Balkon yang telah di hias indah dengan berbagai macam hiasan lampu serta bunga, meja dengan penuh makanan lezat sudah tersedia dengan rapih.Marco telah mengenakan setelan jas mahalnya dengan memegang bucket bunga mawar di tangannya. Menghampiri Bella yang masih berdiri di tempatnya."Apa kau menyukainya?" Tanya Marco saat melihat Bella hanya terdiam. Lalu meraih tangan Bella."A.. apa ini Tuan?" "Saya ingin makan malam denganmu." "Tapi.." pertanyaan Bella menggantung seolah ragu akan melanjutkannya."Tapi kenapa?" Selidik Marco penasaran akan apa yang hendak Bella sampaikan."Tapi Aku tidak menyukainya." Cicit Bella datar.Marco tersenyum kecut, mendengar jawaban dari Bella. Untuk membuat candle light dinner seperti ini dirinya bahkan menyuruh orang yang profesional."Oh oke.. setidaknya mari kita nikmati makanannya." Ajak Marco.Bella terdiam seperti memikirkan sesuatu dan Marco sangat penasaran dengan apa yang sedang di pikirkan oleh Bella."Kenapa hanya diam saja? Ayo kita mak
Setelah bersiap untuk pergi dari apartemen, sebelumnya Bella menyimpan tas mahal itu di lemari agar lebih terjaga saja ketika Tuan Marco hendak mengambilnya kembali.Bella menuju ke rumah sakit, Ethan putranya sudah di pindahkan ke ruangan biasa. Bahkan Ethan sudah sadarkan diri, wajahnya yang tadinya pucat kini sudah berwarna dan ceria."Nak, kamu tidak lembur lagi?" Tanya ibu Sarah kepada putri semata wayangnya."Tidak Bu. Atasanku sedang bersama keluarganya." Jawab Bella sekenanya.Ibu Sarah hanya manggut-manggut saja dengan penjelasan dari Bella."Oya, kata dokter Dev, Ethan sudah boleh pulang lusa." Wajah Bella berbinar saat mendengar informasi dari ibunya."Benarkah, Bu? Putraku akan hidup normal seperti anak pada umumnya?""Ethan akan tumbuh dengan baik karena memiliki ibu yang hebat dan pekerja kerasnya."Bella tersenyum getir mendengar ucapan ibunya. "Pekerja keras? Andai ibu tahu apa yang telah ku lakukan, akankah ibu masih menganggapku putrimu?" Ucap dalam hati Bella."Ke
Sebelum jam tujuh pagi, Bella sudah berada di mejanya, meja yang tepat berada di luar ruangan Marco. Mempersiapkan semua yang akan di bawa oleh Marco saat rapat nanti.Tak selang berapa lama Marco datang dengan wajah datar tetapi tetap terlihat cool, Bella segera bangun dari kursinya dan mengucapkan selamat pagi kepada Marco."Selamat pagi, pak." "Pagi." Marco hanya melirik Bella sepintas lalu masuk ke dalam ruangannya.Sejujurnya hati Marco merasa berdesir kala berhadapan dengan Bella, tapi Marco harus bisa menahan diri agar rahasianya dengan Bella tetap tertutup rapat.Bella masuk ke dalam ruangan, menyerahkan berkas dan schedule yang akan Marco lakukan hari ini."Pak, tolong tanda tangani berkas ini karena sudah harus di serahkan ke pihak marketing lalu jadwal bapak akan ada kunjungan dari investor jam sebelas siang." Ucap Bella dengan menyerahkan sejumlah berkas di hadapan Marco.Tidak sengaja Marco memegang tangan Bella, sontak Bella menjauh dan terkejut atas kejadian tidak ter
Hati Bella merasa sangat kesal karena pertemuannya dengan Ferry, terlebih ucapan-ucapan Ferry yang sangat tidak masuk akal, bertahun-tahun dia pergi tanpa kabar ataupun niat untuk menemui anaknya, malah sekarang dia memfitnah Bella mengandung anak dari pria lain.Bella menghempaskan tubuhnya di atas kursi empuk yang ada di apartemennya, rasanya dia ingin segera mengguyur badanya dengan air dingin, sejenak Bella memikirkan semua perkataan Ferry."Kenapa dia memfitnahku mengandung bayi pria lain? Bagaimana bisa?" "Ah bodoamat, dia sudah menjadi masalaluku dan takkan ku biarkan dia menemui Ethan." Cicit Bella bertanya dan di jawab sendiri. Lalu membawa tubuhnya untuk menyegarkan diri di kamar mandi.Selang beberapa menit setelah Bella sudah bersiap, bel apartemen berbunyi, sudah pasti itu Tuan Marco.Bella segera membukakan pintu, Marco yang memandang Bella begitu terkesima dengan dandanan Bella. Memakai lingerie panjang dengan lengan yang terbuka tapi memiliki jubah untuk menutupnya y
Hari ke acara sekolah Raffa telah tiba, Marco datang bersama dengan Bella mengenakan pakaian formal, Marco mengenakan setelan coat berwarna hitam ala Korea, Bella mengenakan setelan celana bahan yang di padukan dengan blose berwarna putih."Papaaa..." Teriakan Raffa senang saat melihat Papanya sudah tiba."Raffa sayang, sudah siap untuk ikut lomba?" Tanya Marco yang sudah menggendong Raffa dan menciumi pipinya dengan gemas."Sudah dong, Raffa sangat percaya diri, pasti nanti menang karena ada Papa dan Tante Bella." "Bagus. Anak papa memang harus selalu percaya diri, ini baru namanya jagoan." Raffa tertawa geli saat Papanya mulai menggelitik badannya. Bella yang melihat pemandangan Marco yang begitu menyayangi Raffa tanpa terasa netranya membasah, Bella teringat akan Ethan yang tidak akan pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah."Biarlah Ethan tidak mengenal Ayah kandungnya, daripada nanti dia tahu jika Ayahnya mencampakkan dirinya bahkan saat dirinya masih di dalam kandungan ibu
Tuan Marco sudah berada di apartemen bersamaku, setelah mengantarkan Raffa ke rumah tak lama dirinya menyusulku ke apartemen.Kami duduk berdua menikmati secangkir kopi dengan beberapa camilan di atas meja. Menikmati sore hari yang cukup cerah sehingga menampilkan pemandangan indah langit sore, dengan berwarna Oren yang mewah."Maafkan Aku jika membuatmu repot hari ini." Ucapnya membuka obrolan."Aku senang kok bisa menemani Raffa, kebahagiaan terpancar dari wajahnya yang polos." Jawabku apa adanya."Tentang ibu-ibu yang menggosipkan dirimu itu, di luar dugaan ku, Aku minta maaf." Aku tersenyum getir saat mengingat ghibahan kedua ibu tadi, rasanya masih menganggu pikiranku."Biarlah, toh mereka menngatakan yang sebenarnya walau tidak tahu kenyataan yang sesungguhnya." "Jika tidak di tempat umum, Aku bisa menampar mulut dua orang itu, tapi jika Aku bertindak seperti itu pasti akan menimbulkan banyak kecurigaan." Jadi sebenarnya dia sedang membicarakan bagaimana dirinya berusaha menj
Melihat Bella tertidur di pinggir ranjang karena kelelahan merawatku yang baru demam, membuatku merasa iba namun bahagia. Segera ku angkat tubuhnya yang sintal itu ke atas ranjang kami, melihatnya mengenakan lingerie sexy berwarna Salem itu membuat nafsuku meningkat. Ku elus pucuk kepalanya untuk membangunkannya, perdebatan kecil kami terjadi, tak sanggup membendung Hasratku padanya, segera Aku mencumbuinya dan menyatukan tubuh kami.Keesokan paginya Kami berangkat ke kantor bersama, lebih tepatnya Aku memaksanya untuk berangkat denganku. Akhirnya Bella bisa memanggilku Mas dengan sedikit paksaan, entah kenapa mendengarnya memanggilku Mas terasa lebih sexy jika Bella yang mengucapkan.Setelah dekat dengan kantor Aku turunkan Bella di jalan yang sudah dekat dengan kantor. Ku lajukan mobilku namun masih bisa melihatnya dari kaca spion mobilku. Ciiittt... Ku hentikan segera laju mobilku saat melihat Bella di tarik oleh seorang laki-laki yang sepertinya Aku kenal. "Pak Ferry? Kenapa dia
"Jawab! Kenapa hanya diam saja?" Cecarnya lagi dengan nada tinggi karena aku hanya diam saja tidak menghiraukannya."Jangan berteriak di hadapan Raffa, Laura." Jawabku santai."Kenapa? Biar sekalian dia tahu keadaan kita yang sebenarnya, Marco." Laura benar-benar keterlaluan! Kenapa bersikap seperti itu di hadaoan Raffa? Setidaknya tunggu sejenak agar Raffa pergi ke kamar lalu kita bisa membicarakannya. Karena kesal Aku membanting Lego yang tengah ku pegang, Raffa sudah dalam pelukanku jadi dia tidak melihat saat Aku membanting lego."Laura! Bisakah kamu berpikir dewasa, setidaknya biarkan Raffa pergi dari sini dulu". Teriakku padanya.Sus Jenah yang mendengar keributan di ruang keluarganya segera menghampiri dan menggendong Raffa menuju ke kamar. Aku diam sejenak tidak mengatakan apapun sebelum Raffa jauh. Sungguh Aku tidak ingin membuat anak sekecil Raffa harus melihat pertengkaran orang dewasa. Bisa berakibat buruk. Untuk tumbuh kembangnya."Sekarang katakan. Apakah kamu berseling