologi pertama untuk kapal yang digerakkan dengan turbin dan menjadikan Glasgow sebagai kota pertama yang diterangi oleh listrik tapi juga menjadi kota yang sangat polusi serta tidak sehat untuk dihuni. Wabah TBC merenggut banyak nyawa dan melanda hampir di tiap kota besar yang tidak siap mengelola limbah industri mereka, sama halnya dengan sungai Thames di London yang menjadi hitam pekat. Banyak bangsawan pindah dari Glasgow untuk bermukim di kawasan yang lebih sehat.Sang Duke membangun propert
"Aku samasekali tidak percaya padamu!" tegas Lily begitu Brandon memberi kesempatan untuk melepaskan bibirnya. "Siapa yang kau percaya?" tanya Brandon dengan nada sarkastik. "Apa Tobias Harlot?" senyum pemuda itu jelas meremehkan. "Ingat dia sudah menyelamatkanku dan aku malah menembaknya." Lily juga belum bertemu Tobias sejak kejadian itu meski mendengar kondisinya sudah membaik. "Dia layak mendapatkannya karena sudah berani menyentuh milikku!" "Aku bukan milikmu!" Lily tidak pernah terima untuk dimiliki seperti properti. Lily pikir Brandon akan marah tapi ternyata tiba-tiba dia kembali berdiri dan menarik lengan Lily untuk ikut bangkit. "Ikutlah denganku." Lily mengikuti Brandon yang sudah menarik lengannya untuk diajak keluar. "Kita mau ke nama?" tanya Lily sambil berjalan tersaruk-saruk untuk mengimbangi langkah Brandon. "Ada yang ingin kutunjukkan padamu." Brandon membawa Lily melalui sayap kiri bangunan yang melengkung melalui bagian samping menara Lonceng. Brandon mend
"Apa kau hanya akan menghabiskn sepanjang hari di perpustakaan?"Brandon mulai kesal dengan Lily nyang sejak kemarin tidak mau melakukan kegiatan apapun kecuali membongkar buku tua di perpustakaan keluarga Lington.Ini sudah hari ke empat dan Lily tetap berada di perpustakan tanpa mau diajak berkegiatan yang lain. Sudah hampir lima kali Brandon mengajaknya berkuda tapi Lily tetap tidak mau, dia lebih suka membaca.Brandon jadi ikut bosan dan dari tadi hanya mengotak-atik layar laptop di pangkuanya tanpa benar-bemar melakukan sesuatu yang berarti. Brandon iseng membuka akun media sosial milik Lily, diam-diam meperhatikan foto-foto Lily dan sesekali membandingkanya dengan gadis bernetra biru yang masih tekun membaca di hadapannya.Tidak ada seseorang yang pernah Brandon kenal dan mencintai belajar serta membaca seperti Lily. Gadis itu bisa tidak perduli sama sekali jika sudah fokus pada tiap lembar buku yang sedang dia tekuni. Sebenarnya Brandon juga sudah pernah membaca semua buku yang
Kenyataanya banyak yang tidak suka dengan James Loghan yang dianggap cenderung berpihak pada keluarga Lington. Meski niat dan tujuan James baik, tapi tak ubahnya dalam permainan politik, seringkali sesuatu yang benar dan mulia pun belum tentu dianggap baik atau menguntungkan. James dianggap tidak satu visi dengan George Loghan. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa Olivia Lington harus disingkirkan, karena mereka semua yakin jika wanita itu yang telah mempengaruhi James Loghan untuk lebih loyal pada keluarga Lington. Mr. Harlot juga tahu jika James akan memberikan putrinya pada keluarga Lington, pernikahan yang akan memperkuat klaim keluarga Lington selanjutnya.Malang nasib James Loghan karena pemuda baik hati nan rupawan itu juga ikut celaka dalam insiden yang Mr. Harlot persiapkan untuk Olivia Lington. Dibanding Jeremy Loghan yang tidak beradab dan sama sekali tidak bisa dikendalikan, tentu Mr. Harlot lebih setuju keponakanya dinikahi oleh James Loghan untuk melanjutkan ke
Anak muda memang lebih sering bertindak spontan dan kurang perhitungan. Karena kecerobohan mereka berenang di air danau yang masih sedingin es akhirnya sekarang jemari Lily seperti mati rasa dan kulitnya keriput pucat. Lily menggigil di tepi danau disusul Brandon yang ikut naik dari dalam air."Kemari!" Brandon menarik Lily yang masih menggigil ke dalam pelukannya.Sebenarnya Lily masih kesal tapi tidak menolak untuk dipeluk karena yang dia butuhkan cuma rasa hangat. Padahal tubuh mereka masih sama-sama dingin dan percuma."Bagaimana kalau jari-jariku terputus karena beku." geram Lily dengan gigi bergemeletuk.Lily tidak menyangka jika Brandon kemudian menghisapi jemari Lily satu-persatu ke dalam mulutnya. Mulut pemuda itu memang hangat tapi masih tidak cukup kecuali malah membuat tubuh Lily semakin merinding oleh tindakan Brandon yang memang sering tidak terduga."Kita kembali ke dalam rumah."Brandon segera mengangkat tubuh Lily yang menggigil, membawa gadis itu ke kamarnya dan belu
"Siapkan saja semuanya seperti yang kuperintahkan!" Brandon mempertegas suaranya pada seseorang yang sedang dia ajak bicara dalam sambungan telepon. "Dan pastikan semuanya sudah steril saat kami kembali."Dari tadi Brandon terlihat mondar-mandir di balkon kamarnya agak kesal karena mengetahui Tobias Harlot juga memasang beberapa penyadap dan kamera tersembunyi di tempat tinggal Lily. Brandon sudah menyuruh anak buahnya untuk membersihkan semua area sebelum membawa Lily kembali. Brandon benar-benar tidak mau kalah karena tahu banyak pihak yang pasti menginginkan gadisnya."Kurasa kau perlu melihat video ini, aku curiga orang ada orang lain yang memasang kameranya."Sebuah file video terkirim ke ponsel Brandon dan segera dia buka. Tangan Brandon langsung menggenggam kencang hingga bergetar menyaksikan video di bilik ruang ganti ketika Tobias Harlot menyusul Lily. Sepertinya Tobias juga tidak tahu jika ada kamera tersembunyi di ruang ganti, karena mustahil pria secerdas Tobias membiarkan
"Mara!" Jared baru berlari menerjang hujan lebat di tengah malam yang penuh badai, tubuhnya masih basah menetes-netes ketika merangkak naik ke atas ranjang untuk menaungi tubuh istrinya. "Apa lagi yang kau lihat!" Mara segera terbangun menyapu wajah basah Jared yang seperti masih menggigil ketakutan. Mara tahu jika Jared hanya akan seperti itu setelah dia melihat kilasan mengerikan. Memiliki kemapuan bisa melihat masa depan memang sering mengganggu karena Jared tidak bisa memilih apa yang ingin dan tidak ingin dia lihat. Kilatan petir yang sedang menyambar-nyambar di luar sesekali ikut menerangi kamar mereka yang suram. "Aku bisa melihatnya, aku melihat siapa yang membawa Anelies!" Seperti biasa, tadinya Jared terbangun karena sebuah mimpi mengerikan. Dia menyelinap keluar untuk berlari di tengah malam, tidak perduli jika malam itu sedang hujan lebat dan badai. Jared terus berlari dengan kaki telanjang di sepanjang garis pantai yang melengkung. Jared tidak memiliki kuda karena it
Lily kembali menutup buku di pangkuannya, tumpukan buku-buku tebal yang Lily bawa dari perpustakaan keluarga Lington itu rutin dia baca setiap hari selama hampir dua tahun ini. Akhirnya jadi semakin banyak yang Lily pahami mengenai keluarga Lington. Lily tidak ingin menyalahkan Geby atau pamannya Jeremy yang tidak pernah mau bercerita mengenai ibu kandungnya. Lily gadis yang cerdas dia pilih menemukan jawabannya sendiri tanpa harus menyinggung keluarga yang telah membesarkannya, karena Lily yakin apapun masalah mereka di masa lalu, Geby, Jared, dan pamannya Jeremy tetap orang-orang yang paling menyayanginya. Sekarang Lily juga sudah jauh lebih tenang untuk menanggapi kebencian Brandon terhadap keluarga Harlot dan mereka-mereka yang Brandon anggap berkhianat. Jika melihat dari semua fakta sejarah, memang keluarga Lington yang paling banyak dikhianati, Lily tidak memungkiri hal itu. "Tolong ceritakan semuanya padaku." Lily sendiri yang akhirnya memohon untuk mengetahui semua kebenaran
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut