**
Laura duduk sendirian di dalam ruang Harmony, dengan earphone yang sejak tadi menyumbat di telinganya. Mendengarkan lagu sambil sesekali ikut bersenandung mengikuti lirik. Matanya tertutup menghayati bait demi bait yang dinyanyikan.
Laura memilih kembali menunggu disini, setidaknya ia punya alasan untuk tidak pulang ke rumah lebih awal. Pesan yang ia kirim pada laki-laki itu masih saja belum mendapat balasan. Sejak bel pulang berdering, Laura langsung meninggalkan kelas. Jadi ia tidak tahu perihal kakak kelasnya yang sedang dihukum tadi.
Abian: “Lo dimana Ra?”
Abian: “Gua cariin ke kelas kok gaada? Ayok balik, gua anter”
Laura: “Gausah Bi, gua masih ada urusan. Nanti gua balik sendiri aja”
Laura: “Lo juga kan latihan sekarang, biar engga usah bolak-balik juga”
Abian: “Gua latihannya delay, jadinya entar sore”
Abian: “Ema
**Darrel baru saja bangun dari tidurnya, hal pertama yang ia lakukan bukan mengecek ponselnya seperti yang anak remaja jaman sekarang lakukan, tapi laki-laki itu malah langsung keluar kamar membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja diatas kasur.Darrel mengambil segelas air dingin didalam kulkas, meneguknya hingga air tersebut habis tak tersisa. Darrel membuka jendela apartemennya yang langsung tembus dengan pemandangan kota besar ini. Gedung-gedung yang besar serta jalanan yang macet adalah salah pemandangan yang selalu Darrel lihat dari dalam apartemen.Ia melihat keluar jendela, hujan deras tadi berubah menjadi rintik gerimis yang turun sedikit demi sedikit. Laki-laki itu diam sebentar sekiranya lima menit sambil meregangkan badanya agar lebih bugar setelah tidur.Darrel ingat bahwa saat ini ia belum memberi kabar apapun pada maminya, Darrel lalu mencari keberadaan ponselnya yang lupa ia letakkan tadi dimana. Dengan sa
**Darrel berhenti tepat di depan rumah Laura. Keduanya tidak mengucapkan apapun, bahkan Laura tidak sadar bahwa mereka sudah sampai. “Ra” panggil Darrel membuat perempuan itu menoleh terkejut, akhirnya sadar bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.“Makasih kak” ucapnya tanpa menoleh pada Darrel. Ia tidak mau Darrel menatap kasihan padanya, ia merasa malu sekarang. “Maaf” ujar Darrel menahan sakit di bibirnya, yang habis terkena pukulan. Darah segar masih menetes dari bibirnya, membuat Laura yang melihatnya menawarkan bantuan pada laki-laki itu.“Kak, ayo masuk dulu. Biar aku obatin” “Gausah, bisa diobatin sendiri kok” jawabnya. “Tapi lukanya lumayan parah, atau engga aku panggilin dokter ya biar kesini” Laura hendak mencari ponselnya, “Engga usah” tangan besar Darrel membuat Laura tidak bisa berkutik.“Engga usah panggil dokter,” akhirnya
**Laura terlelap dalam dekapan Darrel, perempuan itu terlihat sangat kelelahan. Wajahnya terlihat pucat, ia butuh istirahat. Darrel mengelus pucuk kepala Laura dengan halus, sesekali menatap wajah pucat pasi perempuan cantik ini.Ia membiarkan Laura berlari kealam mimpi, menenangkan jiwanya yang belum sepenuhnya segar. Darrel melirik ke jam dinding yang tertempel di tembok sana, sudah hampir pukul tujuh malam. Ia tidak mungkin ada disini sampai pagi.Darrel pun tidak tega membangunan gadis kecil ini, ia kasihan melihat Laura. Jadi ia gendong gadis ini keatas kamarnya, Darrel membawa Laura masuk ke kamar di lantai atas. Darrel tidak tahu yang mana kamar perempuan ini, tapi satu pintu berisi gantungan kunci berwarna pink membuatnya yakin itu adalah kamar Laura.Darrel masuk kedalam kamar itu, lalu meletakkan Laura dengan hati-hati keatas kasur empuk yang besar itu. benar saja, ini memang kamar milik perempuan yang sedang terl
**Laura terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Bahkan sejak semalam ia tidak bangun-bangun, hingga jam tujuh pagi ini. Ia bangkit dari kasurnya dan mengambil segelas air putih yang ada di meja belajar. Ia melirik kearah cermin besar, memperlihatkan dirinya dengan kaos kebesaran dan celana pendek.Laura terkejut melihat dirinya seperti itu, karena seingatnya dia memakai seragam sekolah kemarin malam. Bagaimana bisa sekarang bajunya sudah ganti begitu saja? Ia mengingat-ingat lagi, apakah ia sempat mengganti baju.Tapi nihil, seingatnya dia langsung terlelap dalam pelukan Darrel. Apa jangan-jangan “Engakkkkkk” teriak Laura kencang, dirinya kembali tergunjang. Tangannya gemetar, wajahnya kembali pucat pasi. Ia takut, pikirannya melayang kesana kemari, ia mencari keberadaan ponselnya.Mengambilnya didalam tas, dan ponselnya masih mati. Ia lupa menghubungkan charger semalam. Laura mengisi baterai ponselnya, mencoba menghidup
**“Bi” panggil Laura, laki-laki itu menoleh dengan senyuman yang tulus “Makasih ya, Abian” ujarnya lagi. mereka berdua sudah berada di rumah Laura, Abian mengantarnya hingga masuk kedalam kamar.“Tidur gih, harus banyak-banyak istirahat ya” “Gua beliin bubur dulu diluar ya” ujar Abian lagi hendak pergi keluar, tangannya ditarik oleh Laura. membuat Abian menghentikan langkahnya, menoleh pada tangannya yang digenggam Laura, “Kenapa?” tanyanya halus, “Jangan lama-lama ya” ucapnya lalu diangguki laki-laki itu.Akhirnya Laura melepas pegangannya, membiarkan Abian pergi mencari bubur ayam yang dijual dekat komplek ini.Laura memejamkan matanya, tidak mau memikirkan hal-hal yang menyakiti perasaannya. Ia butuh istirahat yang banyak setelah membuang tenanganya pada laki-laki brengsek seperti Darrel.Abian membelikan bubur ayam langganan Laura yang berjua
harmony 46 **“Ra, gua balik dulu ya. nanti gua kesini lagi pas pulang sekolah” Abian menatap kearah Laura yang sedang membaringkan tubuhnya. “Iya, Makasih Abian” Abian masih berada disana sebentar, menatap wajah Laura yang tertidur pulas.Ia melangkah mendekat perempuan itu, lalu mengelus pucuk kepala Laura halus. “Jangan sakit ya, gua gamau lo kenapa-kenapa. Selalu disamping gua ya, Laura” ucapnya sambil tersenyum. Lalu pergi keluar kamar Laura hendak kembali ke sekolahnya.Laura sudah tertidur pulas, tapi ucapan Abian masih bisa ia dengar. Laura senang karena Abian selalu menjaganya seperti ini.Abian mengendarai motornya dengan laju, untungnya gerbang sekolah terbuka begitu saja apalagi sedang tidak ada satpam yang menjaga Abia
**Sagara, Abian, dan juga Darrel duduk didepan kelasnya, menunggu kedatangan guru yang akan mengajar selanjutnya. Mereka bertiga duduk sambil melempar lelucon yang hanya mereka saja yang mengerti. Beberapa siswa yang lewat kelas mereka, menunduk malu karena tawa mereka.Bahkan beberapa anak perempuan memilih lewat jalan lain karena malu, rasanya seperti dikepung pria tampan meski mereka hanya bertiga saja.Sedang asik mengobrol, hingga tidak menyadari keberadaan Bu Yasti yang sudah berdiri di sebelah mereka bertiga. “Masuk-masuk, jangan nongkrong didepan kelas begini” suruhnya pada tiga remaja yang tidak langsung nurut itu.“AH, ibu kaya engga pernah muda aja” jawaban Abian, “Saya yakin sih, pas jaman sekolah dulu Bu Yasti termasuk kedalam cewe incaran ketua geng sekolah yang kaya di film-film gitu, iya kan bu?” tambah Sagara.“Apaan sih kalian, engga ya. ibu dulu engga suka k
**Sagara dan Abian memasuki lift menuju lantai enam belas, dimana Darrel tinggal. Dengan menenteng kantong belanjaan tadi, Abian memencet bel kamar Darrel.Darrel yang sedang rebahan diatas sofa, beranjak membuka pintu. “Lama banget ey” serunya ketika wajah dua temannya sudah terpampang nyata didepannya.Darrel mempersilahkan dua temannya untuk masuk kedalam, Sagara mengeluarkan isi kantong belanja tersebut keatas meja. Tangannya dengan cepat meraih susu coklat miliknya dan juga satu plastic snack kacang.“Eh lo kapan manggung lagi rel?” tanya Sagara sambil membuka snacknya. “besok malem” jawab Darrel tanpa menoleh. “Dimana?” “Tempat biasa” “Ohhhhh” setelah percakapan itu, ketiganya sibuk dengan urusan masing-masing.“Eh, main yuk” “Hidupin dong Rel, ps nya” suruh Abian yang sudah memegang stick. “Hompimpa ya”
Laura sudah berada di bali sekarang, ia pulih setelah beberapa hari tinggal disini. Laura sama sekali belum memberi kabar apapun pada teman-temannya di Jakarta. Ia yakin mereka semua pasti sedang khawatir, namun dia juga tidak ingin menghubungi mereka saat ini, entahlah perasaan Laura sangat sulit dimengerti akhir-akhir ini. “Jadi pacar Laura ini siapa sebenarnya?” tanya sang mama yang sedang asik membuatkan sarapan pagi untuk keluarga kecilnya. Sudah lama mereka tidak berkumpul, menurut Laura ada untungnya juga ia sakit, jadi keluarga senantiasa merawatnya seperti bayi lagi seperti dulu. “Apaan sih mah, gausah bahas itu lagi deh” sahut Laura. sejak itu mamanya selalu bertanya siapa kekasih Laura sebenarnya. Karena saat itu dua laki-laki terlihat paling terpuruk saat Laura berada di rumah sakit. Yaitu Abian dan juga Darrel. “Pacaran sama Darrel, tapi kenapa pas habis operasi manggil-manggil nama Abian terus” tanya sang mama lagi. wanita itu sangat penasaran tentang kisah cinta an
Sudah satu bulan hubungan palsu yang mereka jalani untuk mengelabui orang-orang. Namun perasaan Darrel setiap harinya semakin nyata, ia bahkan tidak mau jauh-jauh dari Laura. Mereka semakin dekat dan selalu menghabiskan waktu bersama. Darrel juga sering menceritakan masalah-masalah yang ia alami di masa lalu hanya pada Laura, karena setiap kali bercerita pada gadis itu, Darrel selalu merasa nyaman. Hubungan dua remaja itu membuat pertemanan Laura dan Abian semakin menjauh. Keduanya terlihat sering mengabaikan satu sama lain, selain itu Abian juga sedang dekat dengan Nayla sekarang. “Aku gamau putus” ujar Darrel parau.“Tapi dari awal kita ga pacaran beneran kan” ujar Laura. ia juga berpikir bahwa berat rasanya meninggalkan Darrel seperti ini. Bersama laki-laki itu Laura jadi tahu bagaimana sikapnya yang lembut, berpura-pura kuat padahal sering rapuh. Laura juga tidak yakin bisa meninggalkan Darrel, laki-laki itu belum sembuh total dari rasa kecewa mengingat hidupnya di masa lalu.
Berita tentang hubungan Darrel dan Laura ramai di perbincangkan oleh masyarakat sekolah. Beberapa fans Darrel menentang hubungan ini, dan beberapa juga senang karena mereka berdua terlihat sangat cocok.Laura harus jalan sambil menundukkan kepalanya setiap kali melihat fans Darrel yang sedang dalam zona senggol bacok. Laura tidak mungkin meladeni orang-orang buta yang tergila-gila dengan pacar pura-puranya. Karena tidak mau orang-orang curiga, jadi Laura dan Darrel berangkat ke sekolah bersama tadi. Seperti biasa, Darrel harus menjemput perempuan itu dulu. Darrel juga mengantar Laura masuk kedalam kelasnya agar hubungan mereka terlihat real. Mereka juga menghabiskan waktu bersama di kantin, dan beberapa kali hangout bersama couple lainnya. Tidak punya banyak waktu bersama Laura membuat Abian penasaran, apakah hubungan itu sungguhan atau hanya mengelabui Sagara saja. Agar Laura tidak terlalu ngenes, sejak hari itu Laura belum cerita tentang apapun pada Abian. Laki-laki itu merasa k
Semenjak kemenangan itu, mereka mendapat banyak job untuk mengisi pertunjukan di beberapa café-café. Darrel selalu mengajak Laura untuk ikut bersamanya, sekarang mereka sudah seperti paket komplit yang kemana-mana harus bersama. Saat sekolah mengadakan Nirmala Art Festival atau biasa disingkat dengan Nafest, band 70 ditugaskan untuk menyumbang suara untuk mengisi malam festival. Mereka berlatih setiap hari agar bisa menampilkan yang terbaik untuk para penonton terkhusus anak-anak Nirmala. Laura berlatih keras agar tidak malu dihadapan teman-temannya, Darrel juga selalu membantunya setiap kali Laura merasa kurang. Laura dan Sagara juga masih dekat seperti biasa, ia pikir hari itu akan menjadi hari terakhir untuk dirinya dan Sagara. namun laki-laki itu masih mencarinya dan mengajaknya bermain bersama. Abian lebih fokus pada latihannya karena ia menjadi siswa satu-satunya yang mewakili sma Nirmala untuk bertanding di tingkat Provinsi. Ia tidak lagi punya banyak waktu untuk bermain,
Tidak heran jika band 70 memenangkan lomba ini sebagai juara pertama. Perpaduan suara antara Darrel dan Laura memang sangat cocok untuk disatukan, keduanya memiliki suara yang sangat indah. Abian dan Sagara menghampiri Darrel dan teman-temanya untuk mengucapkan selamat. Mereka mendapat juara pertama dan hadiah sebesar 5 juta rupiah. Jujur saja, alasan mereka ikut lomba ini bukan karena uang, tapi karena ingin menambah pengalaman saja. Laura menepuk jidatnya ketika ingat kejadian tadi, dimana saat pengumuman juara dan mereka memenangkannya Laura sangat excited sehingga memeluk orang disampingnya yang ternyata Darrel. Darrel juga malah merespon pelukan itu, sehingga ketika sadar keduanya langsung membuang muka seolah tidak terjadi apa-apa. “Congrats ya ra” ujar Abian menghampiri gadis itu. “Makasih bi” sahutnya. “Gua gabisa lama-lama disini, lo pulang bareng Darrel ya?” tanya Abian, ia harus pergi setelah ini. “Abian, makasih udah selalu dukung gua” ujar Laura memeluk laki-laki
Semakin hari Sagara lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Laura. mereka semakin dekat saja setiap harinya. Membuat Abian dan Darrel kesal karena terus-terusan ditinggal oleh temannya. Besok 70 akan mengikuti lomba yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama. Sekarang mereka sedang berkumpul kembali membahas persiapan untuk besok, Laura merasa sedikit gugup karena takut membuat kesalahan yang membuat 70 malu karenanya. “Jangan gugup ya Ra, gua yakin lo bisa!” ujar Dava membuat Laura menoleh percaya diri. “Kita udah kerja keras, kita latihan setiap hari dan berharap hasil terbaik buat band ini. Gua harap kita semua bisa tunjukin yang terbaik!” ujar Darrel pada anggotanya. Gina yang ikut duduk disana tersenyum, ia sudah melihat bagaimana kerja keras Laura selama kurang dari sebulan ini. Perempuan ini sangat berbakat, ia harap 70 bisa berhasil dalam lomba ini. Abian: “Dimana Ra?” Laura: “Di rumah kak Dava”Abian: “Udah jam sembilan, apa ga pulang aja? jangan begadang biar besok bangu
“Laura!” panggil Sagara yang sedang berdiri didepan koridor kelas sepuluh. Perempuan itu tersenyum, menunggu kedatangan Laura yang berjalan menghampirinya. “Kok sendirian aja?” tanya Sagara saat mereka sudah berhadapan sekarang. “Yang lain udah pada pulang duluan, kak Gara kenapa disini?” tanya Laura penasaran. “Lo sibuk ga? Gua ada dua tiket bioskop nih, mau nonton bareng?” Sagara memperlihatkan dua tiket bioskop yang sudah ia pesan. “Tadinya gua mau nonton bareng Darrel, tapi dia tiba-tiba ngecancel gitu aja. Sayang kalau dibuang” ujar Sagara lagi. Laura tidak mau menyianyiakan kesempatan yang tidak akan datang dua kali, dengan cepat ia setuju dengan ajakan Sagara. “Boleh deh” sahutnya bersemangat. Mereka berdua dengan cepat meninggalkan sekolah, Laura naik keatas motor besar milik Sagara. Tidak perlu waktu lama, mereka sampai di mall. Mereka berdua masuk kedalam mall lalu naik kelantai tiga tempat cinema21 berada. Karena mereka sampai tepat waktu jadi dua remaja itu langsu
**Abian mengendarai motornya pulang, ia meminta Darrel mengantar Nayla sedangkan Sagara dengan menawarkan dirinya untuk mengantar Laura. Abian masuk kedalam rumahnya yang seperti biasa pasti sepi, inginnya ada kejutan dari kedua orang tuanya yang tiba-tiba datang. Ponsel Abian berdering, panggilan masuk dari mamanya membuat ia buru-buru mengangkat telfon itu. “Hallo ma, kenapa?” tanya Abian, “Selamat ya sayang, dari tadi mama telfonin kenapa ga diangkat sih” “Makasih ma, maaf mah tadi Abi abis bareng temen-temen jadi ga pegang hp” ujarnya menjelaskan. “Minggu depan kosongin jadwal ya, kita liburan bareng, rayain kemenangan kamu” ujar mama membuat Abian gembira. “SERIUSAN MAH..” “Iya, seriusan mama ga bohong kok” “Aaaa mau banget banget banget, gasssin lah” ujarnya bersemangat. “Yaudah kalau gitu mama matiin telfonnya ya, nanti kita bahas mau liburan kemana” “Iya ma, seman
***Abian: “Ra, besok gua dispen ya. lo mau nebeng sama siapa ke sekolah? Atau gua anterin dulu aja?” Laura: “Gausah Bi, gua bareng temen gua aja” Abian: “Temen lo yang mana?”Abian: “Dezora sama Abella kan bawa supir” Laura: “Iya, gua bareng Vina aja” Abian: “Kalau dia gabisa lo langsung call gua ya. biar gua aja yang anter” Laura: “Iya Bi, udah malem juga mending lo istirahat gih. Biar besok fit” Abian: “Lo nonton kan Ra? Bisa kali bolos kelas siang” Laura: “Gua usahain ya Bi” Abian: “Okedeh. Good night, Laura” Abian mengecass ponselnya sebelum tidur, sudah menyetel alarm juga agar bangun pagi. Besok adalah waktu pembuktian, dia sudah berlatih jauh sebelum perlombaan diumumkan. Abian dan para anggota ekskul sudah menyiapkan diri, mereka harus mendapatkan piala itu. Abian sempat berhenti berlatih renang saat smp kelas 2, kakinya cedera karena terjatuh dari tangga di sekolahnya. Membuat ia merasa frustasi karena renang a