VOTE YA
Lily kembali menutup buku di pangkuannya, tumpukan buku-buku tebal yang Lily bawa dari perpustakaan keluarga Lington itu rutin dia baca setiap hari selama hampir dua tahun ini. Akhirnya jadi semakin banyak yang Lily pahami mengenai keluarga Lington. Lily tidak ingin menyalahkan Geby atau pamannya Jeremy yang tidak pernah mau bercerita mengenai ibu kandungnya. Lily gadis yang cerdas dia pilih menemukan jawabannya sendiri tanpa harus menyinggung keluarga yang telah membesarkannya, karena Lily yakin apapun masalah mereka di masa lalu, Geby, Jared, dan pamannya Jeremy tetap orang-orang yang paling menyayanginya. Sekarang Lily juga sudah jauh lebih tenang untuk menanggapi kebencian Brandon terhadap keluarga Harlot dan mereka-mereka yang Brandon anggap berkhianat. Jika melihat dari semua fakta sejarah, memang keluarga Lington yang paling banyak dikhianati, Lily tidak memungkiri hal itu. "Tolong ceritakan semuanya padaku." Lily sendiri yang akhirnya memohon untuk mengetahui semua kebenaran
JARED LANDON 'Kau tenggelam bukan karena terjebur ke dalam sungai tapi karena kau sendiri yang ingin terus berada di bawah air' Kurang lebih seperti itu penggalan kalimat yang sedang dipikirkan Jared dari kutipan sebuah film yang sepertinya sedang sangat cocok dengan kondisi dirinya. Jared sedang duduk di dasar sungai sambil melepaskan butiran udara dari mulutnya sebutir demi sebutir. Jared terus memikirkan berbagai trauma, berbagai mimpi mengerikan, dan berbagai hal tidak normal yang membuatnya sakit. Jared masih bertahan duduk di dasar sungai meski dadanya tumbuh semakin panas karena kekurangan oksigen. Akan selalu ada ambang batas di mana otak tidak akan mampu menekannya lagi hingga reaksi fisik yang akan segera bertindak mengambil alih. Rasanya seperti meledak ketika seluruh otot membawa tubuhnya melompat untuk segera mendapatkan udara. Jared kembali muncul di permukaan dengan napas tersengal dan segera menyaruk kasar rambut ikal tebalnya mengunakan jari. Jantungnya masih berden
"Aku sendiri yang akan mengantarkanmu ke Kentucky jika kau berkeras mau ke sana!""Aku akan berangkat bersama Geby dan paman Jeremy, mereka sudah menungguku.""Kau hanya boleh pergi bersamaku!" tegas Brandon yang malah semakin kaku.Brandon masih sangat tempramental dan tidak bakal mau mengalah. Lily jadi semakin khawatir karena tahu pamannya Jeremy juga tidak pernah suka dengan cara Brandon yang terkesan mengekangnya selama ini."Beritahu mereka tidak perlu menunggumu!" perintah Brandon.Kadang Lily sendiri juga heran meskipun Brandon sering menyebalkan dan semaunya sendiri tapi dia tidak bisa benar-benar marah karena memahaminya. Mungkin Lily bisa mengerti maksud serta tujuan Brandon tapi keluarganya yang lain belum tentu paham dengan kemauan pemuda itu. Nyatanya Jeremy Loghan benar-benar sedang seperti orang tua yang tidak menyukai calon menantunya."Kita bisa pergi bersama." Lily coba menemukan jalan tengah karena jika Lily tiba-tiba memberitahu Geby tidak jadi ikut bersama mereka,
Mara membuat makan siang untuk mereka semua dan Jared boleh menyombongkan kemampuan istrinya. Bahkan Jeremy Loghan pun terlihat menyukai menu makan siang mereka kali ini meski biasanya dia tidak makan makanan laut."Ini luar biasa," puji Geby untuk menu lobster dan salad buah tropis yang di buat Mara."Aku belajar dari seorang teman."Bertetangga dengan istri Nathan tidak hanya membuat Mara semakin pandai membuat makanan, Tiva juga memberinya banyak pelajaran menjadi wanita yang hebat untuk suaminya. Terlebih Tiva dan Nathan juga pernah kehilangan anak pertama mereka dengan tragis. Tapi Tiva tetap sangat mengerti dengan kondisi suaminya, meski mereka harus hidup berpindah-pindah, tertutup, dan sering harus mengasingkan diri dari peradaban. Apapun itu tetap tidak mengurangi kebahagian mereka sama sekali. Dari situ Mara jadi banyak belajar dan siap untuk menjadi istri dari pria seperti Jared Landon dengan segala resikonya."Kalian belum bercerita ke mana saja selam empat tahun ini!" Geb
"Pondok ini sudah lama tidak ditempati tapi biasanya Jared menyuruh pelayan untuk rutin membersihkannya." Lily membuka handel pintu yang tidak terkunci. "Tidak ada kunci tapi pintunya memiliki slot di dalam." Lily terus menjelaskan sementara Brandon memperhatikan ke sekeliling ruangan sepit beratap rendah itu dengan pikirannya yang tiba-tiba kosong. Bau udara apek masih menusuk hidungnya, tidak berdebu tapi tetap mengerikan untuk dihuni. "Seperti yang kukatakan tadi, kau bisa pulang jika tidak mau tinggal di sini?" Lily mengingatkan sekali lagi karena tahu sepertinya Brandon tidak akan mau. "Aku akan tinggal!" tegas Brandon lebih karena egonya yang tidak mau diremehkan. "Kau, yakin?" Lily menoleh pemuda tinggi menjulang di sampingnya dengan perasan was-was. "Kenapa kalian suka meremehkanku?" Brandon malah balik bertanya dengan nada jengkel. Lily cuma memperhatikan Brandon dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain tidak pernah memakai barang jelek, Brandon juga terkenal sangat
"Pergilah lebih dulu." Jared menyuruh Lily pulang.Lily tidak mau pergi lebih dulu, dia benar-benar cemas bakal ada yang berkelahi jika dia pergi."Geby dan Mara sedang menunggumu," tambah Jared karena Lily belum juga bergerak mengikuti perintahnya.Akhirnya terpaksa Lily tetap keluar dan terus berdoa dalam hati semoga tidak terjadi bencana.Selepas Lily pergi Jared segera mengambil celana Brandon yang terlihat tergeletak di tepi ranjang. Jared memeriksa ke dalam masing-masing kantong sakunya. Mungkin diam-diam Jared berharap bakal menemukan alat kontrasepsi sialan yang bisa dia jadikan alasan untuk menghajar pemuda itu.Ternyata Jared malah lebih sial, dia tidak menemukan alat kontrasepsi seperti harapannya. Jared luar biasa syok karena justru menemukan pakaian dalam wanita di salah satu kantong celana Brandon. Kepala Jared langsung nyaris meledak karena membayangkan Lily yang berjalan pulang tanpa celana dalam. Brandon Lington benar-benar pemuda brengsek yang telah mencuci otak polos
[Apa kau tidak bisa kemari?] pesan Brandon yang dia kirim untuk Lily. [Aku tidak bisa, ada Jared dan Paman Jeremy] [Pondok ini banyak sekali nyamuknya] Brandon kembali memukul dua ekor nyamuk yang sekaligus hinggap di salah satu lengannya. [Keluarlah, para pekerja membuat api unggun untuk mengusir nyamuk] Brandon mengintip ke luar jendela di mana terlihat dari kejauhan beberapa pekerja istal berkeliling membuat api unggun. Brandon mengikuti saran Lily untuk keluar karena sudah benar-benar bosan hanya untuk sepanjang sore sendirian di dalam pondok sempit dan berbau apek. Brandon sampai mengendus tubuhnya sendiri sebelum melangkah dari pintu seolah dia kurang percaya diri untuk keluar karena takut parfum yang dia pakai tidak berfungsi. Padahal kalau dipikir dia juga cuma akan berada di antara pekerja istal yang mandinya pun cuma memakai sabun untuk beramai-ramai tanpa pernah perduli dengan parfum atau bau badan setelah seharian berada di kandang kuda. Brandon berjalan sendirian meli
Lily menjejalkan selimut, seprai baru yang sudah harum, termos kecil berisi air panas, losion anti nyamuk, sabun, sampo, alas kaki dan masih banyak lagi sampai ranselnya sesak.Setelah dua tahun hidup bersama Brandon, Lily tahu anak itu tidak akan bisa tirdur di dalam pondok sempit dan apek, bahkan menduduki seprainya pun dia belum tentu mau. Gengsi Brandon juga sedang terlalu besar karena tidak mau di anggap payah dan manja. Jared serta pamannya Jeremy juga sedang sangat keterlaluan menempatkan Brandon di pondok yang sangat tidak layak. Bagaimanapun Lily tidak akan tega dan Brandon juga tidak akan mau terus terang meminta bantuannya, bahkan ketika sudut bibirnya sobek pun Brandon tidak mau memberitahu Lily. Mungkin sifat anak laki-laki memang seperti itu 'sok bisa mengatasi masalahnya sendiri, padahal tidak!'Lily sudah benar-benar seperti orang yang akan pergi kemping ke gunung ketika memanggul ransel besar sambil menuruni tangga pelan-pelan agar tidak sampai ketahuan. Lily keluar da
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut