Share

Keributan

Penulis: Lesta lesta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ada apa itu ramai-ramai?" Tanya Atika. Langkahnya, dan gerobak jahitnya terhenti. Saat melihat ada keramaian didepan matanya.

"Itu si Karin. Anaknya Mbah Kasmin. Meninggal." Jawab salah seorang wanita.

"Meninggal? bukanya dia lagi hamil tua?" Tanya Atika. Tidak percaya, dengan apa yang didengarnya.

"Iya, sesak napas katanya."

"Terus bayinya cemana?" Tanya Atika lagi.

"Bayinya juga meninggal. Nggak sempat diselamatkan."

"Astaghfirullah. Ngeri banget ya! baru semalam aku ketemu dia. Tapi udah nggak ada saja."

"Namanya juga hidup. Dimas saja aku nggak nyangka akan pergi secepat itu."

Atika berjalan kearah rumahnya. Sambil mendorong gerobak jahitnya. Dalam hati tidak menyangka, kalau Karin akan pergi secepat itu. Padhal dia baru saja bertemu, dengan Karin kemarin, saat warga menghakimi Nilam.

"Hey! Kamu kan yang terus menghasut suamiku?" Tiba-tiba Yuni datang dari arah belakang. Dan menjambak rambut Atika.

"Apa maksut mu?"

"Perempuan munafik. Kamu sengaja menghasut suamiku, sampai-sam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Membongkar Makam

    Atika tampak modar-mandir didepan rumahnya. Pikiranya tidak karuan. "Apa aku harus melakukan itu?" Gumamnya dalam hati."Buk! belum tidur?" Mail, ternyata memperhatikannya sejak tadi."Belum. Kamu kok belum tidur?" "Mail nunggu ibuk. Tapi Mail kira ibu belum pulang. Ibu tidak ikut menguburkan orang meninggal?" Tanya Mail."Nggak. Ibu tadi nggak bisa lama-lama disana. Lagian cuaca sepertinya mau hujan. Kasian kamu sendirian dirumah," Jawab Atika berbohong. Padahal ia diusir dihina, dan diolok oleh ibu-ibu disana."Atika! Aku mau bicara sama kamu." Pekik Diwan, dari depan rumahnya.Mata atika membulat, melihat Diwan kerumahnya. Ia pasti ingin mempertanyakan soal Yuni. " Ada apa?" Jawab Atika datar."Kamu benar-benar keterlaluan ya. Gara-gara kelakuanmu Yuni masuk rumah sakit," Pekik Diwan. Raut wajahnya menampilkan kekecewaan."Kamu nyalahkan aku? apa kamu sudah tanya kepada istrimu siapa, yang mulai deluan." Atika menjawab, tanpa menoleh."Maksut kamu apa?" "Istrimu itu sudah menuduh

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Gempar

    Atika kebingungan. Antara bahagia juga. Karna melihat anak Karin masih hidup, dan berhasil ia selamatkan."Cup-cup! tenang ya nak. Ibu nggak akan menyakitimu." Lirihnya dipeluknya bayi itu, setalah ari-ari dipotongnya."Aku akan membawa bayi ini pulang. Aku akan merawat anakmu Karin." Ucapnya. Ia segera meletakkan bayi Karin Diatas tanah basah, dan segera menutup liang itu kembali. Namun tidak sama seperti smula, karna ia juga harus buru-buru membawa anak itu. Serta membawa ari-arinya juga."Sambil berjalan menggendong bayi. Dengan tubuh dipenuhi lumpur, dan darah Atika berjalan sembari menggigil kedinginan. " Sabar ya nak. Bentar lagi kita sampai rumah ibuk." Ia berharap bayi itu bisa sehat. Walaupun tidak tau apa, yang akan terjadi nanti.Sesampainya dirumah. Dilihatnya Mail masih sangat nyenyak tidur. Atika segera membersihkan dirinya dari kotoran-kototan sisa tadi. Tidak lupa ia juga membersihkan bayi Karin , dan diberinya penghangatan."Sebentar ya nak. Ibu masakkan nasi dulu. Bi

