**
Sagara baru saja memasuki area sekolah, sudah banyak pasang mata yang menatapnya kagum. Laura dan Abian yang sudah selesai makan, keluar kantin untuk kembali ke kelasnya masing-masing. Melihat kehadiran Sagara yang sepertinya akan menghampiri sahabatnya yaitu Abian.
Laura memberikan seulas senyuman tipis pada bibirnya ketika Sagara sudah berada di hadapannya. “Hai kak” senyum Laura dibalas dengan anggukan oleh sang lelaki.
Tanpa permisi karena ada panggilan alam, Abian dengan cepat memutar balik langakahnya menuju kamar kecil. Perutnya terasa sakit karena tadi kebanyakan makan. Padahal kan sarapan harusnya hanya secukupnya, tapi Abian malah lebih dari cukup.
“Lo duluan aja berdua, gua mau ke toilet dulu” ujarnya melambaikan tangan tidak sanggup menahan rasa sakit.
Dengan sedikit tawa yang tercetak di wajah Sagara, ia terlihat sangat tampan. Pagi-pagi begini sudah disuguhkan dengan man
**Bel istirahat pertama sudah berdering, Laura dan dua temannya meninggalkan kelas karena kasian pada perutnya yang sudah berteriak karena kelaparan. Mereka bertiga pergi ke kantin bersama, “Gua mau nasgor, kayak biasa” ujar Laura sambil meletakkan roti yang ia buat tadi pagi ke atas meja. “Lo udah bawa bekel, mau beli makan juga?” tanya Abella yang duduk di depannya. Dezora sedang memesan makanan untuk mereka bertiga, ini bukan perintah dari siapa-siapa, Dezora saja yang menawarkan diri untuk membelikan mereka makanan.Di pintu masuk kantin, terlihat tiga pemuda yang baru saja memasuki area kantin. Sepertinya mereka baru saja keluar kelas, karena biasanya dibandingkan dengan Laura dan teman-temnnya, pasukan tiga pemuda itu sering kali berada di kantin lebih awal dari siswa lainnya.Dengan senyuman yang terpancar di wajahnya, Abian datang menghampiri tempat duduk panjang di sebelah Laura. “Duduk bareng ya”
harmony 36 **Sebelum masuk kedalam kelasnya yang sudah didepan mata, Abian berhenti ketika langkahnya dihadang oleh seorang guru laki-laki tua. “Permisi pak, saya mau lewat” ujar Abian tidak mau cari gara-gara.“Darimana aja kamu? Kok baru mau masuk kelas, kamu habis bolos ya?!” tanya pak Bimo yang menghadang jalan Abian.Dengan tatapan malas, Abian menoleh pada Pak Bimo yang berdiri didepannya. “Engga pak, saya engga bolos” jujur saja Abian tidak merasa harus meladeni guru itu. “Permisi pak, saya mau lewat” ujar Abian lagi, tanpa mengurangi rasa hormatnya pada guru.Tidak dapat jawaban dari Pak
harmony 37 **Laura: “Lo dimana?”Abian: “Kenapa, Ra?”Laura: “Nanya aja, di sekolah atau engga?”Abian: “Di kelas kok”Laura: “Gausah bohong”Abian: “…”Abian tidak bisa menjawab karena sudah ketahuan. Ia tidak bisa bilang kalau ia sedang berada di WTS, takut nanti Laura cepu ke orang tuanya.Laura: “Gua gabakal cepu kalau lo bolos”Laura: “Kayak sama siapa aja sih”Abian: “Iya ra, engga lagi-lagi deh bolosnya”Bel istirahat kedua sudah berdering, tapi Darrel tidak lagi menghubungi Laura. Padahal ia me
**Mau tidak mau Abian hanya bisa mengikuti permainan dua temannya itu. karena ini adalah kesalahan yang Abian buat sendiri, hingga melibatkan dua temannya yang tidak bersalah itu.Bel pulang sekolah berdering, banyak siswa yang menatap kasihan pada mereka bertiga yang sudah mengeluarkan banyak keringat disana. Pak Bimo belum juga datang untuk membebaskan mereka dari hukuman ini, dan membiarkan mereka pulang.Malu sangat malu rasanya ditatap dengan pandangan iba oleh beberapa orang yang melintas, ada beberapa anak perempuan yang tidak lupa untuk memberikan semnagat dan menonton mereka disana.“Aduh kak Abian kasian banget sih dihukum gitu” “Kak Darrel pasti capek banget tuh, kakinya lemes banget deh kayaknya” “Kak Gara aduh, gua beliin minum aja kali ya. keliatannya haus benget” begitulah kira-kira ucapan para gadis kekita melihat mereka kelelahan.“Kak Darrel keringatan makin capek
**“a Gara mau dimasakin apa? Tante mau masak, sekalian makan siang disini ya” ujar wanita yang menghampiri Sagara setelah ia mengganti baju itu. “Eh, engga usah tante. Gara bentar lagi pulang kok, nunggu reda aja” tolaknya halus.Sebenarnya Sagara juga tidak ingin menolak tawaran itu, tapi ia merasa tidak enak saja. Karena ia dan Jessica tidak lagi ada hubungan, meski ia juga ingin kembali merasakan bagaimana enaknya masakan yang mama Jessica buat.“a Gara” sudah lama sekali Sagara tidak mendengar nama panggilan itu. nama yang diberikan oleh mama Jessica setiap kali Sagara main ke rumah ini.“Gaboleh pulang dulu sebelum
**Laura duduk sendirian di dalam ruang Harmony, dengan earphone yang sejak tadi menyumbat di telinganya. Mendengarkan lagu sambil sesekali ikut bersenandung mengikuti lirik. Matanya tertutup menghayati bait demi bait yang dinyanyikan.Laura memilih kembali menunggu disini, setidaknya ia punya alasan untuk tidak pulang ke rumah lebih awal. Pesan yang ia kirim pada laki-laki itu masih saja belum mendapat balasan. Sejak bel pulang berdering, Laura langsung meninggalkan kelas. Jadi ia tidak tahu perihal kakak kelasnya yang sedang dihukum tadi.Abian: “Lo dimana Ra?”Abian: “Gua cariin ke kelas kok gaada? Ayok balik, gua anter”Laura: “Gausah Bi, gua masih ada urusan. Nanti gua balik sendiri aja”Laura: “Lo juga kan latihan sekarang, biar engga usah bolak-balik juga”Abian: “Gua latihannya delay, jadinya entar sore”Abian: “Ema
**Darrel baru saja bangun dari tidurnya, hal pertama yang ia lakukan bukan mengecek ponselnya seperti yang anak remaja jaman sekarang lakukan, tapi laki-laki itu malah langsung keluar kamar membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja diatas kasur.Darrel mengambil segelas air dingin didalam kulkas, meneguknya hingga air tersebut habis tak tersisa. Darrel membuka jendela apartemennya yang langsung tembus dengan pemandangan kota besar ini. Gedung-gedung yang besar serta jalanan yang macet adalah salah pemandangan yang selalu Darrel lihat dari dalam apartemen.Ia melihat keluar jendela, hujan deras tadi berubah menjadi rintik gerimis yang turun sedikit demi sedikit. Laki-laki itu diam sebentar sekiranya lima menit sambil meregangkan badanya agar lebih bugar setelah tidur.Darrel ingat bahwa saat ini ia belum memberi kabar apapun pada maminya, Darrel lalu mencari keberadaan ponselnya yang lupa ia letakkan tadi dimana. Dengan sa
**Darrel berhenti tepat di depan rumah Laura. Keduanya tidak mengucapkan apapun, bahkan Laura tidak sadar bahwa mereka sudah sampai. “Ra” panggil Darrel membuat perempuan itu menoleh terkejut, akhirnya sadar bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.“Makasih kak” ucapnya tanpa menoleh pada Darrel. Ia tidak mau Darrel menatap kasihan padanya, ia merasa malu sekarang. “Maaf” ujar Darrel menahan sakit di bibirnya, yang habis terkena pukulan. Darah segar masih menetes dari bibirnya, membuat Laura yang melihatnya menawarkan bantuan pada laki-laki itu.“Kak, ayo masuk dulu. Biar aku obatin” “Gausah, bisa diobatin sendiri kok” jawabnya. “Tapi lukanya lumayan parah, atau engga aku panggilin dokter ya biar kesini” Laura hendak mencari ponselnya, “Engga usah” tangan besar Darrel membuat Laura tidak bisa berkutik.“Engga usah panggil dokter,” akhirnya