Apakah Lisa benar-benar pingsan atau hanya pura-pura?
*** “Ada apa, Bay?” Pak Agus tampak heran melihat wajah kepanikan putranya. “Kita harus ke rumah Lisa, Pih, Mih.” Bayu menyampaikan tempat yang akan mereka tuju. “Kenapa kamu masih berhubungan dengan wanita itu?” Bu Sandra kesal dengan niat Bayu. “Aku benar-benar jatuh cinta pada Lisa, Mih. Kali ini perasaan itu benar-benar semakin nyata. Dulu, mungkin aku hanya terpesona dengan sikapnya, tapi kali ini nggak, Mih. Aku ingin Lisa yang mendampingi hidupku selamanya.” Bayu mengatakan apa yang ia rasakan tentang Lisa kepada ibunya. “Tapi Mami membenci kebohongannya. Dia itu penipu.” Bu Sandra tidak setuju dengan penjelasan Bayu. “Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, Mih. Dulu Lisa sudah mbohongi kita, tapi dia juga pasti bisa berubah. Lagi pun, aku tidak ingin kehilangan dirinya.” “Kamu benar-benar sudah dipengaruhi wanita itu. Dia nggak akan pernah berubah. Mami sangat tahu siapa dia.” Bu Sandra sepertinya tidak menerima keberadaan Lisa yang kini dekat dengan Bayu. “Maksu
*** “Hallo.” Tiara menjawab telepon yang nomornya tidak tersimpan di ponsel. Ia tidak tahu kalau orang yang menghubunginya adalah sang mantan ibu mertua. Bu Sandra mendapatkan kontak mantan menantunya dari Bayu. “Sayang, ini Mami.” Tiara merasa tidak asing dengan suara yang menelepon. “Mami? Ada apa telepon Tia?” Tiara tampak terkejut. Ternyata Bu Sandra yang menelepon. “Maafin Mami.” “Maaf untuk apa, Mih?” “Mami sangat jahat padamu, Sayang.” “Tia nggak ngerti, Mih.” “Mami menyesal karena telah memisahkan kamu dan Bayu.” “Maksud Mami apa?” Tiara semakin tidak mengerti dengan maksud mantan ibu mertuanya. *** “Maafin Mami, Sayang, karena saat ini belum mampu untuk menceritakan semuanya. Tapi satu hal yang pasti, Mami sangat menyesal setelah kamu berpisah dengan Bayu.” Bu Sandra merasa sedih mengingat apa yang ia lakukan kepada Bayu dan Tiara. “Maaf, Mih, semuanya tidak perlu disesali lagi. Tia dan Mas Bayu sudah memiliki kehidupan masing-masing. Kami tidak ditakdirkan untuk b
*** “Siapa yang berani ngirimin kamu pesan seperti ini?” Arya memberikan ponsel tersebut kepada istrinya. Tiara pun meraih benda pipih tersebut lalu membaca pesan yang masuk. Ia juga terkejut seperti Arya setelah membaca isinya. Tiara merasa kesal karena dituduh telah mengganggu Bayu. Ia justru berusaha agar tidak bertemu lagi dengan laki-laki itu. “Aneh banget, ya, Mas. Tuduhan yang nggak masuk akal. Kapan aku mengganggu pria itu? Aku justru berusaha menghindar darinya.” Tiara menggerutu setelah membaca pesan masuk di ponselnya. “Kamu kenal siapa yang kirim pesan itu, Sayang?” tanya Arya kepada Tiara. “Nggak kenal, Mas. Aku juga nggak tahu siapa istri Mas Bayu sekarang. Dulu aku dengar, dia udah pisah dari cewek yang dinikahi diam-diam di belakangku. Setelah itu, aku nggak pernah tahu lagi tentang kehidupannya.” Tiara memberikan penjelasan kepada suaminya. “Kenapa dia berpikiran seperti itu? Apa mungkin mantan suamimu masih mengingatmu?” Arya terlihat kesal. “Itu nggak mungkin,
*** Tiara tetap menaruh curiga kepada Arya walaupun sikap laki-laki itu tidak berubah sama sekali. Arya selalu mengatakan kepada Tiara bahkan berani bersumpah kalau dirinya tidak pernah memiliki hubungan instimewa dengan Bella. Bella adalah sahabat terdekat Arya saat masih duduk di bangku kuliah. Ya, walaupun kenyataan kalau wanita itu sudah beberapa kali menyatakan cinta kepada Arya. Namun, ia tidak pernah menyimpan perasaan lebih untuk Bella. “Sayang, beberapa hari ini sikap kamu berubah. Kamu kenapa?” tanya Arya kepada istrinya di taman belakang rumah. “Nggak apa-apa, Mas.” Tiara memberikan jawaban dengan nada datar. “Kamu masih marah padaku karena kedatangan Bella saat itu ke rumah ini?” “Udah, ya, Mas … jangan bahas itu lagi. Aku ingin bersantai dengan anak-anakku.” Tiara memangku Arga, sedangkan Aditya bermain bola di sekitar tempat orang tuanya duduk. “Mereka juga anakku.” “Iya, anakmu.” “Kenapa kamu nggak percaya padaku, Sayang? Aku sudah jujur dan mengatakan yang sebe
*** Pagi ini, Haris dan Tika mengantarkan Tiara beserta kedua putranya ke bandara. Pasangan suami-istri itu sangat sedih melihat nasib yang menimpa Tiara. Haris merasa malu dan bersalah karena Arya tega melupakan wanita yang sudah bersedia menikah dengan adik sepupunya tersebut. “Kakak nggak habis pikir dengan Arya. Dia tidak mencari kalian sama sekali, bahkan ponselnya juga nggak aktif dari semalam.” Haris terlihat kesal. Sekarang mereka sudah tiba di bandara. Saatnya untuk Tiara dan kedua putranya untuk menaiki pesawat. Tika tidak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh menyaksikan adik satu-satunya yang belum lepas dari penderitaan. Ini kedua kalinya Tika melihat Tiara sesakit ini. Transportasi udara tersebut akhirnya membawa Tiara kembali ke kota kelahiran. Setelah satu jam lebih perjalanan, ibu dan dua orang anak itu pun tiba di tempat tujuan. Tiara sengaja tidak memberitahukan kedatangan mereka kepada ayah dan ibunya. Tiara dan kedua anaknta segera menaiki taksi online se
***“Sebenarnya ada apa, Sayang? Kenapa kamu dan anak-anak tiba-tiba datang tanpa memberikan kabar?” Bu Laras memegang pundak Tiara.Setelah melihat Arga juga sudah terlelap seperti Aditya, Tiara pun tidak mampu menahan bulir bening miliknya agar tidak jatuh. Ia langsung membenamkan wajah di pundak ibunya. Bu Laras sangat bingung.“Kamu kenapa, Sayang?” Bu Laras mengangkat wajah putrinya. “Lihat Bunda.” Wanita paruh baya itu memegang kedua pipi Tiara.“Mas Arya, Bun ….”“Ada apa dengan Arya?” tanya Bu Laras penasaran.“Dia mengkhianati Tia.”“Apa? Itu nggak mungkin, Sayang. Arya itu orang baik. Bunda bisa lihat dari sikap yang ditunjukkan.”“Tapi kenyataannya, Mas Arya bermain api dengan wanita lain, Bun.”“Kamu sudah bertanya pada Arya? Dia bilang apa?”“Belum, Bun. Dia juga nggak tahu kalau Tia dan anak-anak pergi dari rumah.” Bu Laras sangat terkejut mendengar penuturan Tiara.“Bagaimana mungkin kamu pergi dari rumah tanpa sepengetahuan suamimu, Sayang? Ini nggak benar. Bunda tidak
*** Bayu kini bahagia karena sudah mengetahui apa yang diyakini selama ini tentang Aditya. Matanya berkaca-kaca karena ternyata memiliki anak kandung bersama Tiara, wanita yang sudah ia campakkan demi Lisa. Bayu ingin sekali memeluk sang buah hati yang sudah sangat lama didambakan. Setelah pulang dari kantor nanti, ia akan ke rumah orang tua Tiara untuk menemui Aditya. Bayu tersenyum bahagia membayangkan pertemuan itu. Nada panggilan masuk tiba-tiba terdengar dari ponsel milik Bayu. Ia pun meraih benda tersebut dari saku kemejanya. Terdapat nama Lisa di layar. Bayu tetap akan bersikap seperti biasa kepada wanita itu sebelum waktu yang telah ia pikirkan. “Iya, Sayang, ada apa?” Bayu menerima telepon Lisa dengan nada lembut. “Aku lagi kesal, nih, Mas. Tadi aku ke rumah orang tuamu. Niatku ingin bertemu Mami dan mendekatkan diri, tapi kamu tahu apa yang kuterima?” Lisa mulai menciptakan sebuah cerita yamg ingin mempengaruhi Bayu. “Apa, Sayang?” “Mami mengusirku. Kalau aku nggak per
*** Setelah Bayu meninggalkan rumah orang tua Tiara, Arya memegang tangan istrinya, lalu membawa wanita itu kembali memasuki rumah. Bu Laras yang menyaksikan tingkah sang anak dan menantu hanya bisa menggeleng. “Lepasin, Mas! Kamu apa-apaan, sih?” Tiara berusaha melepaskan genggaman suaminya. Arya melepaskan genggamannya setelah tiba di ruang keluarga. Laki-laki itu berlutut di depan Tiara sambil menitikkan air mata. Aditya yang menyaksikan kejadian itu langsung minta turun dari gendongan Tiara. Aditya mengusap pipi laki-laki yang selama ini dianggap sebagai ayahnya. Anak itu menyeka bulir bening milik Arya yang telah jatuh di pipi. “Jangan nangis, Pah.” Aditya langsung memeluk Arya. Arya segera menghapus air matanya, lalu menatap anak yang sangat ia sayangi tersebut. Ia pun memegang kedua pipi Aditya. “Papa nggak nangis, Nak. Mata Papah perih.” Arya berusaha menutupi kebenaran di depan Aditya. Aditya membalikkan badan, lalu memegang tangan ibunya. “Mama jangan malah.” Anak itu b
***Tiara tidak dapat menahan diri agar tidak menangis. Ia sangat terkejut mendengar penjelasan Bayu. Dia makin sedih mengingat Aditya yang tidak tinggal bersamanya. Tiara sangat merindukan anak sulungnya tersebut.Tiara tidak sabar ingin bertemu Aditya. Dua bulan berpisah dengan sang buah hati, seperti berabad-abad lamanya. Ia tidak tahu seperti apa keadaan Aditya saat ini. Ia selalu mencemaskan anaknya itu.“Kita harus cari Adit, Mas.” Begitu pinta Tiara kepada Arya setelah dirinya mengakhiri telepon dengan Bayu.“Tapi sampai detik ini, kita belum tahu di mana Adit, Sayang.” Arya selalu bersabar menenangkan sang istri.“Mas Bayu bilang, Ayah pernah melihat seorang anak yang mirip dengan Adit. Tapi Ayah tidak berhasil menghampiri anak itu karena keburu pergi. Terus, temannya Mas Bayu yang berprofesi sebagai dokter, juga memiliki pasien baru-baru ini yang bernama Adit. Apa itu kebetulan, Mas?”“Bisa jadi, Sayang, sebab banyak anak memiliki nama yang sama dengan anak kita.”“Tapi kita
***Pak Arif dan Bu Laras pun akhirnya memasuki mobil, lalu meluncur dari tempat itu. Pak Arif masih memikirkan apa yang dia saksikan tadi. Akan tetapi, laki-laki paruh baya itu tidak terlalu merasa yakin kalau anak yang dilihat tadi adalah cucunya.Pak Arif berpikir, bagaimana mungkin Aditya ada di kota yang berbeda dengan orang tuanya? Sementara itu dia tahu kalau anak tersebut menghilang dari sekolah, dan pasti di kota kelahirannya. Pak Arif tidak ingin menduga-duga.Dia berpikir akan lebih baik jika menghubungi Bayu saja. Ayahnya Tiara tersebut sudah percaya kepada Bayu walaupun laki-laki itu pernah menyakiti Tiara. Pak Arif mengakui perubahan yang terlihat sekarang pada mantan menantunya tersebut.“Ayah kenapa? Lagi mikirin sesuatu?” Ternyata Bu Laras menyadari sikap yang ditunjukkan oleh suaminya. Wajah Pak Arif tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.“Nggak, Bun.” Pak Arif terpaksa tidak memberitahukan apa yang dia pikirkan kepada istrinya. Dia tidak ingin melihat wanita itu
***Tiara merasakan sesuatu yang aneh. Aditya seolah-olah berlari dan berteriak memanggil dirinya. Hati Tiara kini menjadi tidak tenang karena takut terjadi sesuatu terhadap sang buah hati tercinta.Selama ini, Tiara telah berusaha untuk meyakinkan hati bahwa Aditya akan kembali mendekap dirinya. Namun, entah kenapa keyakinan itu tiba-tiba goyah saat dia merasakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti. Tanpa diminta, bulir bening milik Tiara jatuh membasahi pipi.Arya yang kini mendekap Tiara, merasa sedih melihat wanita tersebut. Dia tidak dapat membayangkan seperti apa perasaan Tiara saat ini. Sebulan lamanya tidak mengetahui darah daging sendiri, itu pasti akan membuat sang istri terpukul.“Sayang, kamu kenapa?” Arya mengusap pipi Tiara. Dia membantu wanita itu beranjak dari tempat tidur menuju sofa yang ada di dekat jendela.“Aku takut, Mas.” Tiara menempelkan kepalanya di bahu Arya setelah mereka duduk di sofa tersebut.“Takut kenapa, Sayang?” “Aku merasa sesuatu terjadi pada Adit
***Seminggu telah berlalu, Aditya belum juga ditemukan. Tiara dan Arya semakin mencemaskan anak yang sangat mereka sayangi tersebut. Pasangan suami-istri itu sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi belum juga menunjukkan hasil.Tiara tidak pernah menyangka akan mengalami penderitaan yang sangat sakit seperti ini. Dia merasa kalau takdir telah mempermainkan hidupnya. Saat dirinya mengandung Aditya, dia dibuang oleh sang mantan suami. Setelah sang buah hati berumur lima tahun, kenyataan pahit kembali menghampirinya. Mereka harus berpisah.“Adit ke mana, Mas?” Tiara kembali menangis sambil mencium pakaian milik Aditya di kamar anak itu.“Kita sudah berusaha, Sayang, tapi kenyataannya Adit belum bersama kita sekarang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah, tetap berharap agar Adit dalam keadaan baik-baik saja.” Arya selalu berusaha untuk menenangkan Tiara.“Apa yang harus kita lakukan, Mas? Ayah kandungnya Adit juga seolah-olah tidak peduli. Dia nggak berusaha menghubungiku.” Tiara ke
*** Tiara semakin tidak tenang karena sampai malam hari tiba, keberadaan Aditya belum juga diketahui. Tiara pun tidak mampu untuk tetap diam, dia ingin memberitahukan apa yang terjadi kepada Bayu.Tiara berpikir bahwa ayah kandung Aditya berhak tahu keadaan putranya saat ini. Ternyata Arya juga memiliki pikiran yang sama dengan sang istri. Dia pun memberikan persetujuan kepada Tiara agar menghubungi Bayu.Arya sangat mengerti dengan perasaan Tiara saat ini. Dia tidak ingin melihat kesedihan berlarut-larut menghampiri istrinya. Jika malam ini Aditya belum juga ditemukan, Arya akan segera melaporkan kejadian ini kepada yang berwajib besok pagi.Tiara segera mencari nomor kontak Bayu di ponselnya, lalu menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia berharap agar Bayu bersedia mencari tahu keberadaan sang buah hati tercinta. Tiara sangat tahu seperti apa besarnya kasih sayang mantan suaminya terhadap Aditya.“Hallo, Tia.” Tiara pun mendengar suara Bayu. Wanita itu tidak tahu bahwa san
***“Mas, kamu udah jemput Adit?” tanya Tiara kepada Arya melalui telepon.“Bukannya tadi aku udah nelepon kamu, Sayang. Aku nggak bisa jemput Adit hari ini karena lagi ada meeting.” Arya bingung mendengar pertanyaan istrinya.“Tapi Adit nggak ada di sekolah, Mas. Aku menemui gurunya tadi, kata beliau ada laki-laki yang jemput Adit. Beliau pikir itu kamu.” Tiara mulai tampak khawatir.“Dari tadi aku tetap di kantor, Sayang.” Arya juga mulai panik.“Jadi, siapa yang jemput Adit, Mas? Adit ke mana?” Tiara tidak mampu menahan air matanya. “Kamu harus tenang, ya, Sayang. Kamu di mana sekarang? Masih di sekolah Adit?” tanya Arya kepada istrinya.“Iya, Mas. Aku ke sini sama Pak Amin.” Tiara menjelaskan kalau dirinya ke sekolah Aditya bersama Pak Amin, supir keluarga Arya.“Oke, Sayang. Kamu minta Pak Amin pulang sekarang. Sebentar lagi aku sampai di sekolah Adit. Aku tutup teleponnya, ya.” Arya pun memasuki mobilnya, lalu meluncur meninggalkan kantor.Tiara merasa dunianya berakhir setelah
***Dua hari berlalu, Tiara mendapatkan irformasi dari mantan ibu mertuanya bahwa Bayu dan Pak Agus mengalami kecelakaan. Tiara sangat terkejut mendengar penuturan wanita paruh baya tersebut. Ternyata Bayu belum siuman dari pingsannya.“Tolong bantu Mami, Tia. Sudah dua hari ini Bayu tidak sadarkan diri. Mami berharap agar kamu bersedia mempertemukan Bayu dengan anaknya.” Bu Sandra berharap agar Tiara bersedia memenuhi keinginannya.Tiara takut mendengar permintaan Bu Sandra. Ia masih mengingat bagaimana Bayu berusaha ingin merebut Aditya dari dirinya. Tiara bingung harus berbuat apa sekarang. Ia sadar kalau Bayu adalah ayah kandung Aditya, tetapi ia tidak ingin kalau sampai sang buah hati jauh darinya.“Apa yang harus kita lakukan, Mas?” tanya Tiara kepada Arya setelah menerima telepon dari ibunya Bayu.“Terus terang, aku juga bingung, Sayang. Aku kasihan melihat Bayu, tapi aku juga kesal mengingat ancamannya yang ingin mengambil Adit dari kita.” Arya mengungkapkan apa yang ia rasaka
***Di tempat lain, terdapat Lisa yang sudah sadarkan diri. Saat ini, ia sedang di rumah sakit karena akibat dari perbuatannya sendiri. Lani dengan berani menyebabkan Lisa kehilangan janin yang diharapkan selama ini.Saat Lisa menginginkan kehadiran sang buah hati, ia pun kehilangan anak itu sebelum lahir ke dunia. Pembantaian yang dilakukan oleh Lani dan lelaki bayarannya telah menyebabkan Lisa berpisah untuk kedua kali dengan darah dagingnya. Kejadian ini mengingatkan dirinya atas kepergian Keysa dari dunia ini.“Anakku, Buk.” Lisa membenamkan wajah di dada ibunya yang datang melihat keadaan putrinya.“Kamu yang ikhlas, ya, Nak. Dia sudah tenang di sana.” Wanita paruh baya itu berusaha menenangkan Lisa.Lisa berusaha untuk menggerakkan kaki, tetapi apa yang terjadi? Anggota tubuhnya tersebut tetap tidak bergerak. Lisa tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Ia pun menyibakkan selimut dari kakinya. Ternyata, Lisa tidak hanya kehilangan janin yang diharapkan, tetapi juga anggota tub
***Sore pun tiba, Bayu dan ayahnya segera bergerak menuju tempat tujuan. Kedua laki-laki itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Aditya. Pak Agus dan Bayu membayangkan kalau anak itu tinggal bersama mereka, kebahagiaan akan menghiasi hari-hari mereka.Sementara itu, Tiara yang sedang berada bersama kedua putranya di halaman sangat terkejut melihat kehadiran sang mantan suami dan ayahnya. Ia pun segera membawa Aditya dan Arga memasuki rumah. Tiara merasakan sesuatu yang aneh setelah bertemu dengan Pak Agus dan Bayu.Arya dan sang ayah yang baru pulang dari kantor juga sangat terkejut melihat Bayu dan ayahnya yang kini duduk di depan teras. Arya tidak menyangka kalau laki-laki masa lalu Tiara kini ada di hadapannya. Ia kembali mengingat sebutan sayang yang ditujukan Bayu kepada Tiara semalam.“Ada perlu apa ke sini?” tanya Arya dengan ketus.“Mau ketemu anakku!” jawab Bayu dengan ketus juga.“Dasar laki-laki aneh. Dulu Tiara nggak anggap, sekarang butuh.” Arya tersenyum sinis kepada