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Kenyataan

    "Kira-kira siapa ya, yang membongkar makamnya Karin, dan mengambil bayinya." Ucap Mirna. Mereka sedang membincangkan tentang mayat, dan pembongkaran makam Karin."Serem banget. Tau nggak perutnya mengaga, Usunya keluar. ngerih banget sumpah." Sahut Dini. Mereka semua adalah tetangga Karin. Atika yang sedang lewat dari depan mereka sedikit menguping. Untuk mencari tau informasi apa, yang sedang dibicarakan orang-orang."Bude, beli mi instan satu." Ucap Atika."Atika kemana suamimu? denger-denger sudah menikah lagi ya?" Tanya Mirna."Suamiku?" Atika canggung saat ditanya."Suaminya sudah menikah lagi. Karna dia selingkuh sama Diwan kata Yuni. Jadi suami mana, yang tahan kalau istrinya tukang selingkuh." Ketus Dini. Wanita, yang sedang hamil besar itu menertawakan Atika."Jaga ucapanmu Dini. Kamu sama kakakmu itu sama saja. Sama-sama tukang fitnah. Aku emang susah. Tapi aku nggak seperti yang kamu bayangkan." Bentak Atika.Ternyata fitnah itu sudah menyebar, dan itu semua Yuni sendiri,

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Dia Harus Tau

    "Anak siapa ini? kenapa ada, yang membuang bayi disini?" Wanita tua , yang bernama Marni itu tampak celingukan kesana kemari."Ada apa buk?" Tampak Sandi suami Karin juga keluar, karna mendengar tangisan bayi."Ini loh. Kok ada yang membuang bayi disini." Ucap Marni."Astaghfirullah. Anak siapa ini buk?" Sandi terheran. Diperhatikannya bayi itu, dengan sangat teliti. " Wajahnya mirip Karin buk. Ada tanda lahir besar semacam tompel di tanganya, Persis seperti Karin." Lirih Sandi."Anak Karin gimana? jelas-jelas Karin sudah meninggal, dan anaknya juga sudah dicuri orang. Kamu bilang anak Karin." Pekik Marni. Ia tidak yakin, dan baginya itu sangat mustahil."Tapi buk. Ini beneran mirip tanda lahirnya. Siapa tau saja memang ini jawaban dari Allah." Lirih Sandi. Ia sangat yakin dan batin seorang ayah juga sangat kuat."Ah, ibu nggak mau percaya hal mustahil. Pasti ini orang bunting diluar nikah, yang tega membuang anaknya.""Tapi Sandi yakin buk! firasat Sandi sangat kuat." Lirihnya lagi.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Menyelamatkan Satu Nyawa

    "Kenapa kamu nggak segera mencari tumbal itu? apa kamu mau melarat terus-menerus.""Maaf Mbah! saya tidak tega melakukan itu. Tapi saya janji akan mencari gantinya." Atika sedikit ketakutan karna ternyata Mbah Rondo berubah wujud. Badanya, yang tadi utuh seketika kepalanya terlepas, dari badanya. Usus beserta organ dalamnya bergelantungan, dan itu sangat membuat Atika merasa ketakutan."Aaaaakh," buk! ibu kenapa?" Mail menguncang-guncangkan tubuh ibunya."Huhh," Atika membuang napas kasarnya. Dan ternyata ia mimpi lagi. " Ibu nggak apa-apa nak. Sudah jam berapa ini?" Tanya Atika."Sudah malam buk." Jawab Mail. Atika menijit-mijit kepalanya, pantas saja ia mimpi buruk. Ternyata ia ketiduran dari mulai sore tadi."Buang anak itu buang." Pekik warga, yang berbondong-bondong melewati rumah Atika. Atika dan Mail, yang mendengar suara keributan itu segera keluar rumah untuk melihatnya."Ada apa itu berisik-berisik?" Atika segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat Sandi diarak sa

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Kabar Gembira Untuk Mail

    "Kenapa kamu nggak segera mencari tumbal itu? apa kamu mau melarat terus-menerus.""Maaf Mbah! saya tidak tega melakukan itu. Tapi saya janji akan mencari gantinya." Atika sedikit ketakutan karna ternyata Mbah Rondo berubah wujud. Badanya, yang tadi utuh seketika kepalanya terlepas, dari badanya. Usus beserta organ dalamnya bergelantungan, dan itu sangat membuat Atika merasa ketakutan."Aaaaakh," buk! ibu kenapa?" Mail menguncang-guncangkan tubuh ibunya."Huhh," Atika membuang napas kasarnya. Dan ternyata ia mimpi lagi. " Ibu nggak apa-apa nak. Sudah jam berapa ini?" Tanya Atika."Sudah malam buk." Jawab Mail. Atika menijit-mijit kepalanya, pantas saja ia mimpi buruk. Ternyata ia ketiduran dari mulai sore tadi."Buang anak itu buang." Pekik warga, yang berbondong-bondong melewati rumah Atika. Atika dan Mail, yang mendengar suara keributan itu segera keluar rumah untuk melihatnya."Ada apa itu berisik-berisik?" Atika segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat Sandi diarak sa

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Menagih Janji

    "Kenapa kamu nggak segera mencari tumbal itu? apa kamu mau melarat terus-menerus.""Maaf Mbah! saya tidak tega melakukan itu. Tapi saya janji akan mencari gantinya." Atika sedikit ketakutan karna ternyata Mbah Rondo berubah wujud. Badanya, yang tadi utuh seketika kepalanya terlepas, dari badanya. Usus beserta organ dalamnya bergelantungan, dan itu sangat membuat Atika merasa ketakutan."Aaaaakh," buk! ibu kenapa?" Mail menguncang-guncangkan tubuh ibunya."Huhh," Atika membuang napas kasarnya. Dan ternyata ia mimpi lagi. " Ibu nggak apa-apa nak. Sudah jam berapa ini?" Tanya Atika."Sudah malam buk." Jawab Mail. Atika menijit-mijit kepalanya, pantas saja ia mimpi buruk. Ternyata ia ketiduran dari mulai sore tadi."Buang anak itu buang." Pekik warga, yang berbondong-bondong melewati rumah Atika. Atika dan Mail, yang mendengar suara keributan itu segera keluar rumah untuk melihatnya."Ada apa itu berisik-berisik?" Atika segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat Sandi diarak sa

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Kematian Dini

    "Ternyata Dini belum juga lahiran. Lama bila harus menunggu dia, bisa-bisa Mbah Rondo ngamuk," Gumam Atika."Kalau begini lebih baik kita ajukan rujukan saja. Bahaya kalau nunggu lebih lama lagi," Ucap bidan muda, cantik itu."Nggak, saya nggak mau operasi. Saya takut," Pekik Dini."Gimana ini Mbah?" Tanya Bidan muda itu. Ia binggung, sedangkan pembukaan terus masih buka 5. "Lebih baik kamu operasi saja nduk. Semua demi kebaikan anakmu." Bujuk Mbah Karsem."Kok jadi Mbah, yang ngatur! kan, yang lahiran saya," Bentak Dini. Sembari menahan sakit."Gimana apa Dini sudah lahiran," Wanita paruh baya, yang gayanya elit datang menghampiri mereka. Siapa lagi kalau bukan Mamanya Dini, dan Yuni."Ini buk! Dininya nggak mau dioperasi. Sedangkan pembukaan masih terus 5. Tapi dia nggak sanggup menahan sakit. Kamu jadi binggung, kalau dia teriak-teriak terus." Jelas bidan muda, yang bernama Ranti itu."Ma! Dini nggak mau operasi Ma. Dini takut," Ucap Dini. Sembari menahan Isak tanggis nya."Kamu

Bab terbaru

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Permohonan Maaf

    "Aku kecewa sama Mama!" Pekik Yuni. Airmatanya menetes begitu derasnya."Maafkan Mama Kak. Mama terpaksa melakukan ini, karna nggak da jalan lain. Papamu pergi meninggalkan kita, mama nggak rela hidup tanpa harta Kak." Lirih Dela. Ia ingin sekali meyakinkan Yuni, agar Yuni bisa mengerti kondisinya."Sekarang aku tau, siapa dibalik pembongkaran makam Dini!" Yuni menepis tangan Dela."Maafkan Mama, Mama hanya ingin memperdaya Atika. Kamu tau, kan kalau Papamu itu lebih memilih mereka dibanding kita.""Tapi nggak harus mengorbankan Dini juga Ma!" Pekik Yuni. Ia tidak terima adiknya disakiti oleh siapapun, ia sangat menyayangi Dini adiknya."Mama tau Mama salah. Tapi Maam menyesal." Kalau Atika tidak mencari tumbal untuk Mama, maka Mama, dan kamu yang akan celaka Kak.""Maksut Mama apa sih? Yuni nggak ngerti Ma. Yuni nggak abis fikir dengan jalan pikiran Mama."Dela menunduk. Sejak awal memang ia tidak menyukai Diwan, karna Diwan itu orang yang tidak punya, dan apa adanya. "Mama nggak beg

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terungkap

    "Sayang, sadar." Diwan mencoba membuka jemari tangan Atika yang terkepal sangat kuat. "Lepasin! lepasin saya, hahahahaa." Atika malah tertawa terpingkal-pingkal. Dan itu sangat membuat Diwan merinding, seluruh bulukuduknya naik."Siapa kamu? kenapa kamu mengusil istri saya?" Tanya Diwan lagi."Kamu tidak perlu tau siapa saya! hanya istrimulah yang tau siapa saya!" "Astaghfirullah, kamu mau saya, kasih hadiah?" Mulut Diwan mulai membacakan ayat suci Al-Quran, dan tanganya tetap memijit jari-jari Atika yang terkepal."Hahahaha," Seluruh tubuh Atika bergetar hebat, dan mengambang diatas Awang. Diwan sangat merasa panik, karna takut Atika akan terjatuh."Brukkkk," Benar saja Iblis itu menjatuhkan tubuh Atika, tepat dimeja kaca."Katakan siapa kamu? kamu jangan main-main dengan saya!" Bentak Diwan. Dilihatnya kepala Atika sedikit terluka akibat terkena sudut meja."Kasih saya tumbal yang saya mau! baru saya, akan menjawab siapa saya!" Diwan mencerna suara itu, sepertinya ia mengenali sua

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Camburu

    "Mas, aku heran deh, siapa yang bawa Mail kesana?" Ucap Atika."Mas, juga heran. Setau kita Mail nggak pernah tau jalan kerumah Daut." Jawab Diwan."Apa sih maksut Daut? ngapain dia ambil Mail?" Ucap Atika kesal."Mungkin bukan dia yang ngambil sayang. Mungkin memang Mail kesana sendiri, atau mungkin dia selama ini tau alamat Daut.""Nggak Mas. Mail nggak akan tau itu, karna memang dia nggak pernah nanyak soal bapaknya!""Lalu apa tujuan kamu sayang? setelah ini?""Biarkan saja dulu Mas. Aku yakin Daut pasti ada maksut sesuatu, dan kita nggak boleh gegabah. "Tok, tok, tok," Suara kentongan mulai berbunyi lagi dari luar. Para warga beramai-ramai membawa obor."Mereka pasti mau cari anak Ijah Mas." "Iya. Mas, tau dari pas ngelayat tadi. Tapi masa iya mereka bilang anak Ijah diculik setan kepala." Ujar Diwan. "Mereka salah faham kayaknya Mas, soalnya mereka nggak liat langsung kok. Hanya dugaan mereka saja.""Mas masih penasaran sayang." "Penasaran apa?""Penasaran sama keberadaan Mb

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Siapa Dia

    "Pak kalau boleh tau siapa yang meninggal?" Tanya Atika, saat ia keluar dari rumah pagi itu."Ijah Ti. katanya komplikasi." Ucap lelaki itu."Ijah? Ijah Istrinya Anto?" Tanya Atika kaget."Iya tadi malam, selesai lahiran ninggalnya.""Gimana dengan anaknya pak?" "Anaknya baik-baik saja. Tapi," Lelaki itu menghentikan ucapanya."Tapi kenapa pak?" Atika semakin penasara."Anaknya dicuri sama setan yang hanya kepala Ti!" Ucap Lelaki itu lagi."Setan kepala? maksutnya gimana pak?" "Tadi malam kami ribut-ribut memukul kentongan itu mencari keberadaan anak Ijah, yang dicuri setan kepala, tapi Sampai pagi ini nggak ada titik terangnya."Atika semakin heran, dan sedikit bertanya-tanya. Ia menelan ludahnya dengan sangat susah. "Terimakasih Pak." Atika langsung kembali kerumahnya."Apa ini kerjaan Mbah Rondo? aku memang sudah waktunya memberikan tumbal. Tapi kenapa Mbah Rondo melakukan ini? bukan cuma ari-ari saja yang diambilnya tapi bayinya juga. Keterlaluan Mbah Rondo!" Pekik Atika kesal.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Mail Pergi

    Ijah terus meringkuk kesakitan diperutnya. Keringat dingin sudah mencucuri seluruh tubuhnya, Bayinya juga tidak kunjung keluar. Mbah Karsem, beserta bidan yang dipanggil Atika tampak kebinggungan, dan kawalahan."Sakit Mbah!" Pekik Ijah. Ia sedari tadi terus menjerit kesakitan. Wajar jika sakitnya dua kali lipat dibanding lahiran normal biasanya."Masih sakit sekali ya perutmu?" Tanya Mbah Karsem."Masih Mbah, ini sakit sekali dan aku nggak kuat Mbah." Lirih Ijah."Gimana ini bayinya belum mau keluar juga." Ucap Mbah Karsem. "Ayo di ejankan pelan-pelan ya Mbak. Ini pembukaannya sudah lengkap kok." Ucap bidan itu."Saya nggak bisa Mbak. Ini sakit sekali.""Ayok dikit lagi kepalanya sudah kelihatan kok," Ucap Mbah Karsem. "Semangat Jah. Kamu harus bisa, kasian anakmu, kalau kamu lemah.""Owe, owe, owe," Alhamdulilah, akhirnya lahiran juga. Bayinya sehat, perempuan." Ucap Mbah Karsem. "Bayi Ijah sangat bersih, dan putih, walupun lahir perematur namun bayinya sepertinya kuat."Kepala s

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ternyata Sandiwara

    "Jadi kamu pernah mau diperkosa?" Diwan menyusul Atika masuk kedalam kamar mereka.Dikilitnya Atika duduk didepan cermin besar kesayangannya. "Untuk apa kamu nanyak lagi Mas? kamu masih nggak percaya juga?" "Mas, percaya kok. Mas, hanya kasihan denganmu. Sudah ditinggal kawin oleh Daut, eh malah si Anto mau melakukan itu kepada kamu. Seandainya Mas, yang jadi Daut, sudah Mas, hajar itu Anto!"Atika hanya tersenyum kecil, mendengar ucapan Diwan suaminya."Kalau Ijah nggak bekerja lagi, siapa yang akan menggantikan dia Mas?"Tanya Atika. "Sebaiknya nggak usah ada lagi pekerja dirumah ini sayang. Biarkan Mas, saja yang membantu kamu.""Nggak bisa Mas! harus ada. Kamu tau kan, kalau pekerjaan dirumah ini nggak akan ada habisnya." "Terserah kamu. Mas, ngikut apa katamu Saja. Tapi Mas, minta tolong jangan pernah berbuat seperti itu lagi. Kasian Ijah dia jadi seperti itu. Seharusnya kita bertanggung jawab atas apa yang menimpa Ijah sayang.""Aku tau Mas, aku cuma menggertak Anto saja tadi.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terkuaknya Cerita Lama

    "Gimana ini? kalau aku nggak ada biyaya, aku harus terima tawaran Yuni? Ahhhh, konyol sekali. Aku sudah cacat, mana mau Atika denganku walaupun hanya berpura-pura pun mungkin ia sangat jijik denganku." Ucap Daut.Ia segera meraih ponselnya, dan mencari nomor kontak Yuni yang masih tersimpan di hpnya."Ada apa?" Sahut Yuni dari sebrang, benar saja ia belum mengganti nomornya."Aku terima tawarnmu," Ucap Daut. "Kamu yakin? kenapa kamu nggak bilang dari semalam?""Aku sebetulnya nggak yakin kalau Atika mau kembali kepadaku, setelah apa yang aku perbuat Yun.""Gampang! kamu bisa perkarakan soal anakmu saja. Kamu kan masih ada anak, yang bisa kamu peralat." "Tapi, mana mungkin aku mengorbankan anakku." "Bisa saja. Asal kamu mau.""Aku akan coba Yun. Tapi setelah aku sembuh, dan keluar dari sini." Ucap Daut."Kamu harus berhasil merebut istrimu kembali, agar aku bisa mendapatkan suamiku kembali. Aku masih nggak rela mereka hianati." Lirih Yuni."Bukankah kamu sendiri yang bilang?" "Iya

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ancaman

    "Mail, kamu kenapa nak?" Tanya Diwan. Matanya tertuju kearah Mail, yang sedang menangis dibelakang pintu dapur."Nggak papa Yah." Jawab Mail pelan. Ia tidak Berani mentap Diwan. "Astaghfirullah, kaki kamu kenapa nak?" Mata Diwan dikejutkan dengan luka lebam, disekujur betis Mail."Aw, sakit Yah," Lirih Mail, saat Diwan menyentuh betisnya."Ini siapa yang melakukanya?" Tanya Diwan serius. Ia memeluk tubuh munggil Mail.Mail terdiam, ia sangat takut untuk menjawabnya. Ia tidak mau ibunya bertengkar dengan Ayahnya karna pengaduannya."Mail jatuh Yah," Jawab Mail. Ia menundukan pandanganya."Bohong! jawab, siapa yang buat ini?" Tanya Diwan lagi. Ia sangat menyayangi Mail, ia tidak rela jika Mail disentuh oleh siapapun, walaupun ibu kandungnya sendiri."Mail nggak bohong Yah." Jawab Mail lagi, namun tiba-tiba airmatanya mengalir."Ibu yang melakukan ini kan? Mail, lihat ayah! Ayah selalu mengajarkan Mail agar tidak berbohong, karna berbohong itu adalah perbuatan dosa. Jadi jawab Ayah, sia

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Luka Yang Bersemayam

    "Bagaimana Pak? apa sudah bisa dilunasi biyaya oprasinya?" Tanya Dokter itu lagi. "Sebentar ya Dok, saya mau hubungi keluarga saya dulu." Jawab Daut. Ia kebinggungan, kepada siapa ia harus meminjam uang. Sedangkan tabunganya juga nggak cukup untuk biyayanya."Nggak ada jalan lain. Aku terpaksa meminjam uang kepada Atika. Mudah-mudahan dia mau meminjamkan aku uang, lagian tanah yang ia gunakan masih tanahku, dan atas namaku juga." Gumamnya.Ia segera mengambil ponselnya, dan mengirimkan sms kepada Atika, berharap ada balasan dan Atika belum mengganti nomornya."Mas Daut?" Mata Atika membulat ketika ia melihat isi pesan, dari Daut."Siapa sayang?" Tanya Diwan. Namun tidak melihat kearah Atika, karna ia fokus menyetir."Bukan siapa-siapa sayang. Ini Rasti mau pinjam uang.""Rasti? pinjam uang lagi? kok aneh ya, dia pinjam uang terus. Kemaren juga dia minjam sama Mas," Ucap Diwan keceplosan."Dia minjam yang sama kamu Mas? kapan? kok aku nggak tau?" "Kemarin itu sekali." Jawab Diwan lag

DMCA.com Protection Status