JANGAN LUPA VOTE!
[Itu keponakanmu!]Sebuah file foto ikut terkirim ke kotak pesan Geby. Tidak tahu kenapa Geby justru ingin tersenyum ketika melihat foto kedua anak muda yang baru di kirim oleh Jared.[Biarkan saja mereka, kami akan berangkat agak siang dan Lily tidak ikut pulang]Jared juga kaget mendengar Lily tidak akan ikut pulang. Sebenarnya tadi pagi Geby buru-buru mencari Lily ke kamarnya karena baru membaca pesan yang dikirim Lily tadi malam. Lily mint ijin jika dirinya tidak ikut pulang ke Yorkshire karena masih ingin tinggal bersama Jared. Mustahil hati Jared tidak ikut melakukan melembut begitu mendengar keinginan Lily.Setelah memperhatikan lagi kedua foto anak muda yang sedang ketiduran di sofa itu, kemudian Geby mendekati Jeremy."Lihat apa menurutmu mereka tidak lucu?" Geby menunjukkan fotonya kepada Jeremy.Lily masih meringkuk di sofa sedangkan Brandon duduk merosot di sandaran sofa, celananya digulung agak tinggi terlihat panjang sebelah, memakai sendal milik Jared serta masih memegan
"Apa ini!" kaget Brandon ketika menginjak sesuatu yang terasa lembek."Itu kotoran kuda! Perhatikan langkahmu! Sekarang kau sedang ada di peternakan!""Oh, menjijikkan!" desis Brandon sambil terus mengumpat.Meskipun dia juga punya istal kuda, tapi kudanya tidak ada yang berak sembarangan di pekarangan."Kenapa kalian tertawa!" Brandon menunjuk beberapa pekerja istal yang sedang saling bergumam menertawakannya."Sudah cepat kembali ke pondok dan ganti sepatumu!" Lily menarik lengan Brandon agar tidak mendatangi para pekerja istal yang masih berusaha menahan tawa di masing-masing perut mereka yang bergetar.Brandon benar-benar kesal karena baru kali ini dia merasa diejek serta dianggap payah bahkan oleh anak muda kurus yang pekerjaannya mengangkat jerami dan suka diam-diam memerhatikan Lily.Bukannya pulang untuk berganti sepatu Brandon malah melepas salah satu sneaker mahalnya yang baru menginjak kotoran kuda untuk dia buang dengan jijik. Pemuda itu pilih berjalan kembali ke pondok den
Hari masih pagi agak berkabut karena semalam sempat turun hujan, suhu udara juga langsung turun drastis dan matahari belum napak keluar karena masih tertutup mendung suram. Sepertinya sehari ini tidak akan banyak perubahan, Lily menekuk dagu serta mengerutkan dahi karena dia berencana untuk berkuda."Kau sudah bangun?" sapa Mara begitu melihat Lily baru menuruni tangga."Kemari, Kay ... " Lily menghampiri bocah laki-laki yang bermain bola warna-warni untuk dia gelindingkan di lantai dapur.Lily menangkap satu Bola kemudian balas melemparnya lagi agar ditangkap."Kau membuat apa?" Lily bertanya pada Mara yang sibuk di meja dapur bersama dua pelayannya."Sup jamur untuk Jared.""Aku mau!" dari dulu Lily juga menyukai sup jamur seperti Jared."Tunggu sebentar lagi.""Apa ada yang bisa aku bantu?""Tidak ini sudah hampir selesai."Siapa yang menyangka jika wanita seperti Mara akhirnya bisa menjadi wanita yang luar biasa, pandai membuat makanan dan istri yang sangat cantik untuk seorang pen
"Mandilah, biar kupilihkan pakaian yang berbahan lembut." Lily ikut masuk dalam kamar untuk mencarikan pakaian untuk Brandon sementara pemuda itu juga langsung masuk ke bilik kamar mandi untuk menguyur tubuhnya yang masih gatal. Lily coba mencari jenis pakaian yang berbahan lembut dari dalam koper milik Brandon. Ternyata pakaian Brandon tinggal beberapa karena sebagian sudah dia pakai dan hanya dia masukkan ke dalam keranjang tanpa tahu bagaimana harus mencucinya. Lily langsung terpikir untuk membawa pakaian kotor Brandon agar di cuci di rumah utama karena di sana ada pelayan khusus yang menangani laundry. Sementara itu di bilik shower Brandon masih menyabuni tubuhnya yang gatal-gatal dan terus mengguyurnya mengunakan air dingin kaena memang tidak ada pemanas air di pondok. Rasa gatalnya mulai berkurang setelah Brandon terus berdiri di bawah shower tapi anehnya pemuda itu justru merasa agak panas dan tidak nyaman, jantungnya terus berdegup kencang dan napasnya memberat oleh dorongan
Brandon sedang bantu menggosokkan spon sabung ke punggung Lily, merambat lembut hingga ke pinggang, pinggul dan membelai bagian sensitifnya yang masih hangat."Apa masih sakit?" tanya Brandon."Ya," jawab Lily sambil memejamkan mata menahan rasa perih berdenyut-denyut di antara kedua pangkal pahanya yang masih juga belum usai sejak Brandon mencabut dirinya. Meraka berdua sedang berdiri di bilik shower saling bantu membersihkan tubuh masing-masing."Kau tidak memakai pengaman." Lily menengadah untuk menatap Brandon yang juga masih basah menentes-netes dengan gumpalan busa di bahunya yang melicin.Brandon beralih menangkup wajah lembut Lily dengan satu telapak tangan kemudian merunduk untuk menciumnya. "Jangan takut."Masalahnya bukan takut atau tidak, karena semuanya sudah terlanjur terjadi, mereka berdua sudah masuk terlalu jauh dan sangat sembrono dengan tidak memakai pengaman."Ini tentang konsekwensi!" Lily menegaskan.Brandon masih membelai pipi Lily dengan ibu jarinya yang berpu
"Siapa yang datang?" tanya Mara pada Lily yang duduk di dekat pagar beranda samping. Lily segera berdiri untuk memastikan suara mobil siapa yang baru tiba. Sebuah mobil mewah baru saja berhenti di halaman rumah utama. "Oh, Tuhan!" kaget Lily. "Itu Tobias!" Mara segera ikut melihat ke luar sambil mengendong putranya. Tobias juga baru keluar dari mobilnya dan langsung mendongak ke arah mereka. Tobias sedikit melambai untuk tersenyum. Ini adalah kali pertama Lily kembali melihat Tobias sejak terakhir dia kabur meninggalkannya sekarat setelah dia tembak, karena setelah itu Brandon memberi larangan tegas untuk bertemu Tobias Harlot. Lily segera berlari turun, berlari secepat yang dia bisa untuk segera memeluk Tobias yang sampai ikut gemas mengangkatnya berputar. Lily menangis, benar-benar menangis tanpa bisa dia tahan. Lily masih ingat bagaimana dia pernah hampir membunuh pria itu. "Maafkan aku." "Sudah jangan menangis." Tobias menangkup pipi Lily, menghapus air matanya. "Aku merind
"Jangan sentuh dia!" tegas Brandon tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Lily serta Tobias yang terkejut.Lily baru menyadari kedatangan Brandon dan belum tahu seserius apa ke marahan pemuda itu jadi dia masih duduk santai berbagi satu sofa dengan Tobias Harlot."Sudah kukatakan jangan sentuh dia!" ulang Brandon dengan nada lebih lantang.Lily segera berdiri begitu melihat Brandon melangkah maju. "Brandon hentikan!" tegur Lily sambil mendorong dada Brandon yang ternyata sangat keras."Menyingkir!" Brandon tidak menghiraukan Lily.Tobias baru ikut berdiri ketika tiba-tiba Brandon sudah langsung menghantamkan tinju keras ke rahangnya."Brandon!" teriak Lily karena melihat Tobias langsung terjungkal.Tobias juga segera membalas, Brandon menyerang lagi. Jadilah mereka terus saling baku hantam tanpa ada yang mau mengalah tapi jelas sekali jika Brandon yang lebih gila.Lily ingat ketika dirinya coba melerai Brandon dalam perkelahian dan justru malah dirinya yang terkena pukul sampai pingsan."
Walaupun sudah hampir dua minggu tinggal di peternakan keluarga Clark, sebenarnya Brandon memang tidak pernah pergi ke mana-mana. Dia sudah nyaris bosan dan tertekan karena tidak ada hiburan lain di tempat tersebut selain kuda dan lelucon para pekerja istal yang tidak pernah membuatnya tertawa.Sore itu juga Lily mengajak Brandon berkuda menembus hutan. Hutan tidak terlalu tebal tapi tumbuhannya akan cukup rimbun di musim semi dan sepanjang musim panas. Di musim gugur seperti ini sebagian besar dedaunannya sudah berguguran melapisi lantai hutan dengan warna kuning dan jingga, sangat cantik, memberi nuansa hangat yang tenang.Lily dan Brandon berkuda pelan-pelan untuk ikut menikmati semilir angin di hari yang masih cerah setelah hampir tiga hari tidak turun hujan. Lantai hutan juga cukup kering, tapi biasanya air danau sudah mulai kembali meluap sejak hujan minggu pertaman di awal musim gugur."Lihat!"Lily menunjukkan danau cukup luas dengan air jernih dan semak rumput yang masih mengh
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut