VOTE!
Brandon sedang bantu menggosokkan spon sabung ke punggung Lily, merambat lembut hingga ke pinggang, pinggul dan membelai bagian sensitifnya yang masih hangat."Apa masih sakit?" tanya Brandon."Ya," jawab Lily sambil memejamkan mata menahan rasa perih berdenyut-denyut di antara kedua pangkal pahanya yang masih juga belum usai sejak Brandon mencabut dirinya. Meraka berdua sedang berdiri di bilik shower saling bantu membersihkan tubuh masing-masing."Kau tidak memakai pengaman." Lily menengadah untuk menatap Brandon yang juga masih basah menentes-netes dengan gumpalan busa di bahunya yang melicin.Brandon beralih menangkup wajah lembut Lily dengan satu telapak tangan kemudian merunduk untuk menciumnya. "Jangan takut."Masalahnya bukan takut atau tidak, karena semuanya sudah terlanjur terjadi, mereka berdua sudah masuk terlalu jauh dan sangat sembrono dengan tidak memakai pengaman."Ini tentang konsekwensi!" Lily menegaskan.Brandon masih membelai pipi Lily dengan ibu jarinya yang berpu
"Siapa yang datang?" tanya Mara pada Lily yang duduk di dekat pagar beranda samping. Lily segera berdiri untuk memastikan suara mobil siapa yang baru tiba. Sebuah mobil mewah baru saja berhenti di halaman rumah utama. "Oh, Tuhan!" kaget Lily. "Itu Tobias!" Mara segera ikut melihat ke luar sambil mengendong putranya. Tobias juga baru keluar dari mobilnya dan langsung mendongak ke arah mereka. Tobias sedikit melambai untuk tersenyum. Ini adalah kali pertama Lily kembali melihat Tobias sejak terakhir dia kabur meninggalkannya sekarat setelah dia tembak, karena setelah itu Brandon memberi larangan tegas untuk bertemu Tobias Harlot. Lily segera berlari turun, berlari secepat yang dia bisa untuk segera memeluk Tobias yang sampai ikut gemas mengangkatnya berputar. Lily menangis, benar-benar menangis tanpa bisa dia tahan. Lily masih ingat bagaimana dia pernah hampir membunuh pria itu. "Maafkan aku." "Sudah jangan menangis." Tobias menangkup pipi Lily, menghapus air matanya. "Aku merind
"Jangan sentuh dia!" tegas Brandon tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Lily serta Tobias yang terkejut.Lily baru menyadari kedatangan Brandon dan belum tahu seserius apa ke marahan pemuda itu jadi dia masih duduk santai berbagi satu sofa dengan Tobias Harlot."Sudah kukatakan jangan sentuh dia!" ulang Brandon dengan nada lebih lantang.Lily segera berdiri begitu melihat Brandon melangkah maju. "Brandon hentikan!" tegur Lily sambil mendorong dada Brandon yang ternyata sangat keras."Menyingkir!" Brandon tidak menghiraukan Lily.Tobias baru ikut berdiri ketika tiba-tiba Brandon sudah langsung menghantamkan tinju keras ke rahangnya."Brandon!" teriak Lily karena melihat Tobias langsung terjungkal.Tobias juga segera membalas, Brandon menyerang lagi. Jadilah mereka terus saling baku hantam tanpa ada yang mau mengalah tapi jelas sekali jika Brandon yang lebih gila.Lily ingat ketika dirinya coba melerai Brandon dalam perkelahian dan justru malah dirinya yang terkena pukul sampai pingsan."
Walaupun sudah hampir dua minggu tinggal di peternakan keluarga Clark, sebenarnya Brandon memang tidak pernah pergi ke mana-mana. Dia sudah nyaris bosan dan tertekan karena tidak ada hiburan lain di tempat tersebut selain kuda dan lelucon para pekerja istal yang tidak pernah membuatnya tertawa.Sore itu juga Lily mengajak Brandon berkuda menembus hutan. Hutan tidak terlalu tebal tapi tumbuhannya akan cukup rimbun di musim semi dan sepanjang musim panas. Di musim gugur seperti ini sebagian besar dedaunannya sudah berguguran melapisi lantai hutan dengan warna kuning dan jingga, sangat cantik, memberi nuansa hangat yang tenang.Lily dan Brandon berkuda pelan-pelan untuk ikut menikmati semilir angin di hari yang masih cerah setelah hampir tiga hari tidak turun hujan. Lantai hutan juga cukup kering, tapi biasanya air danau sudah mulai kembali meluap sejak hujan minggu pertaman di awal musim gugur."Lihat!"Lily menunjukkan danau cukup luas dengan air jernih dan semak rumput yang masih mengh
Lily mengigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan nyeri ketika Brandon mencabut dirinya pelan-pelan. "Apa masih sakit?" Begitu keluar dari tubuh Lily, Brandon melihat cairan kental miliknya yang sudah memenuhi ujung latek, cairan pekat keruh dari hasil pelepasannya yang memuaskan dan sangat banyak untuk ukuran satu kali sex. Brandon segera melepas benda itu dan asal membuangnya ke semak-semak. Brandon kembali merunduk untuk mencium Lily yang masih terkulai lembut, hangat dan cair. Gadis itu telah dia gunakan untuk bermain sampai puas. "Sepertinya aku akan semakin sering menginginkanmu lagi." Bisik Brandon, "Itu tadi sangat enak." ***** Sama sekali tidak ada yang curiga ketika melihat Lily kembali ke rumah hampir menjelang petang. Lily cuma menyapa Mara sambil lalu dan segera mandi untuk membersihkan tubuhnya. Lily menggunakan air hangat untuk berulang kali membilas rasa nyeri di pangkal pahanya yang terus berdenyut-denyut. Meskipun sakit tapi ternyata Lily diam-diam juga terseny
"Apa kau bisa makan seperti ini?" tanya Lily sambil menyendokkan sejenis sup daging dan sayuran ke dalam mangkuk."Apa itu?" Brandon malah balik bertanya ketika memperhatikan mangkuk yang baru disodorkan Lily ke hadapannya."Ada kentang dan beberapa sayuran , coba saja dulu." Lily mengulurkan garpu agar Brandon menusuk daging dari dalam kuah sup."Kau bisa makan?" Lily segera bertanya begitu Brandon langsung mengunyah dan menelannya."Tidak membuat leherku tercekik," canda Brandon sambil menggetarkan tawa ringan.Tidak tahu kenapa Lily juga merasa Brandon terlihat menyenangkan pagi ini, bahkan dia mau ikut mengangkat jerami dengan para pekerja istal."Apa masih sakit?" tanya Brandon begitu tidak ada yang memperhatikan mereka berdua.Lily mengangguk pelan, Brandon masih menatapnya dengan penuh arti. "Apa aku boleh menyusulmu nanti malam?""Jangan membuat keributan dengan Jared!" Lily langsung berdesis di dekat telinga Brandon dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke seberang meja."Aku
Brandon terus mendorong Lily untuk dia bawa masuk ke kamarnya, bibir mereka masih saling terpaut dan saling sibuk meraba sambil bantu melucuti pakaian masing-masing. Lily bantu menurunkan pinggang celana Brandon, kemudian Brandon menginjak ujung celananya sendiri sambil menarik kakinya yang lain untuk lepas. Suara kepala ikat pinggang Brandon jatuh bergemerincing di lantai bersama dengan sweater longgar Lily yang baru dia gulung dan dia singkirkan melalui kepala. Brandon juga ikut setengah berjongkok untuk menarik turun celana legging tebal yang dipakai Lily hingga melewati masing-masing betis rampingnya yang lembut. Lily membuka pengait branya sediri untuk dia lepas. Begitu Brandon bangkit berdiri pemuda itu juga sekaligus merakup pinggang Lily untuk dia angkat dan dia bawa masuk ke bilik shower. Mereka kembali saling berciuman, cukup bersemangat dengan tubuh yang sudah sama-sama telanjang. Brandon menghidupkan kran Shower membuat ciuman mereka semakin basah panas dan tidak ada yan
"Apa saat Bibi Patricia membersihkan kamar mandiku kemarin tidak melihat alat tes kehamilan yang kusimpan di laci?" tanya Mara pada pengurus rumah yang biasa bertugas membersihkan kamar mandi dan menangani urusan laundry."Saya tidak tahu nyonya."Lily yang sedang duduk menikmati sarapan segera berhenti untuk buru-buru meneguk air karena tenggorokannya tiba-tiba jadi seperti tersedak."Seharusnya masih ada satu!"Sudah sejak pagi Mara sudah bingung mencari sisa alat tes kehamilan yang dia beli bulan kemari. Mara baru memakai satu seharusnya masih ada satu lagi, tapi entah bagaiman bisa hilang padahal Kay juga tidak pernah terlihat bermain ke kamar mandinya."Apa kau hamil?" tanya Lily begitu Mara mendekatinya."Aku belum tahu tapi sudah terlambat dua minggu."Lily segera meneguk kembali sisa air di gelasnya. Lily langsung bisa membayangkan jika Mara juga hamil artinya usia kandungan mereka bisa sama. Lily membayangkan bakal seaneh dan semengerikan apa nanti."Sepertinya aku memang hami
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut